Authenticity of the Suttas of the Pali Canon

Started by sobat-dharma, 13 May 2011, 03:50:45 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Indra

Quote from: sobat-dharma on 24 May 2011, 01:48:17 PM
Bukankah soal ini sudah kujawab panjang lebar dalam uraian saya yang Anda anggap copas itu: niat di dalam dan perilaku tampak tidak selalu sama. Anda tampaknya bersikeras dengan asumsi bahwa memubunuh pasti disertai kebencan (dosa). Saya rasa Anda perlu menjelaskan juga bagaimana asumsi Anda tersebut dapat dibenarkan.

saya tidak mengatakan bahwa membunuh pasti disertai kebencian, atau apakah saya pernah mengatakan demikian? saya hanya mempertanyakan sesuai konteks petani dan tikus, mungkinkah petani itu membunuh tikus jika tidak didorong oleh kebencian (dosa) terhadap tikus. karena sesuai ajaran anda bahkan demi belas kasihnya Sang Bodhisattva juga melakukan pembunuhan bukan? jadi membunuh bisa saja didorong oleh belas kasih, hal ini juga dilakukan oleh Sang Grand Master LSY, tapi apakah pembunuhan ini sama dengan petani membunuh tikus? apakah petani sedang berbelas kasih kepada tikus sehingga membunuh tikus itu? jika kita sudah sepakat dalam hal ini, baru nanti kita membahas lanjutannya lagi, meminjam istilah dari Master Satria, kita berdiskusi secara bertahap

K.K.

Quote from: M14ka on 24 May 2011, 01:48:10 PM
19 + 2: Plus Premi. kok +2 plus premi mksdnya?
Bapak Pergi Pagi Pulang Petang Pantat Pegel Pinggang Patah Perut Perih 'Pala Pusing Pacar Putus Penghasilan Pas-pasan Potong Pajak Plus Premi Pula

"Pas-pasan" seharusnya dihitung 1 kata, jadi totalnya BP21.

Quoteterwelu dengan kuping caisim sambil joget-joget.

^:)^
Tapi emang bener, 'kan? ;D

M14ka

Quote from: william_phang on 24 May 2011, 01:54:38 PM
kalo menurut saya membunuh sudah pasti disertai dengan kebencian (dosa).....sebenarnya siapa sih yg mengerakan tangan ini untuk membunuh?..... krn cinta kasih tidak bisa hadir bersamaan dalam moment yang sama dg kebencian... kl ada cinta kasih hadir pasti tidak akan membunuh.. kita membunuh pasti krn kita menolak (benci/dosa) object tersebut sehingga terjadilah pembunuhan....
ini saya setuju kok

Quote from: william_phang on 24 May 2011, 01:54:38 PM
jd tidak perlu pura2 melindungi perbuatan ini dg berbagai alasan yg baik sekalipun..kenyataannya ya memang telah membunuh....
Bukan melindungi kk... tapi menurutku kdg perlu kebijaksanaan... hampir sama dengan diskusi tindakan seksual yg kontroversial hehehe...contohnya euthanasia, apakah dibenarkan? kk kainyn pernah bilang :

Quote from: Kainyn_Kutho on 21 April 2010, 02:11:55 PM
Kadang jika terlalu kembali ke "buku", pola pikir orang cenderung terkekang. Sekarang kita lihat ada niat, melakukan, dan nyawa hilang, lantas kita anggap perbuatan tercela. Sekarang jika seseorang mengalami komplikasi ketika melahirkan, dokter harus memilih antara ibu atau anak, atau jika didiamkan, keduanya akan meninggal, haruskan si dokter "tidak melakukan apa-apa" dengan alasan tidak ingin membunuh? Dan kalau nanti diminta pertanggungjawaban, tinggal bilang, "nasib mereka 'kan tergantung kamma mereka sendiri, saya tidak berhak menentukan hidup makhluk lain." Buat saya dokter itu bukannya matang dalam sila, tapi semata-mata dungu.

