News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Euthanasia - Pembunuhan Bermartabat

Started by Nevada, 20 April 2010, 04:00:24 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Nevada

#45
Quote from: Forte on 20 April 2010, 07:27:34 PM
ini memang persoalan yang pelik.. jadi IMO seh tergantung kasus..

ada kasus di mana seseorang yang seharusnya mati.. tapi dipaksa "hidup" dengan bantuan alat2 kedokteran.. sampai seseorang itu pun memohon, agar dilepas saja alat2 tersebut agar dia bisa pergi.. untuk kasus ini, gw pribadi setuju akan euthanasia.

namun bila keadaan berbalik, adanya penderitaan yang luar biasa katakanlah mengidap kanker dll, setidaknya dari pihak keluarga berusaha untuk mendukung agar melawan kanker itu.. bukan mendukung euthanasia atau pun penggunaan morfin.. karena sebenarnya penggunaan morfin juga memberi efek mempercepat kematian..
dalam hal ini, gw kurang setuju dengan euthanasia..

yang ketiga, euthanasia pada hewan, paling sering adalah pada hewan liar, misal anjing / kucing.. sebenarnya IMO hanya bentuk keegoisan manusia yang menginginkan lingkungan bersih dari rabies tanpa memperhatikan nyawa hewan tersebut..

Betul. Saya sependapat dengan Anda.

Untuk euthanasia pada hewan liar, mungkin juga atas pertimbangan bahwa penyakit rabies sangat berbahaya. Daripada mengambil resiko adanya orang yang bisa terluka karena serangan anjing / kucing di tempat rehabilitasi, lebih baik menerapkan euthanasia pada mereka. Meskipun saya melihat adanya indikasi "tidak ingin repot" dalam menghadapi kasus ini, setidaknya euthanasia yang dilakukan pun atas dasar keselamatan banyak pihak.

Namun saya pikir euthanasia pada mamalia / hewan darat bisa lebih manusiawi. Sedangkan euthanasia pada unggas maupun ikan terkadang cukup kejam.

Nevada

Quote from: hendrako on 20 April 2010, 08:45:00 PM
Tentang euthanasia dalam hubungannya dengan Buddhism,
             salah satu yang harus perhatikan adalah
                  salah satu garukka kamma, yaitu :
                       * membunuh orang tua.*
                                         ~o)

Benar. Jika berani melakukan euthanasia, harus siap dengan segala konsekuensinya.

Nevada

Quote from: sriyeklina on 21 April 2010, 04:04:12 AM
Kalau saya melihat kondisi yang dialami.

- Jika sakit yang dialami dalam bentuk keadaan koma berkepanjangan dan organ-organ tubuhnya masih
   berfungsi hanya karena bantuan mesin. Dan jika dicabut maka semuanya organnya langsung berhenti.
   Saya akan melakukan euthanasia.Baik itu untuk diri sendiri maupun keluarga.Dengan pertimbangan
   bahwa itu  bukanlah suatu bentuk kehidupan lagi.Karena kesadarannya sudah tidak ada.

- Jika sakit yang dialami dalam bentuk keadaan koma berkepanjangan dan organ-organ tubuhnya masih
  berfungsi secara normal.Saya tidak akan melakukan euthanasia. Dengan pertimbangan,mungkin
  kesadarannya masih ada didalam diri si sakit.Tapi jika buat diri sendiri saya lebih senang dilakukan
  euthanasia.Dengan pertimbangan saya tidak ingin membuat orang lain susah.

-Jika sakit yang dialami seperti HIV,kanker stadium akhir dll. Saya tidak akan melakukan euthanasia.Lakukan
  pengobatan sebisa mungkin.Pertahankan sebisa mungkin.Jika memang kemampuan telah habis.Berarti
  memang disitu lah perjuangan berakhir.Berarti faktornya sudah lengkap untul berpindah alam.Itu berlaku 
  buat diri saya dan keluarga.Dengan pertimbangan,melakukan euthanasia hanyalah tindakan lari dari
  kenyataan.Tidak ingin menerima perubahan yang terjadi dalam diri kita dan mengakui bahwa kita sakit dan 
  waktu kita tidak lama lagi.

