Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?

Started by ryu, 23 September 2010, 07:51:19 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Mokau Kaucu

Quote from: dtgvajra on 14 October 2010, 10:59:26 AM
Quote from: henrychan on 14 October 2010, 09:42:09 AM


Saya setuju, bahwa kita harus mengacu pada 'ariya sangha' (komunitas para ariya) sebagai sangha dalam triratna.
Bukan sangha /komunitas biku.
Mudah2an kita sudah mendekati sepakat, bahwa sangha = komunitas.
Dan di dalam komunitas manapun, baik biku/bikuni/upasaka/upasika ada 'ariya' ada yang bukan ariya.

Jadi, seperti sudah saya beberapa kali singgung di awal, bahwa sangha biku/bikuni, dan sangha uapasak/sika pada prinsipnya sejajar, dan saling melengkapi. Tidak ada yang lebih superior dibanding yang lain.
Bedanya hanya di 'ariya sangha', yang menurut catatan sejarah lebih banyak ada di sangha biku/bikuni ketimbang sangha upasaka/sika.
Tapi itupun di jaman Buddha, atau di jaman buddhis awal.  Sekarang mungkin terbalik. hehe.

terimakasih,
henrychan


Bro Henry, mohon penjelasan kalimat yg saya bold diatas, itu ada referensinya atau pendapat sdr sendiri?
Karena kalau kita membaca Sutta, nuansa yang didapat adalah mereka yg menjadi Bhikkhu lebih mulia daripada upasaka/upasika.

Repost, yg tadi Boldnya tidak muncul.  ^:)^
~Life is suffering, why should we make it more?~

Indra

#1111
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 10:57:06 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 October 2010, 08:30:42 AM
Sepertinya Bro upasaka masih belum mengerti esensi biku: TIDAK PERLU GUNDUL SELAMA MINDFUL!

*upasaka tidak jadi menaikkan temperatur thread ini, karena barusan melihat ada indikasi kalau topik ini mau diakhiri dengan sebuah solusi kekeluargaan*

sebelum tercapainya solusi itu, silahkan meriahkan thread ini sampai puncaknya. lagipula Bro henrychan toh belum menanggapi usulan saya, mungkin sedang2 mencari jawaban untuk menghindar atau berkonsultasi dengan BURUNG

Indra

Quote from: dtgvajra on 14 October 2010, 11:00:56 AM
Quote from: dtgvajra on 14 October 2010, 10:59:26 AM
Quote from: henrychan on 14 October 2010, 09:42:09 AM


Saya setuju, bahwa kita harus mengacu pada 'ariya sangha' (komunitas para ariya) sebagai sangha dalam triratna.
Bukan sangha /komunitas biku.
Mudah2an kita sudah mendekati sepakat, bahwa sangha = komunitas.
Dan di dalam komunitas manapun, baik biku/bikuni/upasaka/upasika ada 'ariya' ada yang bukan ariya.

Jadi, seperti sudah saya beberapa kali singgung di awal, bahwa sangha biku/bikuni, dan sangha uapasak/sika pada prinsipnya sejajar, dan saling melengkapi. Tidak ada yang lebih superior dibanding yang lain.
Bedanya hanya di 'ariya sangha', yang menurut catatan sejarah lebih banyak ada di sangha biku/bikuni ketimbang sangha upasaka/sika.
Tapi itupun di jaman Buddha, atau di jaman buddhis awal.  Sekarang mungkin terbalik. hehe.

terimakasih,
henrychan


Bro Henry, mohon penjelasan kalimat yg saya bold diatas, itu ada referensinya atau pendapat sdr sendiri?
Karena kalau kita membaca Sutta, nuansa yang didapat adalah mereka yg menjadi Bhikkhu lebih mulia daripada upasaka/upasika.

Repost, yg tadi Boldnya tidak muncul.  ^:)^

bagaimana dengan misalnya Perumah tangga Citta yg Anagami jika dibandingkan dengan BIKU BERGITAR ini?

Nevada

Quote from: Indra on 14 October 2010, 11:03:15 AM
sebelum tercapainya solusi itu, silahkan meriahkan thread ini sampai puncaknya

Roger that.