M14ka

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 May 2011, 02:03:45 PM
Bapak Pergi Pagi Pulang Petang Pantat Pegel Pinggang Patah Perut Perih 'Pala Pusing Pacar Putus Penghasilan Pas-pasan Potong Pajak Plus Premi Pula

"Pas-pasan" seharusnya dihitung 1 kata, jadi totalnya BP21.
^:)^
Tapi emang bener, 'kan? ;D

Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 24 May 2011, 02:03:45 PM
Bapak Pergi Pagi Pulang Petang Pantat Pegel Pinggang Patah Perut Perih 'Pala Pusing Pacar Putus Penghasilan Pas-pasan Potong Pajak Plus Premi Pula

"Pas-pasan" seharusnya dihitung 1 kata, jadi totalnya BP21.
^:)^
Tapi emang bener, 'kan? ;D

saya tidak tahu Pak KK sedang keracunan apa, dulu Pak KK adalah seorang member yg sangat santun, tiba2 dimulai pada suatu pagi kepribadiannya yg lain mendadak muncul tidak dapat dihentikan oleh para dewa, Brahma, mara, oleh para petapa dan brahmana, oleh para raja dan rakyatnya dan hal ini terus berlanjut sampai sekarang.

Sostradanie

Quote from: Indra on 24 May 2011, 02:10:20 PM
saya tidak tahu Pak KK sedang keracunan apa, dulu Pak KK adalah seorang member yg sangat santun, tiba2 dimulai pada suatu pagi kepribadiannya yg lain mendadak muncul tidak dapat dihentikan oleh para dewa, Brahma, mara, oleh para petapa dan brahmana, oleh para raja dan rakyatnya dan hal ini terus berlanjut sampai sekarang.
:-? 
Mungkin tertular virus
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

K.K.

Quote from: M14ka on 24 May 2011, 02:04:56 PM
ini saya setuju kok
Bukan melindungi kk... tapi menurutku kdg perlu kebijaksanaan... hampir sama dengan diskusi tindakan seksual yg kontroversial hehehe...contohnya euthanasia, apakah dibenarkan? kk kainyn pernah bilang :
Quote from: Kainyn_Kutho on 21 April 2010, 02:11:55 PM
Kadang jika terlalu kembali ke "buku", pola pikir orang cenderung terkekang. Sekarang kita lihat ada niat, melakukan, dan nyawa hilang, lantas kita anggap perbuatan tercela. Sekarang jika seseorang mengalami komplikasi ketika melahirkan, dokter harus memilih antara ibu atau anak, atau jika didiamkan, keduanya akan meninggal, haruskan si dokter "tidak melakukan apa-apa" dengan alasan tidak ingin membunuh? Dan kalau nanti diminta pertanggungjawaban, tinggal bilang, "nasib mereka 'kan tergantung kamma mereka sendiri, saya tidak berhak menentukan hidup makhluk lain." Buat saya dokter itu bukannya matang dalam sila, tapi semata-mata dungu.

Yang saya maksudkan dalam hal tersebut, kita tidak bisa melihat satu perbuatan yang akhirnya mengakibatkan seseorang mati, selalu disebut pembunuhan. Dalam hal ini, niatnya si dokter adalah menyelamatkan, tidak ada tujuan pembunuhan di sini. Kalau dalam kasus yang lain, selain niat penyelamatannya, juga ada niat membunuh sesuatu yang mengancam keselamatan tersebut.

Bro sobat mempertanyakan tentang 'dosa' dan pembunuhan. Sekarang kalau kita tidak membenci sesuatu, akankah ada dorongan untuk membunuhnya? Dorongan apakah itu?


K.K.

#262
Quote from: Indra on 24 May 2011, 02:10:20 PM
saya tidak tahu Pak KK sedang keracunan apa, dulu Pak KK adalah seorang member yg sangat santun, tiba2 dimulai pada suatu pagi kepribadiannya yg lain mendadak muncul tidak dapat dihentikan oleh para dewa, Brahma, mara, oleh para petapa dan brahmana, oleh para raja dan rakyatnya dan hal ini terus berlanjut sampai sekarang.
Saya memang punya kecenderungan pada kepribadian ganda, seperti halnya semua orang ambidextrous.
Kalau santun, sampai sekarang juga sepertinya saya masih santun kok. Saya hanya 'melupakan' kesantunan terhadap para 'ariya' di sini (untung sejauh ini hanya pernah ketemu 2 ekor). ;D Suka debat? Dari dulu juga sering debat kok.


