PIKIRAN dan PERASAAN HMMMmmmm

Started by EVO, 26 December 2007, 09:37:59 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

EVO

Quote from: Hendra Susanto on 01 January 2008, 04:17:00 PM
IMO
ada kemungkinan ge-er trus bales senyum n say thank u
ge-er adalah perasaan
senyum adalah pikiran dan dilanjutkan dengan action say thank u



singkat
tepat sasaran

Suchamda

QuoteSaya coba menjawab dari hasil diskusi dengan bro Gun tadi
Tolong bro Gun / yang lain koreksi bila ada kesalahan

Dari hasil diskusi tadi, saya menangkap bahwa perasaan itu sifatnya pasif.
Hasil dari perasaan ada 2 : senang / tidak senang
Setelah itu secara halus sekali, pikiran akan ikut "bersuara"
dengan mengomentari perasaan tadi, seperti "Wah.. Makasih ya.."
Dalam hal ini akan menimbulkan vipaka yang sifatnya positif
Jadi reaksi yang muncul biasanya adalah kita melekat pada pujian tersebut dan ingin dipuji terus-terusan. Itu yang dinamakan dengan lobha-mula-citta

Dan reaksi itu apakah berasal dari pikiran saja / perasaan saja. IMO dari kedua nya, keduanya adalah hopeng (pinjam istilah bro Gun) dan saling beriringan.

Dan sebaliknya, bila misalnya EVO mengatakan.. :
waduh.. hedi.. u jelek amat dengan badan gendut..
Nah dalam hal ini perasaan akan menjadi : tidak senang
Pikiran juga akan main dengan mengatakan misalnya :
Ah.. kayak u cantik aja.. ngaca dulu donk..
Dalam hal ini akan menimbulkan vipaka negatif.
Dan reaksi yang muncul adalah kita menolak sindiran tadi dengan contohnya tadi si hedi membalas menyuruh EVO ngaca agar dia sadar diri sedikit dan sindiran itu hilang (menolak objek sindiran). Ini disebut Dosa-Mula-Citta

Mohon koreksi dan tambahannya.. Maklum masih nubi.. Tongue

Apakah berarti orang yang mencapai kesucian itu tidak mengalami lagi rasa suka dan tidak suka?  Hambar donk....^-^
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

FZ

#32
Quote from: Suchamda on 01 January 2008, 05:04:33 PM
QuoteSaya coba menjawab dari hasil diskusi dengan bro Gun tadi
Tolong bro Gun / yang lain koreksi bila ada kesalahan

Dari hasil diskusi tadi, saya menangkap bahwa perasaan itu sifatnya pasif.
Hasil dari perasaan ada 2 : senang / tidak senang
Setelah itu secara halus sekali, pikiran akan ikut "bersuara"
dengan mengomentari perasaan tadi, seperti "Wah.. Makasih ya.."
Dalam hal ini akan menimbulkan vipaka yang sifatnya positif
Jadi reaksi yang muncul biasanya adalah kita melekat pada pujian tersebut dan ingin dipuji terus-terusan. Itu yang dinamakan dengan lobha-mula-citta

Dan reaksi itu apakah berasal dari pikiran saja / perasaan saja. IMO dari kedua nya, keduanya adalah hopeng (pinjam istilah bro Gun) dan saling beriringan.

Dan sebaliknya, bila misalnya EVO mengatakan.. :
waduh.. hedi.. u jelek amat dengan badan gendut..
Nah dalam hal ini perasaan akan menjadi : tidak senang
Pikiran juga akan main dengan mengatakan misalnya :
Ah.. kayak u cantik aja.. ngaca dulu donk..
Dalam hal ini akan menimbulkan vipaka negatif.
Dan reaksi yang muncul adalah kita menolak sindiran tadi dengan contohnya tadi si hedi membalas menyuruh EVO ngaca agar dia sadar diri sedikit dan sindiran itu hilang (menolak objek sindiran). Ini disebut Dosa-Mula-Citta

Mohon koreksi dan tambahannya.. Maklum masih nubi.. Tongue

Apakah berarti orang yang mencapai kesucian itu tidak mengalami lagi rasa suka dan tidak suka?  Hambar donk....^-^
Saya rasa begini bro Suchamda..
Tetapi dalam hal ini object yang ada itu mampir dan disadari dengan upekkha(keseimbangan batin) jadi tidak menimbulkan adanya kemelekatan / penolakan. Dan base dari upekkha itu adalah kebijaksanaan(panna). Sedangkan hambar yang Anda maksudkan mungkin maksudnya adalah tidak berperasaan. Basenya adalah penolakan



Kelana

Pendapat saya.
Perasaan adalah sesuatu yang muncul setelah pikiran merespon/menanggapi suatu kontak yang terjadi pada diri kita (indera).
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Suchamda

QuoteTetapi dalam hal ini object yang ada itu mampir dan disadari dengan upekkha(keseimbangan batin) jadi tidak menimbulkan adanya kemelekatan / penolakan.

Upekkha berarti tidak pada suka maupun duka. So bener donk dugaan saya. Berarti seorang arahat adalah seorang yang tidak berperasaan, gitu?  ^-^
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

FZ

#35
Quote from: Suchamda on 01 January 2008, 06:20:33 PM
QuoteTetapi dalam hal ini object yang ada itu mampir dan disadari dengan upekkha(keseimbangan batin) jadi tidak menimbulkan adanya kemelekatan / penolakan.

