Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???

Started by Jerry, 25 September 2010, 03:42:57 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Jerry

appamadena sampadetha

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Jerry

Quote from: ryu on 27 September 2010, 09:53:18 PM
Quote from: Jerry on 27 September 2010, 09:45:23 PM
di buat mosaik? :))
iye, tapi tar dikira gak sopan, kayak penjahat =))
Kalo yang penjahat biasanya matanya diblok tebel item, kalo mosaik bukannya ehem..? =))
appamadena sampadetha

andry

Quote from: Jerry on 27 September 2010, 10:21:40 PM
Quote from: ryu on 27 September 2010, 09:53:18 PM
Quote from: Jerry on 27 September 2010, 09:45:23 PM
di buat mosaik? :))
iye, tapi tar dikira gak sopan, kayak penjahat =))
Kalo yang penjahat biasanya matanya diblok tebel item, kalo mosaik bukannya ehem..? =))
owhh kalo di tipi tuh, yg kotak2. rata2
pelaku pembunuhan dan pemerkosaan
Samma Vayama

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Nevada

Quote from: wen78 on 27 September 2010, 08:17:41 PM
Quote from: upasaka on 27 September 2010, 07:13:59 PM
Dalam kasus Tanzan (bhiksu yang menolong wanita dengan menggendongnya), letak kesalahan bhiksu tersebut bukan pada "memberi pertolongannya". Letak kesalahannya berada di "menggendong wanitanya". Harap dipisahkan jelas mengenai perbuatan baik dan pelanggaran Vinaya-nya. Ini sangat mudah dipahami. Kalau Anda kurang paham, saya bisa memberi contoh yang lain...

ternyata bro ryu sudah men-post di sebelah,
Quote2. Seorang Bhiksu yang dengan birahi menyentuh bagian apapun dari tubuh
seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa

soal bermain gitar, tinggal bagaimana menafsirkankan kalimat "aku bertekad untuk tidak menikmati musik, tarian, dan hiburan-hiburan lainnya."

Oh, ada sedikit koreksi... Bagi umat awam, sila untuk menghindari menikmati musik, tarian dan hiburan lainnya memang dilakukan dengan tekad untuk berlatih (sikkhapadam). Namun bagi seorang bhikkhu, Vinaya untuk menghindari menikmati musik, tarian dan hiburan lainnya bukan dilakukan dengan tekad untuk berlatih. Namun sebagai keharusan sejak menerima penahbisan (upasampada).

andry

Quote from: upasaka on 27 September 2010, 10:58:24 PM
Quote from: wen78 on 27 September 2010, 08:17:41 PM
Quote from: upasaka on 27 September 2010, 07:13:59 PM
Dalam kasus Tanzan (bhiksu yang menolong wanita dengan menggendongnya), letak kesalahan bhiksu tersebut bukan pada "memberi pertolongannya". Letak kesalahannya berada di "menggendong wanitanya". Harap dipisahkan jelas mengenai perbuatan baik dan pelanggaran Vinaya-nya. Ini sangat mudah dipahami. Kalau Anda kurang paham, saya bisa memberi contoh yang lain...

ternyata bro ryu sudah men-post di sebelah,
Quote2. Seorang Bhiksu yang dengan birahi menyentuh bagian apapun dari tubuh
seorang wanita, telah melakukan satu kesalahan Sanghavasesa

soal bermain gitar, tinggal bagaimana menafsirkankan kalimat "aku bertekad untuk tidak menikmati musik, tarian, dan hiburan-hiburan lainnya."

Oh, ada sedikit koreksi... Bagi umat awam, sila untuk menghindari menikmati musik, tarian dan hiburan lainnya memang dilakukan dengan tekad untuk berlatih (sikkhapadam). Namun bagi seorang bhikkhu, Vinaya untuk menghindari menikmati musik, tarian dan hiburan lainnya bukan dilakukan dengan tekad untuk berlatih. Namun sebagai keharusan sejak menerima penahbisan (upasampada).
ya, tp kata saya , itu ya cuma buat mereka2 yg masih mau berkubang dlm lumpur sja
Samma Vayama

K.K.

Quote from: wen78 on 27 September 2010, 06:22:44 PM
saya ingin meluruskan, sebenarnya saya tidak berbicara atas nama Mahayana dan atau atas nama vinaya Mahayana.
saya hanya "melawan" pandangan2 umum atas sebuah kesempurnaan sosok bhikku yg harus begini, tidak boleh begitu, dll.
Ya, saya mengerti itu. Sebetulnya kita semua bicara di sini hanya mewakili pribadi, bukan suatu organisasi. Kecuali memang orang itu adalah representasinya. Jika saya mengkritik Mahayana yang dijelaskan Bro wen78, itu berarti saya kritik "Mahayana menurut wen78." 


Quotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.
OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?


Shining Moon

well...rasanya kurang tepat ya kalau kita menggeneralisir kesimpulan berdasarkan statement satu orang saja, lantas mendeskreditkan sekte lain yang bukan sekte kita. Belum tentu pendapat orang itu memang benar demikian apa adanya mewakili kan?
Life is beautiful, let's rock and roll..

K.K.

Quote from: Shining Moon on 28 September 2010, 11:36:43 AM
well...rasanya kurang tepat ya kalau kita menggeneralisir kesimpulan berdasarkan statement satu orang saja, lantas mendeskreditkan sekte lain yang bukan sekte kita. Belum tentu pendapat orang itu memang benar demikian apa adanya mewakili kan?
Betul, makanya perlu dibedakan ketika diskusi dengan pribadi satu dengan pribadi lain.
Misalnya ada Mahayanis yang bilang vinaya tidak terikat sepanjang waktu, ketahuilah bahwa "Vinaya Mahayana menurut dia pribadi" adalah tidak terikat sepanjang waktu, tetapi bukan berarti "Vinaya Mahayana menurut Mahayanis lain" pasti tidak terikat sepanjang waktu juga.


hatRed

kalau gitu bakal ada pertanyaan lagi

apakah Vinaya bagi Mahaya berbeda bagi tiap2 Mahayanis :hammer:
i'm just a mammal with troubled soul



Indra

Quote from: hatRed on 28 September 2010, 12:21:47 PM
kalau gitu bakal ada pertanyaan lagi

apakah Vinaya bagi Mahaya berbeda bagi tiap2 Mahayanis :hammer:

terserah pada interpretasi masing2

K.K.

Quote from: hatRed on 28 September 2010, 12:21:47 PM
kalau gitu bakal ada pertanyaan lagi

apakah Vinaya bagi Mahaya berbeda bagi tiap2 Mahayanis :hammer:
Kalau kita bilang Buddhisme, kembali lagi semua dari Ajaran Buddha. Ajaran Buddha dipersepsi dan dinterpretasi, ditafsirkan secara berbeda bagi setiap orang. Karena Buddha-nya sendiri sudah tidak ada, maka tidak mungkin lagi kita konfirmasi yang mana tafsiran yang tepat dan mana yang keliru.

Jadi memang benar, Ajaran Buddha apakah vinaya atau sutra, bisa berbeda maknanya bagi tiap orang, dan karena tidak ada pihak valid yang bisa konfirmasi (=Buddha), jadi kita tidak tahu kebenarannya.

Shining Moon

Life is beautiful, let's rock and roll..

wen78

Quote from: Kainyn_Kutho on 28 September 2010, 08:48:14 AM
Quotesegala perilaku dan pencapaian seorang bhikku tentu akan diketahui oleh gurunya/senior diatasnya yg pada akhirnya yg memutuskan apakah melanggar atau tidak melanggar vinaya.
OK, di sini ada hal yang kurang jelas. Saya mau tanya dulu, apakah vinaya mengatur perilaku ataukah pikiran?
perilaku
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.