Quote from: sriyeklina on 24 May 2011, 02:17:50 PM
:-? 
Mungkin tertular virus
Virus apakah kira-kira?

sobat-dharma

#263
Quote from: Indra on 24 May 2011, 01:56:08 PM
saya tidak mengatakan bahwa membunuh pasti disertai kebencian, atau apakah saya pernah mengatakan demikian?

Kalau Anda tidak berpandangan demikian. Lalu apa pandangan anda. Silahkan jelaskan.

Quote from: Indra on 24 May 2011, 01:56:08 PM
saya hanya mempertanyakan sesuai konteks petani dan tikus, mungkinkah petani itu membunuh tikus jika tidak didorong oleh kebencian (dosa) terhadap tikus.

Jawaban saya dari awal: mungkin. Argumennya sudah jelas.

Quote from: Indra on 24 May 2011, 01:56:08 PM
karena sesuai ajaran anda bahkan demi belas kasihnya Sang Bodhisattva juga melakukan pembunuhan bukan?

Kata "demi belas kasih melakukan pembunuhan" seolah-olah mengatakan bahwa pembunuhan boleh dilakukan jika dilakukan dengan pembenaran untuk belas kasih. Ini adalah persepsi yang bias. Yang benar adalah: (1) membunuh (ataupun melanggara aturan sila) dalam situasi yang sangat terpaksa  (atau memang dibutuhkan) tidak bisa disalahkan; (2) Dan dalam melakukan pembunuhan itu kondisi batinnya tetap harus dijaga dari kebencian dan keserakahan.

Quote from: Indra on 24 May 2011, 01:56:08 PM
jadi membunuh bisa saja didorong oleh belas kasih, hal ini juga dilakukan oleh Sang Grand Master LSY, tapi apakah pembunuhan ini sama dengan petani membunuh tikus?

saya tidak mengenal "Sang Grand Master LSY", jadi jelaskan apa yang kamu makud.

Quote from: Indra on 24 May 2011, 01:56:08 PM
apakah petani sedang berbelas kasih kepada tikus sehingga membunuh tikus itu?

Kalau dalam konteks petani yang harus membunuh hama di sawah karena alasan memaksa (jika tidak melakukan, maka akan terjadi kelaparan panjang di desa yang berakibat banyak kematian), maka tindakan tersebut tidak dapat disalahkan, walaupun ia melanggar sila Buddhis. Dan kalapun ia melakukannya dengan welas asih, ia bisa mengarahkannya kepada semua manusia yang akan menerima manfaatnya dan saat ia melakukan pembasmian hama ia lakukan dengan cara-cara yang seminimal mungkin menimbulkan rasa sakit dan penderitaan pada hama tersebut.

Quote from: Indra on 24 May 2011, 01:56:08 PM
jika kita sudah sepakat dalam hal ini, baru nanti kita membahas lanjutannya lagi, meminjam istilah dari Master Satria, kita berdiskusi secara bertahap
Tidak semua diskusi harus diakhiri dengan kesepakatan, yang penting adalah rasa empati dan memahami dari sudut pandang yang berbeda. Saya berusaha untuk menjelaskan pemahaman dari sudut pandang saya dengan terbuka dan selengkap mungkin kepada Anda. Sudikah Anda juga menjelaskan sudut pandang Anda dengan gamblang dan jelas kepada saya? Mohon jangan terus melemparkan pertanyaan2 kepada saya, yang setelah kujawab diulang-ulang lagi pertanyaannya. Sekali-kali berbagilah juga kepada saya, agar saya berkesempatan agar bisa berempati dengan sudut pandang Anda.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Indra

Quote from: sobat-dharma on 24 May 2011, 02:27:10 PM
Kalau Anda tidak berpandangan demikian. Lalu apa pandangan anda. Silahkan jelaskan.
pandangan saya adalah kebalikan dari pandangan anda bahwa seorang mustahil melakukan pembunuhan jika tidak ada dorongan penolakan/anti/benci.

Quote

Jawaban saya dari awal: mungkin. Argumennya sudah jelas.