Indra

Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:06:08 AM
Quote from: Indra on 14 October 2010, 11:03:15 AM
sebelum tercapainya solusi itu, silahkan meriahkan thread ini sampai puncaknya

Roger that.

updated, pls requote

Mokau Kaucu

Quote from: Indra on 14 October 2010, 11:04:47 AM
Quote from: dtgvajra on 14 October 2010, 11:00:56 AM
Quote from: dtgvajra on 14 October 2010, 10:59:26 AM
Quote from: henrychan on 14 October 2010, 09:42:09 AM


Saya setuju, bahwa kita harus mengacu pada 'ariya sangha' (komunitas para ariya) sebagai sangha dalam triratna.
Bukan sangha /komunitas biku.
Mudah2an kita sudah mendekati sepakat, bahwa sangha = komunitas.
Dan di dalam komunitas manapun, baik biku/bikuni/upasaka/upasika ada 'ariya' ada yang bukan ariya.

Jadi, seperti sudah saya beberapa kali singgung di awal, bahwa sangha biku/bikuni, dan sangha uapasak/sika pada prinsipnya sejajar, dan saling melengkapi. Tidak ada yang lebih superior dibanding yang lain.
Bedanya hanya di 'ariya sangha', yang menurut catatan sejarah lebih banyak ada di sangha biku/bikuni ketimbang sangha upasaka/sika.
Tapi itupun di jaman Buddha, atau di jaman buddhis awal.  Sekarang mungkin terbalik. hehe.

terimakasih,
henrychan


Bro Henry, mohon penjelasan kalimat yg saya bold diatas, itu ada referensinya atau pendapat sdr sendiri?
Karena kalau kita membaca Sutta, nuansa yang didapat adalah mereka yg menjadi Bhikkhu lebih mulia daripada upasaka/upasika.

Repost, yg tadi Boldnya tidak muncul.  ^:)^

bagaimana dengan misalnya Perumah tangga Citta yg Anagami jika dibandingkan dengan BIKU BERGITAR ini?

Kalau yg Anagami termasuk Arya Sangha, kalau yang bergitar termasuk Heavy Metal Sangha, jika belum ada, silahkan bro Indra mendirikan, sekalian sebagai promotor, kan beberapa page yg lalu sdh ada yg mengusulkan
~Life is suffering, why should we make it more?~

Nevada

Quote from: Kainyn_Kutho on 14 October 2010, 08:30:42 AM
Sepertinya Bro upasaka masih belum mengerti esensi biku: TIDAK PERLU GUNDUL SELAMA MINDFUL!

Anda keliru. Justru seorang "biku" harus gundul supaya bisa MINDFUL.

Indra

Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:11:47 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 October 2010, 08:30:42 AM
Sepertinya Bro upasaka masih belum mengerti esensi biku: TIDAK PERLU GUNDUL SELAMA MINDFUL!

Anda keliru. Justru seorang "biku" harus gundul supaya bisa MINDFUL.

GUNDUL bukanlah syarat mutlak, tanpa gundul juga ok, GUNDUL hanya berfungsi untuk meningkatkan penjualan tiket

hendrako

Quote from: Kainyn_Kutho on 13 October 2010, 08:41:26 AM
Teman2, soal group Death Metal (Maraṇa Loha Samañña) itu saya serius lho. Kalau ada fasilitas & personil, saya mau bentuk dan tidak akan mengandalkan MBI untuk band se-"elegant" ini. Tujuannya jelas bukan menyebarkan dhamma (secara langsung) tapi mengkritik kebobrokan vinaya yang terjadi sekarang ini.


Seni sebagai kritik sosial..... emang efektif untuk bisa didengar, (walau tak jarang hanya cuma terdengar).
Semangat yang sama,
contohnya kek seni lukis di bawah ini :

Warthit's painting would draw complaints because of its depiction of Buddhist monks greedily looking over amulets.


Below, Anupong Chanthorn's "Ma-nus", another prize-winner that made enemies, dogs becoming men in monks' robes, nursing crows that toy with snakes.




