News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Euthanasia - Pembunuhan Bermartabat

Started by Nevada, 20 April 2010, 04:00:24 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

nyanadhana

Quote from: upasaka on 20 April 2010, 04:54:41 PM
Quote from: Mr.Jhonz on 20 April 2010, 04:38:06 PM
Ikut komentar..
Sebelum kita menjadi pelaku Euthanasia..
Coba kita tanyakan pada diri sendiri,
Jika kita tekondisi sakit yg kronis apakah mau di Euthanasi??.

Lalu bagaimana kasus terhadap pasien yg Koma(medis) yg telah berbulan-bulan tidak kunjung sadar..

;D


Entahlah, setiap orang punya pandangan berbeda. Misalnya saja: saya tetap tidak mau di-euthanasia meskipun sakit saya separah apapun. Tapi kalau orang lain mungkin saja berharap di-euthanasia ketika mendapat sakit itu. Karena itu diri kita sendiri tidak bisa jadi patokan... :)

Nah, itu contoh yang baik. Mari kita berandai-andai...
Keluarga A adalah keluarga miskin. Anak mereka yang bernama AA mengidap penyakit kronis dan harus dioperasi. Setelah dioperasi, keadaannya menjadi sedikit lebih baik. Tapi AA tidak sadar dan menjadi koma sampai bertahun-tahun. Jika AA tetap dipertahankan untuk terus diobati, maka keluarga A akan mengalami kebangkrutan karena mereka miskin. Dan itu pun belum ada jaminan bahwa AA akan sadar dari koma. Jika keluarga A tidak ingin melanjutkan pengobatan AA, maka keluarga A harus mengobatinya sendiri dan tetap merepotkan serta menguras finansial keluarga. Nah dokter menyarankan untuk melakukan tindakan euthanasia. Kalau Bro Mr.Johnz berada di posisi untuk mengambil keputusan, apa yang akan Anda lakukan?

bukankah keluarga itu punya hutang masa lampau kepada anak itu mungkin aja di masa lampau keluarga itu utang besar2an tapi ga mau bayar nah dibalasnya pada saat sekarang,bagaimana mengambil cerita moral diatas?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Nevada

Quote from: Yuri-chan on 20 April 2010, 04:50:13 PM
bukankah kalau seseorang menderita penyakit berarti orang tersebut karma buruknya sedang berbuah?
Kalau lantas dipotong tiba-tiba karena melakukan euthanasia, so...bukankah seharusnya hukum karma masih berlaku baik di alam selanjutnya? (maksudnya masih bakal mengalami penderitaan di alam selanjutnya karena buah karma masih masak dan belum habis masa berlakunya)

Betul. Setiap orang mewarisi kamma masing-masing...
Tapi kadangkala euthanasia dilakukan atas dasar untuk mencegah hal-hal buruk yang bisa menimpa pihak lain. Misalnya mencegah penularan penyakit ke orang lain, mencegah terkurasnya kondisi finansial dari keluarga penderita, ataupun atas dasar kepedulian untuk menyetujui permintaan penderita untuk mengakhiri hidupnya.

Nevada

Quote from: JW. Jinaraga on 20 April 2010, 04:55:59 PM
QuoteSaya paham maksud Anda bahwa kematian tenang atau tidak tenang, mati natural atau mati secara euthanasia tidak menjamin berakhirnya penderitaan individu tersebut.Namun yang saya diskusikan di poin ini adalah bagaimana pandangan Buddhisme terhadap euthanasia? Sebab adakalanya suatu kasus dimana kita dihadapkan pada euthanasia ini? Ketika berada di titik ini, kondisi laksana buah simalakama. Maju salah mundur pun salah... Ada komentar?

Bukankah udah jelas kaau hal ini sudah tergolong dalam pembunuhan..
QuoteSuatu kasus layak untuk disebut sebagai "pembunuhan" apabila memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Adanya subjek (calon pembunuh)
2) Adanya objek (calon yang akan dibunuh)
3) Adanya niat untuk membunuh objek
4) Langkah-langkah perbuatan
5) Kematian objek sebagai akibat dari langkah-langkah yang diambil

Betul, itu termasuk pembunuhan.
Lalu apakah Buddhisme menentang segala praktik euthanasia apapun alasan dan apapun pertimbangannya?