Kata "demi belas kasih melakukan pembunuhan" seolah-olah mengatakan bahwa pembunuhan boleh dilakukan jika dilakukan dengan pembenaran untuk belas kasih. Ini adalah persepsi yang bias. Yang benar adalah: (1) membunuh (ataupun melanggara aturan sila) dalam situasi yang sangat terpaksa  (atau memang dibutuhkan) tidak bisa disalahkan; (2) Dan dalam melakukan pembunuhan itu kondisi batinnya tetap harus dijaga dari kebencian dan keserakahan.


saya blm bisa menangkap kondisi seorang membunuh karena terpaksa, tapi kasus mati karena terpaksa sudah sering saya dengar.

Quote
saya tidak mengenal "Sang Grand Master LSY", jadi jelaskan apa yang kamu makud.
Grand Master LSY adalah seorang buddha hidup aliran Mahayana yg memiliki kebiasaan membunuh orang dengan mantra2nya, atau dengan bahasa awam "menyantet", pembunuhan ini dilakukan untuk menyelamatkan orang itu, atau dalam bahasa awam "menyeberangkan".

Quote
Kalau dalam konteks petani yang harus membunuh hama di sawah karena alasan memaksa (jika tidak melakukan, maka akan terjadi kelaparan panjang di desa yang berakibat banyak kematian), maka tindakan tersebut tidak dapat disalahkan, walaupun ia melanggar sila Buddhis. Dan kalapun ia melakukannya dengan welas asih, ia bisa mengarahkannya kepada semua manusia yang akan menerima manfaatnya dan saat ia melakukan pembasmian hama ia lakukan dengan cara-cara yang seminimal mungkin menimbulkan rasa sakit dan penderitaan pada hama tersebut.

konyol sekali mengatakan "menimbulkan rasa sakit minimal" tapi mematikan. ada cara lain kok, bukannya tanpa cara, yaitu, dengan cara menangkapi semua tikus yg ada, dan pindahkan ke dalam hutan. tentu saja ini adalah cara yg sulit, tapi bukan mustahil.

Quote
Tidak semua diskusi harus diakhiri dengan kesepakatan, yang penting adalah rasa empati dan memahami dari sudut pandang yang berbeda. Saya berusaha untuk menjelaskan pemahaman dari sudut pandang saya dengan terbuka dan selengkap mungkin kepada Anda. Sudikah Anda juga menjelaskan sudut pandang Anda dengan gamblang dan jelas kepada saya? Mohon jangan terus melemparkan pertanyaan2 kepada saya, yang setelah kujawab diulang-ulang lagi pertanyaannya. Sekali-kali berbagilah juga kepada saya, agar saya berkesempatan agar bisa berempati dengan sudut pandang Anda.

saya menganggap bahwa "memahami sudut pandang berbeda" yg anda kemukakan itu sebagai suatu bentuk kesepakatan juga. bagi saya kesepakatan itu bukan berarti bahwa semua peserta diskusi harus memiliki satu pendapat yg sama. tapi mungkin saja dalam hal ini anda berpendapat berbeda, dan tentu saja saya tidak akan memaksakan pendapat saya kepada anda, dan akan mengharagi pendapat anda juga.

saya akan menjawab jika saya merasa ingin menjawab, dan saya akan bertanya jika saya memerlukan jawaban, demikian pula anda bukan? dalam pemikiran saya, jika anda membawakan suatu topik, tentu anda sudah siap dalam suatu tanya jawab. dan lagi, paragraf terakhir dari anda ini seharusnya anda sampaikan di awal, jadi saya tidak terlanjur menjawab anda duluan di atas. tapi ya sudahlah, tidak apa2.

Sostradanie

Quote from: sobat-dharma on 24 May 2011, 01:48:17 PM
Bukankah soal ini sudah kujawab panjang lebar dalam uraian saya yang Anda anggap copas itu: niat di dalam dan perilaku tampak tidak selalu sama. Anda tampaknya bersikeras dengan asumsi bahwa memubunuh pasti disertai kebencan (dosa). Saya rasa Anda perlu menjelaskan juga bagaimana asumsi Anda tersebut dapat dibenarkan.
Jika melihat proses yang terjadi dalam diri, bukankah niat/keinginan harus ada dulu. Dan niat/keinginan itu yang membuat tindakan terjadi. Sama seperti kita bergerak, disaat kita melangkah karena kita ingin melangkah. Disaat kita makan karena kita ingin makan. Disaat kita membunuh karena kita ingin membunuh.

