Berdasarkan KBBI
eks.pre.si
[n] (1) pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dsb): sajak itu merupakan -- dr perasaan hatinya; (2) pandangan air muka yg memperlihatkan perasaan seseorang: -- rasa tidak puas tergambar di wajahnya
Nah, berdasarkan KBBI, jelas terlihat bahwa EKSPRESI adalah "sarana pengungkapan perasaan".
Agama2 lain memang perlu sekali mengungkapkan perasaan cinta mereka kepada Tuhan mereka. Mereka akan meng-ekspresikannya dalam lagu2 pujian. Bahkan dalam alkitab sendiri dikatakan bahwa "Tuhan ingin dipuja" (lupa ayatnya, kitab ulangan dll). Jadi, dalam konteks agama mereka, apa yg mereka lakukan sudah benar, sudah sesuai dengan ajaran agamanya. fokus mereka pada Tuhan, dan mereka memuja Sang Tuhan dengan segala pujian dan ekspresi perasaan.
Namun, dalam Buddhisme, sangat bertolak-belakang.
Buddhisme bukanlah Ajaran yg memuja sosok tertentu. Buddhisme tidak bergantung pada suatu sosok penyelamat. Buddha tidak mengajarkan umatnya memuja-muja diriNya. Buddha tidak mengajarkan kita untuk mengekspresikan cinta kita kepadaNya. Memang benar Buddha mengajarkan kita untuk hormat kepada siapa saja, termasuk kepada Buddha, Sang Guru, namun tidak perlu ekspresi2an.
Buddha mengajarkan kita untuk meningkatkan kesadaran kita. Awas terhadap gejolak batin kita. Buddha mengajarkan kita untuk tidak terlena oleh perasaan2.
Menonton tarian dan mendengarkan musik adalah untuk 'dinikmati'. Notasi2 indah disusun sedemikian rupa agar 'nyaman' didengar oleh telinga.
Menurut Bro, kenapa Atthasila mensyaratkan kita untuk berpuasa mendengarkan musik dan hiburan?
Sekali lagi nyanyian ataupun puisi bahkan tarian, tidak menjadi sesuatu yang tabu.
Tetapi tentu nyanyian, puisi dan tarian yang diciptakan dengan 'sati' menghasilkan karya yang indah, dan tidak akan terjadi seperti yang 'secara ekstrim' anda paparkan.
Marilah kita belajar untuk tidak menjadi 'ekstrim' karena itu penghalang menuju 'pencerahan'
::
Tepukan2 dan nyanyian, apakah itu ekstrim? Bagaimana dengan housemusic atau thrashmetal? Mana yg lebih ekstrim? Pada jaman Sang Buddha, musik jauh lebih 'tidak ekstrim' dibanding sekarang, dan itu saja sudah disarankan untuk dihindari oleh Sang Buddha.
maaf saya membalas tanpa menghapus pesan sebelumnya.
Masih sering salah, jadi saya langsung balas saja di bawahnya.
Mudah2an tidak merepotkan pada saat membaca.
no prob Bro. Masih jelas kok.
Sy juga berusaha sebisa ungkin merapikan reply2, tapi terkadang juga sering salah hapus perintah quote dan tampilannya sering jadi aneh.
Sebenarnya bahasan kita sudah cukup melebar, nah, kembali ke topik, kita membahas si Bhikkhu yg bermain gitar. Pada intinya pendapat sy, berdasarkan argumen2 diatas, apalah gunanya memainkan gitar dengan alasan apapun. Berusaha menjaga Sati (otomatis sila dan semua aturan akan terjaga) dan babarkanlah Dhamma dengan cara2 yg benar.
Main musik bersama2 umat tidak dapat dengan alasan 'untuk membabarkan Dhamma'. Itu adalah 'pembenaran' yg dicari2. Main musik bersama2 -jujur saja- hanyalah kegiatan bersenang2 bersama.
Menurut Bro, saat si Bhikkhu saat memainkan gitar, apakah umat disekeliling beliau akan menyerap dan merenungkan lirik Dhamma lagu tsb, ataukah mereka menikmati alunan musik dan mengagumi kepiawaian si Bhikkhu bermain gitar, dengan kata lain mereka menikmati bernyanyi bersama2?
::