-Jika sakit yang dialami,anggap saja seperti virus yang sangat menular,berbahaya dan dapat membunuh
  banyak orang dalam waktu singkat.Contoh:Penduduk 1 kampung bisa mati dalam waktu 1x24 jam.Karena
  virus itu menular melalui udara. Jika kasus seperti itu,saya akan melakukan euthanasia baik untuk diri sendiri
  maupun keluarga.Dengan pertimbangan,jika dibiarkan itu sungguh karma buruk bagi si sakit dan orang yang
  harus mengambil keputusan. Kenapa?karena itu sama saja menghilangkan nyawa orang lain walaupun tidak
  secara kontak fisik.Jika tindakan euthanasia diambil,kalau menurut saya sama saja dengan berdana anggota
  tubuh.Cuma dalam bentuk kematian.Banyak orang yang diselamatkan dengan pengorbanan seperti itu.
  Jika dilakukan dengan kesadaran penuh dan niat baik untuk menyelamatkan orang lain,saya rasa itu akan
  berbalik menjadi karma baik.

Untuk poin pertama dan poin kedua di atas adalah euthanasia non-sukarela. Sebab si penderita tidak mengatakan "ya" atau "tidak" tentang rencana praktik euthanasia ini. Contoh euthanasia ini adalah yang terjadi pada Saudara Chandra yang menjadi korban Bom Malam Natal 2000.

Untuk poin ketiga, memang sebaiknya tidak dilakukan euthanasia. Namun jika si penderita yang meminta, dan semua faktor mendukung; bukan tidak mungkin juga untuk dilakukan euthanasia.

Untuk poin keempat, menolong orang lain agar terhindar dari virus mematikan adalah perbuatan baik. Tetapi euthanasia (membunuh) adalah perbuatan buruk yang lain. Tidak ada pembunuhan yang baik. Tetapi ada pembunuhan yang bisa memberi manfaat bagi pihak lain, dan salah satu contohnya adalah euthanasia.

Nevada

Quote from: ryu on 21 April 2010, 11:03:46 AM
TIDAK SETUJU. yang namanya membunuh mau dihaluskan bagaimanapun tetap membunuh. pembenaran bagaimanapun semua itu tetap di sebut pembunuhan.

Betul. Euthanasia tetap pembunuhan. Saya setuju sekali dengan Anda. Tapi apakah menurut Anda euthanasia sama sekali tercela?

ryu

ya tercela. orang bunuh diri atau suntik mati itu orang tidak bisa menerima keadaan dirinya (penolakan terhadap suatu kondisi menyakitkan) dan orang yang menyuntik mati pun menolak keadaan dengan pembenaran tidak ada uang atau apapun alasan2 itu pembenaran sepihak.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Nevada

Quote from: ryu on 21 April 2010, 12:50:20 PM
ya tercela. orang bunuh diri atau suntik mati itu orang tidak bisa menerima keadaan dirinya (penolakan terhadap suatu kondisi menyakitkan) dan orang yang menyuntik mati pun menolak keadaan dengan pembenaran tidak ada uang atau apapun alasan2 itu pembenaran sepihak.

Menurut Anda hal itu tercela, sehingga euthanasia seharusnya tidak mendapat tempat di dunia ini. Jadi menurut Anda lebih baik orang lain ikut "mati" daripada euthanasia dijalankan. Apa benar demikian?

ryu

Quote from: upasaka on 21 April 2010, 12:55:57 PM
Quote from: ryu on 21 April 2010, 12:50:20 PM
ya tercela. orang bunuh diri atau suntik mati itu orang tidak bisa menerima keadaan dirinya (penolakan terhadap suatu kondisi menyakitkan) dan orang yang menyuntik mati pun menolak keadaan dengan pembenaran tidak ada uang atau apapun alasan2 itu pembenaran sepihak.

Menurut Anda hal itu tercela, sehingga euthanasia seharusnya tidak mendapat tempat di dunia ini. Jadi menurut Anda lebih baik orang lain ikut "mati" daripada euthanasia dijalankan. Apa benar demikian?
apakah yakin orang lain ikut mati? setiap manusia berhak untuk hidup bahagia, apabila ada kondisi seseorang yang ibarat kata tidak dapat ditolong lagi kita harus bisa memberikan suport dengan merawat sebisa kita dan "berdoa" semoga kamma buruknya bisa terbayar bukannya kita malah membuat suatu kamma buruk baru.