Kalau menurut saya yang namanya membunuh tetap adalah membunuh. Dan bagaimana-pun caranya kita tidak akan bisa menghindari pembunuhan dalam kehidupan. Karena itulah konsekuensi yang harus dijalani karena hidup sebagai seorang perumah tangga.

Pembunuhan yang tidak disertai niat, hanya yang dilakukan dengan tidak sengaja. Contoh:seorang arahat yang buta dan menginjak semut.
Tapi batin seorang arahat tidak sama dengan batin seorang seorang perumah tangga. Dalam batin seorang arahat sudah tidak ada LDM-nya.
Sedangkan dalam batin seorang perumah tangga jelas masih banyak LDM-nya.

Seseorang yang melakukan pembunuhan pada awal-nya pasti ada perasaan takut,iba dan lain-nya. Tapi setelah pekerjaan itu dilakukan terus menerus yang terjadi adalah suatu kebiasaan yang disertai kebodohan batin. Membunuh manusia sama seperti membunuh ayam, nyamuk dan lain-nya. 

Sama seperti seseorang yang ingin bersih dari lumpur tapi dia tidak mau keluar dari kolam lumpur tersebut.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

bawel

hama itu muncul karena keserakahan manusia (misalnya membuka lahan secara ekstrim sehingga menggusur/memusnnahkan habitat hewan-hewan yang mengakibatkan rusaknya mata rantai alami) ;D.

alih-alih mencari sebabnya manusia malah mengembangkan keserakahannya lagi dengan bertindak kejam membunuhi hama dengan berbagai cara ;D.

sebagai umat buddha kita sudah seharusnya bertindak bijaksana, karena kita ditekankan pertama kali untuk mengetahui sebabnya baru kemudian mengakhirinya dalam bertindak ;D.

maka dengan begitu, baru kita akan bisa mengakhiri pembunuhan yang berulang-ulang, bukannya malah mencari-cari alasan karena pembunuhan tidak dapat dihindari demi menolong yang lainnya ;D.

apalagi sekarang pengetahuan sudah maju pesat, sebaiknya kita tinggalkan cara-cara ekstrim itu untuk membentuk mata rantai yang alami kembali ;D.

saat ini saja dunia sudah mulai menuju ke bahan bakar yang ramah lingkungan, kenapa kita masih tetap mempertahankan pikiran yang tidak ramah lingkungan? ;D

kalo mau berusaha kita pasti bisa kok ;D.

M14ka

Quote from: comel on 24 May 2011, 02:56:05 PM
hama itu muncul karena keserakahan manusia (misalnya membuka lahan secara ekstrim sehingga menggusur/memusnnahkan habitat hewan-hewan yang mengakibatkan rusaknya mata rantai alami) ;D.

alih-alih mencari sebabnya manusia malah mengembangkan keserakahannya lagi dengan bertindak kejam membunuhi hama dengan berbagai cara ;D.

sebagai umat buddha kita sudah seharusnya bertindak bijaksana, karena kita ditekankan pertama kali untuk mengetahui sebabnya baru kemudian mengakhirinya dalam bertindak ;D.

maka dengan begitu, baru kita akan bisa mengakhiri pembunuhan yang berulang-ulang, bukannya malah mencari-cari alasan karena pembunuhan tidak dapat dihindari demi menolong yang lainnya ;D.

apalagi sekarang pengetahuan sudah maju pesat, sebaiknya kita tinggalkan cara-cara ekstrim itu untuk membentuk mata rantai yang alami kembali ;D.

saat ini saja dunia sudah mulai menuju ke bahan bakar yang ramah lingkungan, kenapa kita masih tetap mempertahankan pikiran yang tidak ramah lingkungan? ;D

kalo mau berusaha kita pasti bisa kok ;D.

kk comel gmn caranya membentuk mata rantai yang alami? share dunk hehhe...

sobat-dharma

#268
Quote from: Indra on 24 May 2011, 02:41:48 PM
pandangan saya adalah kebalikan dari pandangan anda bahwa seorang mustahil melakukan pembunuhan jika tidak ada dorongan penolakan/anti/benci.
Nah, ini yang harus Anda jelaskan. Kalau begitu Anda percaya bahwa niat dan perilaku selalu sejalan?