K.K.

Euthanasia ini jadi rumit karena pandangan umum orang terhadap hidup itu berbeda. Apalagi kalau sudah melibatkan agama. Kalau saya tertarik membahas dari sisi sebaliknya. Jika ada orang yang setengah mati, setengah hidup, memiliki penyakit yang tak tersembuhkan, setiap hari menjerit-jerit dan meringis kesakitan, lalu setiap hari dengan mengetahui bahwa ia tidak akan sembuh, memberikan penopang hidup dalam berbagai cara yang dengan kata lain membuatnya setengah mati setengah hidup, menjerit dan meringis lebih lama dari seharusnya, apakah sebuah perbuatan yang etis atau tidak? 


Quote from: Yuri-chan on 20 April 2010, 04:50:13 PM
bukankah kalau seseorang menderita penyakit berarti orang tersebut karma buruknya sedang berbuah?
Kalau lantas dipotong tiba-tiba karena melakukan euthanasia, so...bukankah seharusnya hukum karma masih berlaku baik di alam selanjutnya? (maksudnya masih bakal mengalami penderitaan di alam selanjutnya karena buah karma masih masak dan belum habis masa berlakunya)
Soal sisa kamma, tidak ada yang tahu, tetapi seseorang yang sedang menderita setengah mati tapi tidak mati-mati, jika bisa mendapatkan kesempatan euthanasia, saya pikir itu adalah sesuatu yang menyenangkan, yang tentu saja bagian dari kamma baik juga.
Kita tidak bisa katakan dengan euthanasia memotong kamma buruk yang nantinya akan dilanjutkan di alam selanjutnya, karena jika begitu, kita juga mengatakan kalau orang miskin adalah akibat kamma buruk, dan dana kita berarti memotong penderitaan kemiskinannya yang tetap harus dibayar lunas juga nantinya.

Nevada

Quote from: nyanadhana on 20 April 2010, 04:57:09 PM
bukankah keluarga itu punya hutang masa lampau kepada anak itu mungkin aja di masa lampau keluarga itu utang besar2an tapi ga mau bayar nah dibalasnya pada saat sekarang,bagaimana mengambil cerita moral diatas?

Kita tidak bisa membuktikan apakah benar keluarga itu punya banyak hutang pada anak itu pada kehidupan lampaunya. Saya tidak berani berpendapat lebih jauh mengani hal-hal spekulatif seperti ini...

Pesan moral yang saya tangkap adalah "keluarga itu menghadapi dilema". Jika tidak membunuh, maka semua anggota keluarga akan terbunuh. Jika diam saja dengan prinsip "memetik buah kamma buruk untuk membayar hutang pada anak itu", ini sudah perbuatan pesimis.

nyanadhana

Quote from: upasaka on 20 April 2010, 05:03:01 PM
Quote from: nyanadhana on 20 April 2010, 04:57:09 PM
bukankah keluarga itu punya hutang masa lampau kepada anak itu mungkin aja di masa lampau keluarga itu utang besar2an tapi ga mau bayar nah dibalasnya pada saat sekarang,bagaimana mengambil cerita moral diatas?

Kita tidak bisa membuktikan apakah benar keluarga itu punya banyak hutang pada anak itu pada kehidupan lampaunya. Saya tidak berani berpendapat lebih jauh mengani hal-hal spekulatif seperti ini...

Pesan moral yang saya tangkap adalah "keluarga itu menghadapi dilema". Jika tidak membunuh, maka semua anggota keluarga akan terbunuh. Jika diam saja dengan prinsip "memetik buah kamma buruk untuk membayar hutang pada anak itu", ini sudah perbuatan pesimis.
paling ujung2nya menjadi dualisme pro dan kontra lagi.mungkin orang yang koma tadi bisa sembuh suatu hari tapi biasanya semakin berada di rumah sakit malah dikasih obat2an tidak2,makin lama komanya ya makin berduit rumah sakitnya.tergantung bagaimana anda memandang dan keputusan anda mungkin bisa jadi terbaik atau terburuk.entahlah.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Mr.Jhonz

#21
Quote from: upasaka on 20 April 2010, 04:54:41 PM
Quote from: Mr.Jhonz on 20 April 2010, 04:38:06 PM
Ikut komentar..
Sebelum kita menjadi pelaku Euthanasia..
Coba kita tanyakan pada diri sendiri,
Jika kita tekondisi sakit yg kronis apakah mau di Euthanasi??.