pernah ada berita anak yang kena penyakit hati kalau gak salah ya yang banyak orang bersimpati untuk menyumbang koin peduli, itu merupakan contoh jalan yang bisa diambil. toh orang tua anak itu tidak punya biaya, toh dengan ada biaya pun anak itu tidak terselamatkan tetapi setidaknya usaha orangtua dan orang2 yang menyumbang patut kita hargai iya khan? bukannya malah dengan alasan uang pasti habis lah atau apaun itu merupakan pembenaran dari suatu pembunuhan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

ini ada artikel yang membahas moralitas dalam buddhist :
www.samaggi-phala.or.id/download/vidyasena/moralitas.pdf
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Nevada

Quote from: ryu on 21 April 2010, 01:05:27 PM
apakah yakin orang lain ikut mati? setiap manusia berhak untuk hidup bahagia, apabila ada kondisi seseorang yang ibarat kata tidak dapat ditolong lagi kita harus bisa memberikan suport dengan merawat sebisa kita dan "berdoa" semoga kamma buruknya bisa terbayar bukannya kita malah membuat suatu kamma buruk baru.

pernah ada berita anak yang kena penyakit hati kalau gak salah ya yang banyak orang bersimpati untuk menyumbang koin peduli, itu merupakan contoh jalan yang bisa diambil. toh orang tua anak itu tidak punya biaya, toh dengan ada biaya pun anak itu tidak terselamatkan tetapi setidaknya usaha orangtua dan orang2 yang menyumbang patut kita hargai iya khan? bukannya malah dengan alasan uang pasti habis lah atau apaun itu merupakan pembenaran dari suatu pembunuhan.

Belum tentu mati, tapi mungkin kehidupan mereka jadi lebih buruk. Pun euthanasia dilakukan bukan atas dasar pertimbangan finansial saja. Ada kalanya euthanasia dilakukan atas dasar mencegah penularan penyakit ke orang lain, maupun mengakhiri rasa sakit berkepanjangan yang dialami penderita.

Contoh ide koin peduli itu mungkin baik. Yah, semoga saja makin banyak ide seperti itu yang diwujudkan. Tapi apakah semua keluarga bisa mendapatkan keberuntungan seperti itu. Sekarang mari kita berbicara dalam kondisi terburuk, dimana hanya euthanasia-lah jalan keluar satu-satunya. Menurut Anda, apakah sebaiknya euthanasia dilakukan?

*Tambahan: Saya tidak membenarkan euthanasia sebagai pembunuhan benar. Tetapi saya melihat bahwa euthanasia ada kalanya tidak sepenuhnya tercela.

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

yang perlu digarisbawahi ada sebab ada akibat, bukan soal boleh dan tidak tapi lebih kepada akibat dari membunuh itu. ketika kelahiran dulu buddha pernahkah membunuh dan apakah akibatnya. ajartan buddha bukan kepada boleh dan tidak tapi lebih kepada sanggup atau tidak menerima akibat dari perbuatannya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Kadang jika terlalu kembali ke "buku", pola pikir orang cenderung terkekang. Sekarang kita lihat ada niat, melakukan, dan nyawa hilang, lantas kita anggap perbuatan tercela. Sekarang jika seseorang mengalami komplikasi ketika melahirkan, dokter harus memilih antara ibu atau anak, atau jika didiamkan, keduanya akan meninggal, haruskan si dokter "tidak melakukan apa-apa" dengan alasan tidak ingin membunuh? Dan kalau nanti diminta pertanggungjawaban, tinggal bilang, "nasib mereka 'kan tergantung kamma mereka sendiri, saya tidak berhak menentukan hidup makhluk lain." Buat saya dokter itu bukannya matang dalam sila, tapi semata-mata dungu.


ryu

seperti yang bro kainyn pernah bilang, kalau masih membunuh jangan jadi bhikhu tapi jadi prajurit, kalau mau menjauhi pembunuhan jadilah bhikhu. lupa lagi kalau ga salah ngomong gitu ;)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 21 April 2010, 05:49:55 PM
seperti yang bro kainyn pernah bilang, kalau masih membunuh jangan jadi bhikhu tapi jadi prajurit, kalau mau menjauhi pembunuhan jadilah bhikhu. lupa lagi kalau ga salah ngomong gitu ;)
Ya, betul. :) Kalau benar mau jalankan dengan ideal, harus menempuh hidup petapa. Sepertinya itu sebabnya mengapa petapa tidak lagi mencampuri urusan duniawi.