Quote from: Indra on 24 May 2011, 02:41:48 PM
saya blm bisa menangkap kondisi seorang membunuh karena terpaksa, tapi kasus mati karena terpaksa sudah sering saya dengar.
Ini yang namanya fundamental attribution error

Quote from: Indra on 24 May 2011, 02:41:48 PM
Grand Master LSY adalah seorang buddha hidup aliran Mahayana yg memiliki kebiasaan membunuh orang dengan mantra2nya, atau dengan bahasa awam "menyantet", pembunuhan ini dilakukan untuk menyelamatkan orang itu, atau dalam bahasa awam "menyeberangkan".
Kalau soal itu, harus kamu tanyakan langsung sama yang bersangkutan.

Quote from: Indra on 24 May 2011, 02:41:48 PM
konyol sekali mengatakan "menimbulkan rasa sakit minimal" tapi mematikan. ada cara lain kok, bukannya tanpa cara, yaitu, dengan cara menangkapi semua tikus yg ada, dan pindahkan ke dalam hutan. tentu saja ini adalah cara yg sulit, tapi bukan mustahil.
Lalu membiarkan hutan habis diserang tikus? Atau kemudian ketika tikus di hutan berkembang biak besar-besaran dan kemudian kembali lagi masuk pemukiman apa yang harus diperbuat?

Quote from: Indra on 24 May 2011, 02:41:48 PM
saya menganggap bahwa "memahami sudut pandang berbeda" yg anda kemukakan itu sebagai suatu bentuk kesepakatan juga. bagi saya kesepakatan itu bukan berarti bahwa semua peserta diskusi harus memiliki satu pendapat yg sama. tapi mungkin saja dalam hal ini anda berpendapat berbeda, dan tentu saja saya tidak akan memaksakan pendapat saya kepada anda, dan akan mengharagi pendapat anda juga.

saya akan menjawab jika saya merasa ingin menjawab, dan saya akan bertanya jika saya memerlukan jawaban, demikian pula anda bukan? dalam pemikiran saya, jika anda membawakan suatu topik, tentu anda sudah siap dalam suatu tanya jawab. dan lagi, paragraf terakhir dari anda ini seharusnya anda sampaikan di awal, jadi saya tidak terlanjur menjawab anda duluan di atas. tapi ya sudahlah, tidak apa2.

Tentu saja saya siap menjawab. Tapi kalau yang diulang-ulang pertanyaan yang itu2 saja, jawaban saya jadi tidak ada artinya. Sekarang saya ingin mengetahui sudut padang Anda lebih jauh. Bagaimana Anda bisa yakin kalau membunuh itu selalu disertai dengan kepencian? kalau anda menjawab dengan kata bahwa membunuh itu pasti selalu disertai dengan kebencian, bagaimana Anda menjelaskan bahwa hal tersebut selalu pasti demikan.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

bawel

Quote from: M14ka on 24 May 2011, 02:59:49 PM
kk comel gmn caranya membentuk mata rantai yang alami? share dunk hehhe...

salah satunya dengan penghijauan,
sekarang kan kalo buka lahan ratusan hetar langsung plong habis semua pohonnya ;D.
nah sekarang itu bukanya jangan begitu, tapi, buka sebagian-sebagian ;D.
kan enak buka sebagian-sebagian, biar kerasa seksinya :)).

terus bisa juga dengan lahan di setiap rumah, contohnya kita punya lahan 10000m2, 50m2 kita buat rumah sisanya kita tanamin buah-buahan atau sayur-sayuran plus juga ternak ;D.

terus bisa juga pertanian di dalam ruangan dengan sistem bertingkat ;D, jadi lahan sisanya bisa ditankan kembali ;D.

terus perkotaan juga mesti dihijaukan lagi, kalo sekarang hutan kota di patok 30%, maka harus di balik, hutan kotanya menjadi 70% ;D.

yah pokoknya lahan diirit-iritin lah, dengan begitu makanan untuk hama itu menjadi banyak (daunnya pohon kan lebih banyak dibanding daunnya sayuran) ;D, burung-burung dan hewan-hewan lainnya juga bisa berkembang biak secara leluasa lagi, dengan begitu perlahan-lahan tapi pasti semuanya bisa menjadi seimbang lagi ;D.

yah kurang lebih begitu lah ;D.