Upekkha berarti tidak pada suka maupun duka. So bener donk dugaan saya. Berarti seorang arahat adalah seorang yang tidak berperasaan, gitu?  ^-^
Saya telah edit.. biar menjadi jelas..
Base nya beda Bro Suchamda..
Kalau pada Upekkha, base nya adalah panna
Sedangkan kalau tidak berperasaan, base nya adalah penolakan.
Apakah kebijaksanaan sama dengan penolakan ?
Jika tidak sama.. maka jawaban Arahat adalah seorang yang tidak berperasaan juga sudah terjawab. :)


EVO

dari tadi saya juga merenung nih
apa beda keseimbangan batin (upekha) dengan tidak mempunyai perasaan.

misalnya gini:
saya punya teman dekat.....lalu dia membuat saya sedih
terus saya sadari oh saya sedih...lalu saya berpikir
mungkin dia ada masalah hingga sikap dia begitu atau mungkin dia lagi bad mood.
dan hati saya engak mikir lagi....dan saya tidak sedih lagi.
tapi teman menangkapnya saya ini tidak berperasaan...

bagaimana nih keseimangan batin dengan tidak berperasaan :( :( :(

atau ada org yg kita cintai meninggalkan kita
ya kita menyadari segala sesuatu itu anicca
lalu hati kita tdk sedih lagi...
ini tdk berperasaan atau upekha???
saya tau pasti jawabnnya upekha...
tapi coba deh rasakan dulu...pelan - pelan

EVO

Quotebagaimana nih keseimangan batin dengan tidak berperasaan   

atau ada org yg kita cintai meninggalkan kita
ya kita menyadari segala sesuatu itu anicca
lalu hati kita tdk sedih lagi...
ini tdk berperasaan atau upekha???
saya tau pasti jawabnnya upekha...
tapi coba deh rasakan dulu...pelan - pelan

RASAKAN PELAN - PELAN YAH :) :) :)

ryu

Mungkin arahat itu punya perasaan tapi dapat mengendalikannya dengan kebijaksanaan, dan tidak terikat dengan perasaan itu.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Pitu Kecil

Quote from: ryu on 01 January 2008, 07:06:31 PM
Mungkin arahat itu punya perasaan tapi dapat mengendalikannya dengan kebijaksanaan, dan tidak terikat dengan perasaan itu.

Setuju  _/\_
Smile Forever :)

bond

Arahat memiliki perasaan yaitu perasaan yg netral. Selama masih hidup sebagai manusia, Seorang Arahat sekalipun, unsur2 nama dan rupa masih bekerja. _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Suchamda

Kita sedang mencoba membicarakan suatu ranah yang belum kita ketahui. Semuanya sekedar spekulasi.
Apabila sekedar secara teoritis (misal: via abhidhamma), bicarakanlah secara teknis. Tapi ingatlah, itupun hanya merupakan satu bagian kecil dari keluasan paham dalam Buddhism.

Saya rasa, tidak ada yang bisa memberikan jawaban definitif (pasti). Oleh karena itu bisa menimbulkan potensi perdebatan sia2. Mohon sati-nya. (Bila Sati, maka harusnya sadar bahwa semua ini adalah sekedar belief).
Kecuali bila member disini ada yg sudah mencapai arahat, atau bisa menghidupkan kembali Sariputra atau Milarepa untuk dihadirkan di milis ini; saya persilakan untuk memberi kesaksian.  :))
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Pitu Kecil

Quote from: Suchamda on 01 January 2008, 09:31:01 PM
Kita sedang mencoba membicarakan suatu ranah yang belum kita ketahui. Semuanya sekedar spekulasi.
Apabila sekedar secara teoritis (misal: via abhidhamma), bicarakanlah secara teknis. Tapi ingatlah, itupun hanya merupakan satu bagian kecil dari keluasan paham dalam Buddhism.

Saya rasa, tidak ada yang bisa memberikan jawaban definitif (pasti). Oleh karena itu bisa menimbulkan potensi perdebatan sia2. Mohon sati-nya. (Bila Sati, maka harusnya sadar bahwa semua ini adalah sekedar belief).
Kecuali bila member disini ada yg sudah mencapai arahat, atau bisa menghidupkan kembali Sariputra atau Milarepa untuk dihadirkan di milis ini; saya persilakan untuk memberi kesaksian.  :))

Sebuah Perenungan bagiku. Thanks  _/\_
Smile Forever :)

EVO

Quote from: Suchamda on 01 January 2008, 09:31:01 PM
Kita sedang mencoba membicarakan suatu ranah yang belum kita ketahui. Semuanya sekedar spekulasi.
Apabila sekedar secara teoritis (misal: via abhidhamma), bicarakanlah secara teknis. Tapi ingatlah, itupun hanya merupakan satu bagian kecil dari keluasan paham dalam Buddhism.

Saya rasa, tidak ada yang bisa memberikan jawaban definitif (pasti). Oleh karena itu bisa menimbulkan potensi perdebatan sia2. Mohon sati-nya. (Bila Sati, maka harusnya sadar bahwa semua ini adalah sekedar belief).
Kecuali bila member disini ada yg sudah mencapai arahat, atau bisa menghidupkan kembali Sariputra atau Milarepa untuk dihadirkan di milis ini; saya persilakan untuk memberi kesaksian.  :))


=D> =D> =D>   apa ada penjelasan lagi  :) :) :)

Suchamda

QuoteSebuah Perenungan bagiku. Thanks


He...he... saya sekedar '[mode vipassana: on]'  dan interupsi bentar aja kok ;D
Tujuan kita disini berdiskusi adalah untuk bergaul sambil mengasah pengertian. Jadi jangan karena komentar saya kemudian jadi diam, silakan kalau mau diteruskan, minimal untuk 'rame-rame' asal kemudian jangan menimbulkan permusuhan atau membeku pada pengertian yg dianggap "final". Keep open mind. ;D
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho