Tanya: Vinaya dalam Mahayana Bukan Kontrak Wajib???

Started by Jerry, 25 September 2010, 03:42:57 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

andry

Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 25 September 2010, 10:23:42 PM
kalo buah memang aturannya tidak boleh dimakan jika masih bisa tumbuh, karena itu biasanya umat udah motong duluan.

kalo makanan udah dipotong duluan, kenapa gak boleh dimakan?
hmm.. kalo ngasih daging ayam yg masih menyatu sama tulang?? boleh kah?
trus
kalao mengasih daging sapi seukuran telapak tangan? boleh kah ( tidak masuk semua ke mulut. jadi harus di potong oleh sendok/garpu, tidak boleh oleh gigi bukan??)
Samma Vayama

Indra

Quote from: andry on 25 September 2010, 10:59:09 PM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 25 September 2010, 10:23:42 PM
kalo buah memang aturannya tidak boleh dimakan jika masih bisa tumbuh, karena itu biasanya umat udah motong duluan.

kalo makanan udah dipotong duluan, kenapa gak boleh dimakan?
hmm.. kalo ngasih daging ayam yg masih menyatu sama tulang?? boleh kah?
trus
kalao mengasih daging sapi seukuran telapak tangan? boleh kah ( tidak masuk semua ke mulut. jadi harus di potong oleh sendok/garpu, tidak boleh oleh gigi bukan??)

Bro, vinaya bagian manakah yg mengatakan tidak boleh memotong daging dengan gigi?

ryu

Quote from: Indra on 25 September 2010, 11:00:49 PM
Quote from: andry on 25 September 2010, 10:59:09 PM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 25 September 2010, 10:23:42 PM
kalo buah memang aturannya tidak boleh dimakan jika masih bisa tumbuh, karena itu biasanya umat udah motong duluan.

kalo makanan udah dipotong duluan, kenapa gak boleh dimakan?
hmm.. kalo ngasih daging ayam yg masih menyatu sama tulang?? boleh kah?
trus
kalao mengasih daging sapi seukuran telapak tangan? boleh kah ( tidak masuk semua ke mulut. jadi harus di potong oleh sendok/garpu, tidak boleh oleh gigi bukan??)

Bro, vinaya bagian manakah yg mengatakan tidak boleh memotong daging dengan gigi?
19. Saya takkan makan dengan menggigit-gigit bongkahan nasi.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

andry

Quote from: Indra on 25 September 2010, 11:00:49 PM
Quote from: andry on 25 September 2010, 10:59:09 PM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 25 September 2010, 10:23:42 PM
kalo buah memang aturannya tidak boleh dimakan jika masih bisa tumbuh, karena itu biasanya umat udah motong duluan.

kalo makanan udah dipotong duluan, kenapa gak boleh dimakan?
hmm.. kalo ngasih daging ayam yg masih menyatu sama tulang?? boleh kah?
trus
kalao mengasih daging sapi seukuran telapak tangan? boleh kah ( tidak masuk semua ke mulut. jadi harus di potong oleh sendok/garpu, tidak boleh oleh gigi bukan??)

Bro, vinaya bagian manakah yg mengatakan tidak boleh memotong daging dengan gigi?
mas indra, saya tidak begitu tahu mas. cuma waktu itu pernah dengar dan di kasih tau,
yg  kurang lebih seh begitu...

"kenapa tuh daging di potong kecil2"

"kan gak boleh kalao di gigit sebagian, dan sebagiannya lagi di kembalikan taruh di piring"

Begitu pula dengan buah

mohon penjelasan nya mas indra
Samma Vayama

Indra

Quote from: andry on 25 September 2010, 11:20:55 PM
Quote from: Indra on 25 September 2010, 11:00:49 PM
Quote from: andry on 25 September 2010, 10:59:09 PM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 25 September 2010, 10:23:42 PM
kalo buah memang aturannya tidak boleh dimakan jika masih bisa tumbuh, karena itu biasanya umat udah motong duluan.

kalo makanan udah dipotong duluan, kenapa gak boleh dimakan?
hmm.. kalo ngasih daging ayam yg masih menyatu sama tulang?? boleh kah?
trus
kalao mengasih daging sapi seukuran telapak tangan? boleh kah ( tidak masuk semua ke mulut. jadi harus di potong oleh sendok/garpu, tidak boleh oleh gigi bukan??)

Bro, vinaya bagian manakah yg mengatakan tidak boleh memotong daging dengan gigi?
mas indra, saya tidak begitu tahu mas. cuma waktu itu pernah dengar dan di kasih tau,
yg  kurang lebih seh begitu...

"kenapa tuh daging di potong kecil2"

"kan gak boleh kalao di gigit sebagian, dan sebagiannya lagi di kembalikan taruh di piring"

Begitu pula dengan buah

mohon penjelasan nya mas indra

nah saya juga blm pernah tau, makanya tanya

wen78

Quote from: Jerry on 25 September 2010, 03:42:57 AM
Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?

sebelum saya menjawab pertanyaan bro Jerry, saya ingin menanyakan 1 hal terlebih dahulu.

dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

ryu

Quote from: wen78 on 25 September 2010, 11:59:44 PM
Quote from: Jerry on 25 September 2010, 03:42:57 AM
Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?

sebelum saya menjawab pertanyaan bro Jerry, saya ingin menanyakan 1 hal terlebih dahulu.

dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?
tidak, bahkan membunuh pun tidak melanggar vinaya, itu disebut upaya kausalya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

hendrako

Quote from: wen78 on 25 September 2010, 11:59:44 PM
Quote from: Jerry on 25 September 2010, 03:42:57 AM
Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?

sebelum saya menjawab pertanyaan bro Jerry, saya ingin menanyakan 1 hal terlebih dahulu.

dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?

Kisah Zen tersebut maksudnya bukan melegalkan penggendongan gadis oleh Bhiksu, tapi membawa pesan bahwa keterikatan pikiran jauh lebih berbahaya.

Bhiksu menggendong gadis hanyalah perbandingan contoh ekstrim perbuatan jasmani dengan pikiran atau batin seorang Bhiksu yang lain.
yaa... gitu deh

adi lim

#23
Quote from: ryu on 26 September 2010, 07:44:31 AM
Quote from: wen78 on 25 September 2010, 11:59:44 PM
Quote from: Jerry on 25 September 2010, 03:42:57 AM
Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?

sebelum saya menjawab pertanyaan bro Jerry, saya ingin menanyakan 1 hal terlebih dahulu.

dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?
tidak, bahkan membunuh pun tidak melanggar vinaya, itu disebut upaya kausalya.

sekalian dibold kata upaya kausalya lagi supaya lebh jelas ^-^

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

wen78

#24
Quote from: hendrako on 26 September 2010, 07:57:02 AM
Quote from: wen78 on 25 September 2010, 11:59:44 PM
Quote from: Jerry on 25 September 2010, 03:42:57 AM
Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?

sebelum saya menjawab pertanyaan bro Jerry, saya ingin menanyakan 1 hal terlebih dahulu.

dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?

Kisah Zen tersebut maksudnya bukan melegalkan penggendongan gadis oleh Bhiksu, tapi membawa pesan bahwa keterikatan pikiran jauh lebih berbahaya.

Bhiksu menggendong gadis hanyalah perbandingan contoh ekstrim perbuatan jasmani dengan pikiran atau batin seorang Bhiksu yang lain.

apakah maksud anda berarti bahwa tindakan Bhikku besar(yg menggendong gadis) adalah salah walaupun tujuannya ingin menolong, tidak ada nafsu yg timbul, tidak merasakan nikmatnya menggendong wanita, dan pencapaiannya adalah salah? dan yg seharusnya dilakukan adalah seperti Bhikku kecil(yg bertanya) yaitu seharusnya tidak menolong dan membiarkan gadis itu sendiri?

segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Nevada

Saya mau tanya: "Apakah bhiksu Mahayana tidak memiliki peraturan untuk tidak berdekatan dengan wanita?". Soalnya selama saya melihat bhiksu-bhiksu dari Mahayana, semuanya tidak menjaga jarak dari wanita. Bahkan ada bhiksu yang tampaknya cukup senior, malah suka bercanda dengan wanita-wanita, tabok-menabok bahu, tertawa terbahak-bahak, dan sebagainya.

Sedangkan kalau kita lihat karakter Bhiksu Tong Sam Cong di Serial TV Kera Sakti, dia sangat menjaga jarak dengan wanita. Bahkan menyentuh wanita saja tidak berani. Ada yang bisa menjelaskan?

wen78

Quote from: upasaka on 26 September 2010, 10:36:22 AM
Apakah bhiksu Mahayana tidak memiliki peraturan untuk tidak berdekatan dengan wanita?

Seorang  bhikkhu  Theravāda  memiliki  227  peraturan  (Sīla)  dalam  Pāṭimokkha sementara  seorang  bhikkhu  Mahayana  pada  dasarnya  memiliki  peraturan  yang sama dengan tambahan bagian minor yang berhubungan dengan sikap hormat pada  stupa,  yang  menjadikannya  250  peraturan  secara  keseluruhan.

Kesemua delapan kelompok peraturan kedisiplinan tersebut pada dasarnya sama untuk  mazhab  Theravāda  dan  Mahayana,  dengan  pengecualian  pada  bagian Pācittiya dan Sekhiya. Seorang bhikkhu Theravāda memiliki 92 Pācittiya dan 75 Sekhiya, sementara seorang bhikkhu Mahayana  memiliki 90 Pācittiya dan 100 Sekhiya.

segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

hendrako

Quote from: wen78 on 26 September 2010, 10:35:00 AM
Quote from: hendrako on 26 September 2010, 07:57:02 AM
Quote from: wen78 on 25 September 2010, 11:59:44 PM
Quote from: Jerry on 25 September 2010, 03:42:57 AM
Apakah benar demikian bahwa dalam Mahayana (termasuk Tantrayana dan mazhab-mazhab Mahayana yang lain), keseluruhan sila & vinaya anggota Sangha tidak bersifat mengekang total melainkan sewaktu-waktu ada poin tertentu yang dapat dilepas untuk menghindari pelanggaran?

sebelum saya menjawab pertanyaan bro Jerry, saya ingin menanyakan 1 hal terlebih dahulu.

dalam kisah Zen mengenai Bhikku membawa gadis menyeberangi sungai, apakah Bhikku tsb melanggar vinaya menurut bro Jerry?