"Too many of the 250,000 to 300,000 monks in this country do not observe even the most rudimentary precepts required of lay Buddhists — let alone the 227 precepts that those who take up the saffron robe are supposed to observe," The Nation said in an editorial. "Buddhist temples used to be centres of learning, and monks were the guardians of our cultural heritage, but many temples have turned into dens of iniquity."
yaa... gitu deh

Nevada

Quote from: Indra on 14 October 2010, 11:14:28 AM
GUNDUL bukanlah syarat mutlak, tanpa gundul juga ok, GUNDUL hanya berfungsi untuk meningkatkan penjualan tiket

Saya sebagai upasaka punya sila untuk tidak berbohong. Ketika saya berbohong, meskipun saya MINDFUL, saya tetap dinyatakan melanggar sila. Sedangkan "biku" yang gundul, meski tunduk pada vinaya, asalkan tetap MINDFUL; maka menggendong cewe juga tidak apa-apa, bergitar juga tidak apa-apa, hunting cewe juga tidak apa-apa.

Anda bisa lihat kan "THE POWER OF GUNDUL" itu seperti apa?

Mokau Kaucu

Maksudnya bukan kebobrokan Vinaya khan?
Tetapi kebobrokan moral dari mereka yang hidup dengan seharusnya hidup mengikuti Vinaya.

Tul Bro?
~Life is suffering, why should we make it more?~

Indra

Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:22:37 AM
Quote from: Indra on 14 October 2010, 11:14:28 AM
GUNDUL bukanlah syarat mutlak, tanpa gundul juga ok, GUNDUL hanya berfungsi untuk meningkatkan penjualan tiket

Saya sebagai upasaka punya sila untuk tidak berbohong. Ketika saya berbohong, meskipun saya MINDFUL, saya tetap dinyatakan melanggar sila. Sedangkan "biku" yang gundul, meski tunduk pada vinaya, asalkan tetap MINDFUL; maka menggendong cewe juga tidak apa-apa, bergitar juga tidak apa-apa, hunting cewe juga tidak apa-apa.

Anda bisa lihat kan "THE POWER OF GUNDUL" itu seperti apa?

mungkin anda salah menginterpretasikan sila, BERBOHONG jika didukung alasan yg bisa dijadikan pembenaran, dan dilakukan dengan MINDFUL, maka itu tidak melanggar baik HINAYA maupun WINAYA

Nevada

Quote from: dtgvajra on 14 October 2010, 11:23:34 AM
Maksudnya bukan kebobrokan Vinaya khan?
Tetapi kebobrokan moral dari mereka yang hidup dengan seharusnya hidup mengikuti Vinaya.

Tul Bro?

Dhamma dan Vinaya tidak akan pernah bobrok. Yang bisa bobrok adalah pelaksanaan Dhamma dan kepatuhan pada Vinaya tersebut.

Nevada

Quote from: Indra on 14 October 2010, 11:24:47 AM
mungkin anda salah menginterpretasikan sila, BERBOHONG jika didukung alasan yg bisa dijadikan pembenaran, dan dilakukan dengan MINDFUL, maka itu tidak melanggar baik HINAYA maupun WINAYA

Itu artinya umat awam membutuhkan "pembenaran" untuk mendukung MINDFUL. Kalau "biku" gundul, cukup menggunakan MINDFUL saja. Jadi sudah lihat kan "THE POWER OF GUNDUL" itu seperti apa?

Mokau Kaucu

Quote from: Indra on 14 October 2010, 11:24:47 AM
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:22:37 AM
Quote from: Indra on 14 October 2010, 11:14:28 AM
GUNDUL bukanlah syarat mutlak, tanpa gundul juga ok, GUNDUL hanya berfungsi untuk meningkatkan penjualan tiket

Saya sebagai upasaka punya sila untuk tidak berbohong. Ketika saya berbohong, meskipun saya MINDFUL, saya tetap dinyatakan melanggar sila. Sedangkan "biku" yang gundul, meski tunduk pada vinaya, asalkan tetap MINDFUL; maka menggendong cewe juga tidak apa-apa, bergitar juga tidak apa-apa, hunting cewe juga tidak apa-apa.

Anda bisa lihat kan "THE POWER OF GUNDUL" itu seperti apa?

mungkin anda salah menginterpretasikan sila, BERBOHONG jika didukung alasan yg bisa dijadikan pembenaran, dan dilakukan dengan MINDFUL, maka itu tidak melanggar baik HINAYA maupun WINAYA

Dalam hal ini disebut UPAYA KAUSALYA  ;D ;D ;D
~Life is suffering, why should we make it more?~