Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.

Started by johan3000, 21 July 2010, 05:55:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

johan3000

Quote from: ryu on 26 July 2010, 07:38:10 AM
Garis antara seorang Genius dan seorang Gila sungguh sangat tipis. Bagi orang yang menyukai saya, saya ini berbakat. Bagi orang lain lagi, saya ini hanya seorang Gila.  "LSY" =)) =)) =))

Dalam hal tsb diatas gw bukan yg professionalnya. Tapi kalau dipinggir jalan sangatlah mudah membedakan

Utk orang GILA :
1. Bau nya khas...(bau orang gila)
2. bolotnya tidak kalah sama pupuk kandang (bagus utk perkebunan)
3. Rambutnya panjang kumal dan tidak pakai FOAM atau Styling Gell
4. Nah kalau dilemparin duit 50ribu... dia tetap ambil....
5. Outfitnya ya gak beda sama yg lagi mau renang... malah sering bugil...
.........
dst, dst, dst (sementara 5 dulu, kalau ada permintaan baru ditambah lagi =)) )
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

ryu

Quote from: ryu on 26 July 2010, 07:41:33 AM
Sakyamuni Budha berkata semenjak masa lampau bahwa Budha dan insan adalah satu dan sama belaka, bukan dua atau 3 hal yang berbeda. Ia juga berkata bahwa semua insan adalah juga Budha. Manusia adalah Budha. Mereka adalah sejenis dan bukan 2 jenis yang berbeda. 
Saya mengikuti jejak langkah Sakyamuni Budha dengan seksama dalam mempelajari Budhisme. Begitu dekatnya saya dengan nya sehingga dapat merangkul dan menyatu dengan nya. Kami berdua adalah satu belaka. Saya adalah Sakyamuni. Sakyamuni adalah saya. 
"LSY" =)) =)) =))
menurut logika LSY jadi orang gila adalah buddha, orang gila dekat dengan LSY, orang gila menyatu dengannya, mereka berdua adalah satu belaka LSY adalah orang gila, orang gila adalah LSY =)) =)) =)) =)) =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: Pariahina on 26 July 2010, 01:44:01 AM
Selanjutnye.....setelah reperensi dari Asokavadana (Ayuwang Jing)  dibuktikan; nurut Kang Indra, apakah kerikil (dirt) tu kebutuhan bhikkhu ya? Buat pijet repleksikah? Mohon dijawab.

Paria... Paria. kami tidak menuntut bahwa referensi harus dari Tipitaka, Tripitaka juga berlaku, tapi tidak yg bukan dari kedua itu. kalau ada kisah pembenaran dari novel misalnya dari DA VINCI CODE apakah anda juga akan mengutipnya di sini?

Indra

Quote from: Pariahina on 26 July 2010, 01:44:01 AM
Selanjutnye.....setelah reperensi dari Asokavadana (Ayuwang Jing)  dibuktikan; nurut Kang Indra, apakah kerikil (dirt) tu kebutuhan bhikkhu ya? Buat pijet repleksikah? Mohon dijawab.

ayo berikan lagi rujukan yg lebih valid, saya khawatir ada kesalahan dalam translation. menurut kutipan anda dikatakan DIRT tapi anda mengatakan menjadi KERIKIL, ini saja sudah menunjukkan adanya penyimpangan, kalau perlu kita akan melakukan study terhadap sutra ini.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Quote from: Pariahina on 26 July 2010, 01:48:15 AM

Hmm... gw ga minat ngurusin segala tetek bengek  yang ada hubungannya dengan Guru gw. Lagipula apa perlunye? Bagaimana kalo owe balik tanya, celana dalam Guru ente warnanye ape? Nah lhoooo baru tau rasa yeeee

Gak pake kolor. Setahu saya Sangha gak pake kaupina.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

4DMYN

saya minta maaf, seharusnya  adalah 'dirt' bukan kerikil.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

xenocross

ooo legenda asoka itu, itu kan anak kecil main-main tanah, ngeliat Buddha lewat dia main-main aja "berdana"
dikasihlah tanah itu sebagai "makanan" dan "istana". Tapi karena biarpun main-main, hatinya tulus, maka Buddha meramalkan anak itu akan jadi seorang Raja.
Tetapi pada kelahirannya sebagai Asoka, biarpun beliau menguasai India, tetap saja beliau menderita sebuah penyakit, dimana kulitnya seperti budukan. Menurut legenda ini dikarenakan "persembahan yang tidak tepat".
Demikianlah yang pernah saya dengar tentang legenda raja Asoka
Satu saat dari pikiran yang dikuasai amarah membakar kebaikan yang telah dikumpulkan selama berkalpa-kalpa.
~ Mahavairocana Sutra

4DMYN

kembali ke manfaat persembahan, menurut rekan-rekan disini persembahan Rolls Royce itu bermanfaat atau tidak? jika dibandingkan dengan karma persembahan 'dirt' yang  berbuah menjadi Raja Asoka?
opini saya:
Rolls Royce dari segi manfaat tentunya signifikan dibandingkan dengan dirt. sebuah Rolls Royce dapat mengantar seorang Guru untuk pergi mengajar Dharma ke banyak tempat.

4DMYN

Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 26 July 2010, 08:49:47 AM
Quote from: Pariahina on 26 July 2010, 01:48:15 AM

Hmm... gw ga minat ngurusin segala tetek bengek  yang ada hubungannya dengan Guru gw. Lagipula apa perlunye? Bagaimana kalo owe balik tanya, celana dalam Guru ente warnanye ape? Nah lhoooo baru tau rasa yeeee

Gak pake kolor. Setahu saya Sangha gak pake kaupina.

ehm. koq tau ya? darimana?