Kisah Zen tersebut maksudnya bukan melegalkan penggendongan gadis oleh Bhiksu, tapi membawa pesan bahwa keterikatan pikiran jauh lebih berbahaya.

Bhiksu menggendong gadis hanyalah perbandingan contoh ekstrim perbuatan jasmani dengan pikiran atau batin seorang Bhiksu yang lain.

apakah maksud anda berarti bahwa tindakan Bhikku besar(yg menggendong gadis) adalah salah walaupun tujuannya ingin menolong, tidak ada nafsu yg timbul, tidak merasakan nikmatnya menggendong wanita, dan pencapaiannya adalah salah? dan yg seharusnya dilakukan adalah seperti Bhikku kecil(yg bertanya) yaitu seharusnya tidak menolong dan membiarkan gadis itu sendiri?



Kalo merujuk pada kisah tsb,
Ya, Bhiksu yang anda sebut Bhiksu Besar, salah. Karena melanggar Vinaya,
dan si gadis toh bisa jalan sendiri, gak perlu digendong.
Si gadis kan ceritanya cuman takut basah, bukan lumpuh, bukan keseleo ato luka.
Yaa.... biarin ajah dia jalan ndiri... gak perlu digendong2, toh akibatnya cuman basah, bukan luka dsb.

Tapi sekali lagi, hal di atas bukan esensi dari kisah tersebut.
Tetapi sebuah analogi pada sebuah kisah yang sangat efektif untuk menunjukkan pesan yang ingin disampaikan.
yaa... gitu deh

Nevada

Quote from: wen78 on 26 September 2010, 10:46:59 AM
Seorang  bhikkhu  Theravāda  memiliki  227  peraturan  (Sīla)  dalam  Pāṭimokkha sementara  seorang  bhikkhu  Mahayana  pada  dasarnya  memiliki  peraturan  yang sama dengan tambahan bagian minor yang berhubungan dengan sikap hormat pada  stupa,  yang  menjadikannya  250  peraturan  secara  keseluruhan.

Kesemua delapan kelompok peraturan kedisiplinan tersebut pada dasarnya sama untuk  mazhab  Theravāda  dan  Mahayana,  dengan  pengecualian  pada  bagian Pācittiya dan Sekhiya. Seorang bhikkhu Theravāda memiliki 92 Pācittiya dan 75 Sekhiya, sementara seorang bhikkhu Mahayana  memiliki 90 Pācittiya dan 100 Sekhiya.

Jadi dengan kata lain, maksudnya perilaku Bhiksu Tong Sam Cong di Serial TV Kera Sakti itu adalah perilaku bhiksu yang benar? Sedangkan perilaku bhiksu yang cukup senior yang saya lihat suatu waktu itu adalah perilaku bhiksu yang tidak benar?

Nevada

Quote from: hendrako on 26 September 2010, 10:49:53 AM
Kalo merujuk pada kisah tsb,
Ya, Bhiksu yang anda sebut Bhiksu Besar, salah. Karena melanggar Vinaya,
dan si gadis toh bisa jalan sendiri, gak perlu digendong.
Si gadis kan ceritanya cuman takut basah, bukan lumpuh, bukan keseleo ato luka.
Yaa.... biarin ajah dia jalan ndiri... gak perlu digendong2, toh akibatnya cuman basah, bukan luka dsb.

Tapi sekali lagi, hal di atas bukan esensi dari kisah tersebut.
Tetapi sebuah analogi pada sebuah kisah yang sangat efektif untuk menunjukkan pesan yang ingin disampaikan.

Mengutip penjelasan dari Bro wen78, peraturan yang dimiliki oleh seorang bhikkhu (Theravada) dengan seorang bhiksu (Mahayana) adalah tidak terlalu berbeda. Dengan ini, saya menyimpulkan bahwa seorang bhiksu pun seharusnya tidak menyentuh wanita / menjaga jarak dengan wanita.

Jika kasus bhiksu dalam Kisah Zen itu dinyatakan bahwa menolong wanita dengan menggendongnya, maka itu merupakan pelanggaran peraturan (Vinaya). Meskipun dilakukan untuk menolong, tanpa nafsu, atas dasar cinta-kasih; tetap saja perbuatannya itu melanggar Vinaya. Vinaya tetap berlaku tanpa ada pengecualian-pengecualian.

Bhiksu tersebut tentu saja melakukan perbuatan baik karena menolong wanita itu. Namun itu bukan menjadi alasan untuk melarikan diri dari ketetapan Vinaya. Jangan menganggap bahwa perbuatan baik itu bisa menteralisir pelanggaran Vinaya. Saya melihat bhiksu tersebut keliru jika menganggap dirinya bersih dari pelanggaran Vinaya.