News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Euthanasia - Pembunuhan Bermartabat

Started by Nevada, 20 April 2010, 04:00:24 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 April 2010, 05:55:47 PM
Saya juga berpendapat begitu. Euthanasia adalah pelanggaran sila, tapi dalam keadaan tertentu, bukanlah hal yang sepenuhnya tercela.


nyanadhana

Quote from: upasaka on 20 April 2010, 05:56:56 PM
Quote from: nyanadhana on 20 April 2010, 05:45:36 PM
dalihnya ya poin poin dalam pembunuhan tidak terpenuhi karena disana tidka terdapat pikiran yang buruk namun apa yang kita jalani sebagai manusia seharusnya bisa disadari sebagai proses.buat dia yang dikasih euthanasia mungkin dia berpikir saya tidak berguna lagi,hanya membawa kesusahan untuk keluarga saya ,dan di sisi keluarga,kasian dianya harus menanggung derita penyakitnya. ke dua belah pihak tetap akan merasakan dukha.
bahkan dalam koma sebetulnya orang sakit masih mendengar hanya saja tubuhnya tidak menterjemahkan keluar apa yang ia pikirkan.kematian adalah dilema setiap orang,menyadari kematian adalah ujian terbesar setiap orang.

Dalam kasus euthanasia, sepertinya tidak ada niat untuk mencelakai si penderita; meskipun pada akhirnya si penderita pun meninggal. Tapi saya pikir saat melakukan eksekusi, pasti ada pikiran untuk menolak (dosa) ataupun tertarik (lobha). Lagipula salah satu syarat pembunuhan adalah "adanya niat untuk membunuh". Niat baik dan niat buruk tetap merupakan niat. Oleh karena itu dalam pandangan Buddhisme, suatu kasus tidak bisa disebut sebagai pembunuhan apabila terjadi secara tidak sengaja (subjek tidak tahu ada objek; dan atau tidak ada niat untuk mengakhiri hidup orang lain).

Segala hal yang disebut sebagai dilema tentu saja merupakan dukkha bagi pihak yang mengalaminya.

Setahu saya, tidak semua orang koma bisa "mendengar" pembicaraan di sekitarnya.

Saya menangkap maksud Anda bahwa euthanasia sebaiknya tidak dilakukan. Yang penting bagi si penderita adalah menghadapi keadaannya saat ini; sedangkan yang penting bagi keluarga dan orang lain adalah menyadari bahwa inilah dukkha. Apakah benar maksud Anda seperti ini?

ya.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Nevada

[at] nyanadhana

Kalau begitu, jika seandainya keluarga A sudah tidak punya uang lagi dan jadi "gembel; sebaiknya apa yang harus mereka lakukan (mengingat mereka masih punya AA yang harus diobati terus)?

nyanadhana

Quote from: upasaka on 20 April 2010, 06:12:02 PM
[at] nyanadhana

Kalau begitu, jika seandainya keluarga A sudah tidak punya uang lagi dan jadi "gembel; sebaiknya apa yang harus mereka lakukan (mengingat mereka masih punya AA yang harus diobati terus)?

sebaiknya mereka membeli asuransi dari awal.
di jalan yang berliku pasti ada kesempatan yang lebih baik pula,kematian seharusnya datang dengan alami dan bukan campur tangan.boleh bertanya/bagaimana sebuah keluarga yang dulunya kaya dalam satu malam menjadi gembel karena kebakaran yang tidak menyisakan satu harta sedikitpun?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

kullatiro

#34
duh gampang sekali yah bilang tinggal beli asuransi, coba orang macam saya ini yang tidak tercakup dalam asuransi jiwa ( lah wong untuk makan dan simpan duit saja sulit) lagi tempat kerja ku tidak ada jamsostek nya.

tidak boleh berpikir bahwa semua orang sama rata, ada juga yang tidak mampu untuk membayar asuransi setelah mempertimbangkan banyak faktor.

memang nya negri kita dah maju seperti eropa atau canada, bahkan amrika serikat(usa) saja tuh urusan asuransi sampai panas gitu.

nyanadhana

Quote from: daimond on 20 April 2010, 06:34:33 PM
duh gampang sekali yah bilang tinggal beli asuransi, coba orang macam saya ini yang tidak tercakup dalam asuransi jiwa ( lah wong untuk makan dan simpan duit saja sulit) lagi tempat kerja ku tidak ada jamsostek nya.

tidak boleh berpikir bahwa semua orang sama rata, ada juga yang tidak mampu untuk membayar asuransi setelah mempertimbangkan banyak faktor.

memang nya negri kita dah maju seperti eropa atau canada, bahkan amrika serikat(usa) saja tuh urusan asuransi sampai panas gitu.

mungkin saya tidak perlu banyak berkomentar,banyak sekali cara untuk menghadapi hidup dan tidak satupun yang pasti sebelum dijalankan,kita berbicara seperti ini hanya akan berspekulasi namun ini juga baik karena nantinya bisa menghadirkan alternatif pengertian.ya dan tidak,baik dan salah,kenapa selalu terpaut dengan hal begitu.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

K.K.