Lalu bagaimana kasus terhadap pasien yg Koma(medis) yg telah berbulan-bulan tidak kunjung sadar..

;D


Entahlah, setiap orang punya pandangan berbeda. Misalnya saja: saya tetap tidak mau di-euthanasia meskipun sakit saya separah apapun. Tapi kalau orang lain mungkin saja berharap di-euthanasia ketika mendapat sakit itu. Karena itu diri kita sendiri tidak bisa jadi patokan... :)

Nah menarik ni om..
Kalo pandangan buddhis sendiri keknya tidak membenrkan euthanasia..
Nah,misalkan om [maaf] andai kata terkondisi dikeluarga miskin,dan mengalami sakit kronis apakah om tetap tidak mau di euthanasia?? *maaf sebelumnya

Kalo sy pribadi walaupun sesakit apa sy,yg penting tidak membuat keluarga susah/menderita :)

QuoteNah, itu contoh yang baik. Mari kita berandai-andai...
Keluarga A adalah keluarga miskin. Anak mereka yang bernama AA mengidap penyakit kronis dan harus dioperasi. Setelah dioperasi, keadaannya menjadi sedikit lebih baik. Tapi AA tidak sadar dan menjadi koma sampai bertahun-tahun. Jika AA tetap dipertahankan untuk terus diobati, maka keluarga A akan mengalami kebangkrutan karena mereka miskin. Dan itu pun belum ada jaminan bahwa AA akan sadar dari koma. Jika keluarga A tidak ingin melanjutkan pengobatan AA, maka keluarga A harus mengobatinya sendiri dan tetap merepotkan serta menguras finansial keluarga. Nah dokter menyarankan untuk melakukan tindakan euthanasia. Kalau Bro Mr.Johnz berada di posisi untuk mengambil keputusan, apa yang akan Anda lakukan?
idealnya menurut ajaran buddha si.cmiiw
Kalo tidak merugikan pihak lain(anak,istri)Tetap merawat anggota keluarga yg sakit apalagi orangtua kita..
Anggap aja kesempatan berbuat baik..
*tapi itu juga perlu kesepaktan bersama :)


buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Nevada

Quote from: nyanadhana on 20 April 2010, 05:09:05 PM
paling ujung2nya menjadi dualisme pro dan kontra lagi.mungkin orang yang koma tadi bisa sembuh suatu hari tapi biasanya semakin berada di rumah sakit malah dikasih obat2an tidak2,makin lama komanya ya makin berduit rumah sakitnya.tergantung bagaimana anda memandang dan keputusan anda mungkin bisa jadi terbaik atau terburuk.entahlah.

Betul. Ini merupakan dilema... Mungkin bisa sembuh, mungkin juga tidak. Segala sesuatu di dunia ini tidak pasti, yang sudah pasti adalah "mati". :)

Seandainya euthanasia pada AA bisa menyelamatkan banyak orang (termasuk juga keluarga A), apakah menurut Anda euthanasia ini sebaiknya dilakukan?

Nevada

Quote from: Mr.Jhonz
Nah menarik ni om..
Kalo pandangan buddhis sendiri keknya tidak membenrkan euthanasia..
Nah,misalkan om [maaf] andai kata terkondisi dikeluarga miskin,dan mengalami sakit kronis apakah om tetap tidak mau di euthanasia?? *maaf sebelumnya

Kalo sy pribadi walaupun sesakit apa sy,yg penting tidak membuat keluarga susah/menderita :)

Kalau menurut pemahaman saya, Buddhisme hanya menganjurkan untuk melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup. Euthanasia memang merupakan pembunuhan. Tapi euthanasia bukanlah pembunuhan seperti yang kita lihat di berita kriminal. Euthanasia adalah tindakan pembunuhan untuk mengakhiri penderitaan satu individu dengan cara meminimalisasi penderitaan saat prosesi pembunuhan itu. Pembunuhan ini pun dilakukan atas pertimbangan untuk mencegah kerugian yang bisa didapatkan dari pihak lain. Karena itulah euthanasia disebut sebagai "pembunuhan bermartabat".