Indra

Quote from: 4DMYN on 26 July 2010, 08:59:19 AM
kembali ke manfaat persembahan, menurut rekan-rekan disini persembahan Rolls Royce itu bermanfaat atau tidak? jika dibandingkan dengan karma persembahan 'dirt' yang  berbuah menjadi Raja Asoka?
opini saya:
Rolls Royce dari segi manfaat tentunya signifikan dibandingkan dengan dirt. sebuah Rolls Royce dapat mengantar seorang Guru untuk pergi mengajar Dharma ke banyak tempat.


saya tidak tahu bagaimana LSY mengajarkan DANA, tapi yg kami pahami faktor2 yg menentukan dalam DANA adalah: 1. pemberi dana, 2. obyek yg didanakan, 3. penerima dana.

dari pemberi dana ini yg dimaksud adalah ketulusan dalam berdana. dalam hal obyek, salah satunya kualitas dan manfaat obyek itu. tapi manfaat bukan satu2nya faktor penentu dalam berdana

Indra

Quote from: 4DMYN on 26 July 2010, 09:00:45 AM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 26 July 2010, 08:49:47 AM
Quote from: Pariahina on 26 July 2010, 01:48:15 AM

Hmm... gw ga minat ngurusin segala tetek bengek  yang ada hubungannya dengan Guru gw. Lagipula apa perlunye? Bagaimana kalo owe balik tanya, celana dalam Guru ente warnanye ape? Nah lhoooo baru tau rasa yeeee

Gak pake kolor. Setahu saya Sangha gak pake kaupina.

ehm. koq tau ya? darimana?

karena peraturan itu ada dalam VINAYA

HokBen

The Ashokavadana (Sanskrit: अशॊकवदन, "Narrative of Ashoka")

hasil googling ketemu dua link yang menarik:
http://en.wikipedia.org/wiki/Ashokavadana
http://www.boloji.com/history/001.htm

Lihat bagian "The Gift of Dust" di http://www.boloji.com/history/001.htm...

QuoteComing to the main road, the Buddha saw two little boys playing at building mud houses. One of them came from a well-to-do family and was named Jaya. The other's name was Vijaya. Jaya and Vijaya saw the Buddha, and were deeply impressed with the resplendent appearance, his body adorned with the thirty-two marks of the Mahatma. Jaya thought to himself, " I will give him some ground meal" and threw a handful of dust into the Buddha's begging bowl. Vijaya bowed low, making an anjali with hands folded. This gift of a handful of dust is renowned thus:

He saw the supremely compassionate self Existent Lord whose body radiated a halo a fathom wide; resolutely, with firm faith he offered a handful of dust to Him who abolishes birth and old age.

Having made this offering, Jaya formulated a pranidhaana, a firm resolve: "By virtue of this offering, may I become kind and rule as a chakravarti over the earth and thus worship the Buddha."

Jika menggunakan text ini sebagai patokan, maka objek penerima persembahan adalah yang "his body adorned with the thirty-two marks of the Mahatma" dan "whose body radiated a halo a fathom wide"...

CMIIW, rasanya text ini tidak bisa digunakan sebagai perbandingan untuk kasus mobil RR itu, karena yang menerima persembahan mobil RR bukanlah yang "his body adorned with the thirty-two marks of the Mahatma" dan "whose body radiated a halo a fathom wide"...

ryu

Quote from: HokBen on 26 July 2010, 09:11:05 AM
The Ashokavadana (Sanskrit: अशॊकवदन, "Narrative of Ashoka")

hasil googling ketemu dua link yang menarik:
http://en.wikipedia.org/wiki/Ashokavadana
http://www.boloji.com/history/001.htm

Lihat bagian "The Gift of Dust" di http://www.boloji.com/history/001.htm...

QuoteComing to the main road, the Buddha saw two little boys playing at building mud houses. One of them came from a well-to-do family and was named Jaya. The other's name was Vijaya. Jaya and Vijaya saw the Buddha, and were deeply impressed with the resplendent appearance, his body adorned with the thirty-two marks of the Mahatma. Jaya thought to himself, " I will give him some ground meal" and threw a handful of dust into the Buddha's begging bowl. Vijaya bowed low, making an anjali with hands folded. This gift of a handful of dust is renowned thus:

He saw the supremely compassionate self Existent Lord whose body radiated a halo a fathom wide; resolutely, with firm faith he offered a handful of dust to Him who abolishes birth and old age.

Having made this offering, Jaya formulated a pranidhaana, a firm resolve: "By virtue of this offering, may I become kind and rule as a chakravarti over the earth and thus worship the Buddha."

Jika menggunakan text ini sebagai patokan, maka objek penerima persembahan adalah yang "his body adorned with the thirty-two marks of the Mahatma" dan "whose body radiated a halo a fathom wide"...

CMIIW, rasanya text ini tidak bisa digunakan sebagai perbandingan untuk kasus mobil RR itu, karena yang menerima persembahan mobil RR bukanlah yang "his body adorned with the thirty-two marks of the Mahatma" dan "whose body radiated a halo a fathom wide"...
betul yang menerima RR khan orang gila, mana bisa dibandingkan =)) =)) =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Sebetulnya diskusi tidak perlu berlarut-larut seperti ini karena dari pihak TBS juga sudah mengkonfirmasi perbedaannya.

Ada yang percaya seekor singa walaupun berada di antara anjing kampung, tetap akan berjalan, tidur dan mengaum sebagaimana seekor singa. Namun ada pula yang percaya jika seekor singa berada di antara anjing kampung, ia akan berjalan, tidur dan menyalak sebagaimana anjing kampung, yaitu agar menjadi akrab.

Kebenarannya kita tidak akan pernah tahu karena kita sendiri bukan "singa" tersebut, jadi untuk apa didebat lagi masalah singa atau bukan?