Quote from: nyanadhana on 20 April 2010, 06:21:15 PM
sebaiknya mereka membeli asuransi dari awal.
di jalan yang berliku pasti ada kesempatan yang lebih baik pula,kematian seharusnya datang dengan alami dan bukan campur tangan.boleh bertanya/bagaimana sebuah keluarga yang dulunya kaya dalam satu malam menjadi gembel karena kebakaran yang tidak menyisakan satu harta sedikitpun?
Mungkin asuransi memang pilihan baik, tetapi bagaimana jika memang terlanjur tidak punya asuransi, atau asuransinya tidak mencakup tanggungan penyakit yang dideritanya? Bagaimana jika dalam keadaan mereka, euthanasia adalah pilihan yang terbaik bagi semua orang?

Jerry

Quote from: upasaka on 20 April 2010, 04:17:11 PM
...

Sekadar informasi, Bhikkhu Godhika saat itu belum mencapai tataran kesucian apapun. Tujuan utamanya mengakhiri hidup dengan pisau adalah untuk bertumimbal-lahir di Alam Brahma. Namun karena beliau berhasil menyelami realitas anicca, dukkha, dan anatta sesaat sebelum ajal, akhirnya beliau malah mencapai tataran Arahat.
Bro, informasinya dari mana ya? Boleh berbagi?
appamadena sampadetha

FZ

ini memang persoalan yang pelik.. jadi IMO seh tergantung kasus..

ada kasus di mana seseorang yang seharusnya mati.. tapi dipaksa "hidup" dengan bantuan alat2 kedokteran.. sampai seseorang itu pun memohon, agar dilepas saja alat2 tersebut agar dia bisa pergi.. untuk kasus ini, gw pribadi setuju akan euthanasia.

namun bila keadaan berbalik, adanya penderitaan yang luar biasa katakanlah mengidap kanker dll, setidaknya dari pihak keluarga berusaha untuk mendukung agar melawan kanker itu.. bukan mendukung euthanasia atau pun penggunaan morfin.. karena sebenarnya penggunaan morfin juga memberi efek mempercepat kematian..
dalam hal ini, gw kurang setuju dengan euthanasia..

yang ketiga, euthanasia pada hewan, paling sering adalah pada hewan liar, misal anjing / kucing.. sebenarnya IMO hanya bentuk keegoisan manusia yang menginginkan lingkungan bersih dari rabies tanpa memperhatikan nyawa hewan tersebut..

hendrako

Tentang euthanasia dalam hubungannya dengan Buddhism,
             salah satu yang harus perhatikan adalah
                  salah satu garukka kamma, yaitu :
                       * membunuh orang tua.*
                                         ~o)



yaa... gitu deh

Sostradanie

Kalau saya melihat kondisi yang dialami.

- Jika sakit yang dialami dalam bentuk keadaan koma berkepanjangan dan organ-organ tubuhnya masih
   berfungsi hanya karena bantuan mesin. Dan jika dicabut maka semuanya organnya langsung berhenti.
   Saya akan melakukan euthanasia.Baik itu untuk diri sendiri maupun keluarga.Dengan pertimbangan
   bahwa itu  bukanlah suatu bentuk kehidupan lagi.Karena kesadarannya sudah tidak ada.

- Jika sakit yang dialami dalam bentuk keadaan koma berkepanjangan dan organ-organ tubuhnya masih
  berfungsi secara normal.Saya tidak akan melakukan euthanasia. Dengan pertimbangan,mungkin
  kesadarannya masih ada didalam diri si sakit.Tapi jika buat diri sendiri saya lebih senang dilakukan
  euthanasia.Dengan pertimbangan saya tidak ingin membuat orang lain susah.

-Jika sakit yang dialami seperti HIV,kanker stadium akhir dll. Saya tidak akan melakukan euthanasia.Lakukan
  pengobatan sebisa mungkin.Pertahankan sebisa mungkin.Jika memang kemampuan telah habis.Berarti
  memang disitu lah perjuangan berakhir.Berarti faktornya sudah lengkap untul berpindah alam.Itu berlaku 
  buat diri saya dan keluarga.Dengan pertimbangan,melakukan euthanasia hanyalah tindakan lari dari
  kenyataan.Tidak ingin menerima perubahan yang terjadi dalam diri kita dan mengakui bahwa kita sakit dan 
  waktu kita tidak lama lagi.