Seandainya saya berada di posisi itu, saya menyerahkan keputusan kepada keluarga saya. Karena saya harus mengutamakan kepentingan banyak orang daripada kepentingan diri sendiri. :)


Quote from: Mr.Johnzidealnya menurut ajaran buddha si.cmiiw
Kalo tidak merugikan pihak lain(anak,istri)Tetap merawat anggota keluarga yg sakit apalagi orangtua kita..
Anggap aja kesempatan berbuat baik..
*tapi itu juga perlu kesepaktan bersama :)

Betul. Siapa yang merawat orang sakit berarti "merawat" Buddha. :)
Tapi kita sebaiknya menjadi orang yang tegas dalam berprinsip namun fleksibel dalam bertindak. Sekali lagi kalau saya yang mendapat posisi itu, saya akan mencari kesepakatan bersama keluarga. Jika jalan euthanasia yang dipilih, maka saya siap memetik buah dari perbuatan yang saya ambil. Hanya itu saja: "berani mengambil tindakan sesuai konsekuensi yang ada".

Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 April 2010, 05:00:24 PM
Euthanasia ini jadi rumit karena pandangan umum orang terhadap hidup itu berbeda. Apalagi kalau sudah melibatkan agama. Kalau saya tertarik membahas dari sisi sebaliknya. Jika ada orang yang setengah mati, setengah hidup, memiliki penyakit yang tak tersembuhkan, setiap hari menjerit-jerit dan meringis kesakitan, lalu setiap hari dengan mengetahui bahwa ia tidak akan sembuh, memberikan penopang hidup dalam berbagai cara yang dengan kata lain membuatnya setengah mati setengah hidup, menjerit dan meringis lebih lama dari seharusnya, apakah sebuah perbuatan yang etis atau tidak? 

Pandangan dari sisi sebaliknya ini pun ada benarnya. Makanya saya menilai bahwa euthanasia adalah pembunuhan, tapi tidak seluruh euthanasia adalah hal buruk.

Bagaimana pendapat Anda?

nyanadhana

Quote from: upasaka on 20 April 2010, 05:19:10 PM
Quote from: nyanadhana on 20 April 2010, 05:09:05 PM
paling ujung2nya menjadi dualisme pro dan kontra lagi.mungkin orang yang koma tadi bisa sembuh suatu hari tapi biasanya semakin berada di rumah sakit malah dikasih obat2an tidak2,makin lama komanya ya makin berduit rumah sakitnya.tergantung bagaimana anda memandang dan keputusan anda mungkin bisa jadi terbaik atau terburuk.entahlah.

Betul. Ini merupakan dilema... Mungkin bisa sembuh, mungkin juga tidak. Segala sesuatu di dunia ini tidak pasti, yang sudah pasti adalah "mati". :)

Seandainya euthanasia pada AA bisa menyelamatkan banyak orang (termasuk juga keluarga A), apakah menurut Anda euthanasia ini sebaiknya dilakukan?

dirimu adalah penolong untuk dirimu sendiri.dirimu adalah guru untuk dirimu sendiri.buat saya sendiri sebisa mungkin pada masa muda kita bisa menjaga kondisi kesehatan,dan sebisa mungkin menghindar dari rumah sakit karena namanya rumah sakit makin kesana ya makin sakit kalo kesana sehat dan sembuh mah rumah sakit tutup aja.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Nevada

Quote from: nyanadhana on 20 April 2010, 05:32:48 PM
dirimu adalah penolong untuk dirimu sendiri.dirimu adalah guru untuk dirimu sendiri.buat saya sendiri sebisa mungkin pada masa muda kita bisa menjaga kondisi kesehatan,dan sebisa mungkin menghindar dari rumah sakit karena namanya rumah sakit makin kesana ya makin sakit kalo kesana sehat dan sembuh mah rumah sakit tutup aja.

Nasihat Anda sangat baik. Saya juga mengharapkan kita semua bisa menjaga kondisi tubuh kita, karena dengan tubuh kita inilah kita bisa melakukan banyak perbuatan baik.