-Jika sakit yang dialami,anggap saja seperti virus yang sangat menular,berbahaya dan dapat membunuh
  banyak orang dalam waktu singkat.Contoh:Penduduk 1 kampung bisa mati dalam waktu 1x24 jam.Karena
  virus itu menular melalui udara. Jika kasus seperti itu,saya akan melakukan euthanasia baik untuk diri sendiri
  maupun keluarga.Dengan pertimbangan,jika dibiarkan itu sungguh karma buruk bagi si sakit dan orang yang
  harus mengambil keputusan. Kenapa?karena itu sama saja menghilangkan nyawa orang lain walaupun tidak
  secara kontak fisik.Jika tindakan euthanasia diambil,kalau menurut saya sama saja dengan berdana anggota
  tubuh.Cuma dalam bentuk kematian.Banyak orang yang diselamatkan dengan pengorbanan seperti itu.
  Jika dilakukan dengan kesadaran penuh dan niat baik untuk menyelamatkan orang lain,saya rasa itu akan
  berbalik menjadi karma baik.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

ryu

TIDAK SETUJU. yang namanya membunuh mau dihaluskan bagaimanapun tetap membunuh. pembenaran bagaimanapun semua itu tetap di sebut pembunuhan.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Nevada

Quote from: daimond on 20 April 2010, 06:34:33 PM
duh gampang sekali yah bilang tinggal beli asuransi, coba orang macam saya ini yang tidak tercakup dalam asuransi jiwa ( lah wong untuk makan dan simpan duit saja sulit) lagi tempat kerja ku tidak ada jamsostek nya.

tidak boleh berpikir bahwa semua orang sama rata, ada juga yang tidak mampu untuk membayar asuransi setelah mempertimbangkan banyak faktor.

memang nya negri kita dah maju seperti eropa atau canada, bahkan amrika serikat(usa) saja tuh urusan asuransi sampai panas gitu.

Memang benar, Bro. Tidak semua orang bisa membeli asuransi, dan tidak semua asuransi bisa menjadi jalan keluar dari segala permasalahan. Karena itulah menurut saya dunia memang dukkha. Tidak punya asuransi, kalau kena masalah bisa jadi rumit. Kalau punya asuransi, masalah juga belum tentu selesai. Mau punya asuransi, tapi sumber daya tidak mencukupi. Tidak mau punya asuransi, nanti rugi sendiri kalau ada masalah. Tapi ketika semua hal ini terjadi, tidaklah cocok jika kita hanya menjawab "terima dan sadarilah". Kalau mau begitu ketika jadi bhikkhu, itu tidak masalah. Tapi yang sangat disayangkan banyak umat Buddha yang memberi nasihat kepada seorang perumah tangga, seperti perumah tangga itu adalah seorang bhikkhu saja...

Nevada

#43
Quote from: nyanadhana on 20 April 2010, 06:21:15 PM
sebaiknya mereka membeli asuransi dari awal.
di jalan yang berliku pasti ada kesempatan yang lebih baik pula,kematian seharusnya datang dengan alami dan bukan campur tangan.boleh bertanya/bagaimana sebuah keluarga yang dulunya kaya dalam satu malam menjadi gembel karena kebakaran yang tidak menyisakan satu harta sedikitpun?

Nasihat untuk membeli asuransi juga  kurang efektif diberikan kepada keluarga yang sudah terkena dilema. Namun paling tidak ada manfaat yang bisa dipetik dari nasihat Anda ini...

Permasalahan bukan ada di "berani atau tidak berani" menghadapi kenyataan jadi gembel. Tapi menyelesaikan masalah daripada menciptakan masalah baru yang lebih berat. Bagi teman-teman yang belum pernah merasakan hidup dalam dilema mungkin akan sangat mudah mengeluarkan kalimat-kalimat bijaksana. Namun bukan berarti kalimat motivasi seperti ini tidak berguna... Sebab kadang ada orang / keluarga yang membutuhkan jawaban langsung berupa kepastian tindakan.

Seperti halnya ada seorang ibu yang terpaksa dihadapkan pada jalan keluar berupa aborsi, demikian pula ada halnya sebuah keluarga yang terpaksa dihadapkan pada jalan keluar berupa euthanasia. Apakah cocok jika seorang ibu itu diberi nasihat: "Pertahankanlah bayi itu meskipun Anda dan bayi itu akan mati bersama. Hidup ini memang dukkha, Anda tabah yah menghadapinya..."

Demikian pula, apakah cocok jika sebuah keluarga itu diberi nasihat: "Pertahankanlah A meskipun kalian semua dipenjara, dihajar oleh massa, ataupun mati kelaparan di jalanan. Hidup ini memang dukkha, Anda semua harus tabah menghadapi ujian ini. Kamma Anda harus dibalas, terima dan sadarilah hal ini. Pergilah bermeditasi..."

Apakah cocok? Silakan direnungkan sendiri...

Nevada

Quote from: Jerry on 20 April 2010, 07:09:49 PM
Quote from: upasaka on 20 April 2010, 04:17:11 PM
...

Sekadar informasi, Bhikkhu Godhika saat itu belum mencapai tataran kesucian apapun. Tujuan utamanya mengakhiri hidup dengan pisau adalah untuk bertumimbal-lahir di Alam Brahma. Namun karena beliau berhasil menyelami realitas anicca, dukkha, dan anatta sesaat sebelum ajal, akhirnya beliau malah mencapai tataran Arahat.
Bro, informasinya dari mana ya? Boleh berbagi?

Informasinya ada di Godhika Sutta dan Dhammapada Atthakatha. Sekadar referensi silakan kunjungi link ini => http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7699.msg128221.html#msg128221