Tapi kembali lagi pada pokok permasalahan... Ketika ada orang yang menghadapi dilema ini, nasihat di atas tidak cukup efektif untuk menanggulangi masalah. Dilema seperti ini harus diselesaikan dengan keberanian untuk mengambil keputusan. Untuk memiliki keberanian ini, kita harus mempunyai pandangan yang jelas terhadap permasalahan, jalan keluar, dan konsekuensinya. Nah, bagaimana menurut Anda?

nyanadhana

dalihnya ya poin poin dalam pembunuhan tidak terpenuhi karena disana tidka terdapat pikiran yang buruk namun apa yang kita jalani sebagai manusia seharusnya bisa disadari sebagai proses.buat dia yang dikasih euthanasia mungkin dia berpikir saya tidak berguna lagi,hanya membawa kesusahan untuk keluarga saya ,dan di sisi keluarga,kasian dianya harus menanggung derita penyakitnya. ke dua belah pihak tetap akan merasakan dukha.
bahkan dalam koma sebetulnya orang sakit masih mendengar hanya saja tubuhnya tidak menterjemahkan keluar apa yang ia pikirkan.kematian adalah dilema setiap orang,menyadari kematian adalah ujian terbesar setiap orang.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

K.K.

Quote from: upasaka on 20 April 2010, 05:32:14 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 20 April 2010, 05:00:24 PM
Euthanasia ini jadi rumit karena pandangan umum orang terhadap hidup itu berbeda. Apalagi kalau sudah melibatkan agama. Kalau saya tertarik membahas dari sisi sebaliknya. Jika ada orang yang setengah mati, setengah hidup, memiliki penyakit yang tak tersembuhkan, setiap hari menjerit-jerit dan meringis kesakitan, lalu setiap hari dengan mengetahui bahwa ia tidak akan sembuh, memberikan penopang hidup dalam berbagai cara yang dengan kata lain membuatnya setengah mati setengah hidup, menjerit dan meringis lebih lama dari seharusnya, apakah sebuah perbuatan yang etis atau tidak? 

Pandangan dari sisi sebaliknya ini pun ada benarnya. Makanya saya menilai bahwa euthanasia adalah pembunuhan, tapi tidak seluruh euthanasia adalah hal buruk.

Bagaimana pendapat Anda?
Saya juga berpendapat begitu. Euthanasia adalah pelanggaran sila, tapi dalam keadaan tertentu, bukanlah hal yang sepenuhnya tercela.

Nevada

#29
Quote from: nyanadhana on 20 April 2010, 05:45:36 PM
dalihnya ya poin poin dalam pembunuhan tidak terpenuhi karena disana tidka terdapat pikiran yang buruk namun apa yang kita jalani sebagai manusia seharusnya bisa disadari sebagai proses.buat dia yang dikasih euthanasia mungkin dia berpikir saya tidak berguna lagi,hanya membawa kesusahan untuk keluarga saya ,dan di sisi keluarga,kasian dianya harus menanggung derita penyakitnya. ke dua belah pihak tetap akan merasakan dukha.
bahkan dalam koma sebetulnya orang sakit masih mendengar hanya saja tubuhnya tidak menterjemahkan keluar apa yang ia pikirkan.kematian adalah dilema setiap orang,menyadari kematian adalah ujian terbesar setiap orang.

Dalam kasus euthanasia, sepertinya tidak ada niat untuk mencelakai si penderita; meskipun pada akhirnya si penderita pun meninggal. Tapi saya pikir saat melakukan eksekusi, pasti ada pikiran untuk menolak (dosa) ataupun tertarik (lobha). Lagipula salah satu syarat pembunuhan adalah "adanya niat untuk membunuh". Niat baik dan niat buruk tetap merupakan niat. Oleh karena itu dalam pandangan Buddhisme, suatu kasus tidak bisa disebut sebagai pembunuhan apabila terjadi secara tidak sengaja (subjek tidak tahu ada objek; dan atau tidak ada niat untuk mengakhiri hidup orang lain).

Segala hal yang disebut sebagai dilema tentu saja merupakan dukkha bagi pihak yang mengalaminya.

Setahu saya, tidak semua orang koma bisa "mendengar" pembicaraan di sekitarnya.

Saya menangkap maksud Anda bahwa euthanasia sebaiknya tidak dilakukan. Yang penting bagi si penderita adalah menghadapi keadaannya saat ini; sedangkan yang penting bagi keluarga dan orang lain adalah menyadari bahwa inilah dukkha. Apakah benar maksud Anda seperti ini?