PIKIRAN dan PERASAAN HMMMmmmm

Started by EVO, 26 December 2007, 09:37:59 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Pitu Kecil

Quote from: Suchamda on 01 January 2008, 09:49:41 PM
QuoteSebuah Perenungan bagiku. Thanks


He...he... saya sekedar '[mode vipassana: on]'  dan interupsi bentar aja kok ;D
Tujuan kita disini berdiskusi adalah untuk bergaul sambil mengasah pengertian. Jadi jangan karena komentar saya kemudian jadi diam, silakan kalau mau diteruskan, minimal untuk 'rame-rame' asal kemudian jangan menimbulkan permusuhan atau membeku pada pengertian yg dianggap "final". Keep open mind. ;D

setuju jangan ada menimbulkan permusuhan, saya sih kagak pandai hal yang seperti itu pengetahuan Dhamma masih sangat sedikit, tapi semenjak masuk di forum udah dapat menambah wawasan yang positif.

Thanks  _/\_
Smile Forever :)

tesla

QuoteUpekkha berarti tidak pada suka maupun duka. So bener donk dugaan saya. Berarti seorang arahat adalah seorang yang tidak berperasaan, gitu?

upekkha adalah keseimbangan batin yg terlepas dari keinginan memiliki ataupun keiginan menolak.

arahat tidak memiliki perasaan 'senang' yg disebabkan oleh rasa ingin memiliki. namun memiliki perasaan 'senang' (kebahagiaan) yg disebabkan oleh yg faktor batin yg lain (mis. mudita).

CMIIW, saya jg belum arahat...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Kelana

Quote from: Suchamda on 01 January 2008, 05:04:33 PM
Apakah berarti orang yang mencapai kesucian itu tidak mengalami lagi rasa suka dan tidak suka?  Hambar donk....^-^

Pemikiran saya,
Tergantung definisi suka dan tidak suka itu seperti apa.
Jika pertanyaannya mengenai rasa suka dan tidak suka menyangkut keinginan memiliki ataupun menolak dengan sangat, jelas orang yang mencapai kesucian tertinggi (saya tambahkan kata "tertinggi"), pastilah tidak mengalami lagi rasa suka dan tidak suka seperti itu. Mengapa? Karena rasa suka dan tidak suka adalah manifestasi dari lobha (keinginan untuk memiliki karena rasa suka) dan dosa (keinginan untuk menolak karena tidak suka).

Jika dikatakan tidak memiliki rasa suka maupun tidak suka apapun jenisnya, apakah hambar? Tergantung dari sudut pandang siapa. Dari sudut pandang kita yang masih memperdulikan dualitas, mungkin, hambar dan tidak hambar menjadi masalah. Tapi apakah bagi mereka yang mencapai kesucian tertinggi tetap memperdulikan hambar dan tidak hambar? Lagipula, tidak adanya rasa suka dan tidak suka bukan berarti tidak memiliki perasaan sehingga batin jadi kering kerontang. "Kebahagiaan" yang timbul dari ketenangan batin ini juga suatu perasaan.

Dan apakah vedana (perasaan) yang merupakan satu kesatuan dari batin akan hilang ketika saat pencerahan? I dun think so.

Jadi kita sebaiknya bedakan antara tidak memiliki rasa suka dan tidak suka dengan tidak memiliki perasaan.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Suchamda

Quoteupekkha adalah keseimbangan batin yg terlepas dari keinginan memiliki ataupun keiginan menolak.

[at] Tesla.
Ya, bagus. Saya setuju dengan yang ini.
Tapi ada pertanyaan lanjutan : Apakah bila diperlukan untuk melanggar sila, seorang arahat pun tidak menolak melakukan sesuatu itu? ^-^

QuoteDan apakah vedana (perasaan) yang merupakan satu kesatuan dari batin akan hilang ketika saat pencerahan? I dun think so.

[at] Kelana.
Saya pun berpikiran demikian. Selama masih manusia, maka memiliki nama-rupa (agregat pancakandha), tentu faktor perasaan tetap intact.

PS : Selebihnya adalah just my own personal way to stimulate thinking and discussion.
Menurut saya penting, terutama untuk mencegah rekan2 terjebak pada pandangan sempit, bilamana ada seorang setengah gila (yang kehilangan kemampuan afektifnya) mengatakan telah mencapai kearahatan dan mengajarkan hal itu kepada yang lain to follow him.  :))
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Sukma Kemenyan

Bagaimana mungkin melanggar sila bila tak ada kehendak ?

Sumedho

*arahant mode* :P

arahant tentu masih ada vedana/perasaan donk. yang hilang adalah kemelekatannya terhadap sesuatu yang enak, tidak enak ataupun netral. kondisi batinnya telah mantap karena telah melihat kenyataan dan telah berhenti 'berlari'
There is no place like 127.0.0.1

tesla

QuoteYa, bagus. Saya setuju dengan yang ini.
Tapi ada pertanyaan lanjutan : Apakah bila diperlukan untuk melanggar sila, seorang arahat pun tidak menolak melakukan sesuatu itu?
saya sendiri masih belum jelas definisi baku pancasila buddhist. bisa tolong dijabarkan dengan specifik? sila pertama saja.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Suchamda

QuoteBagaimana mungkin melanggar sila bila tak ada kehendak ?

Kehendak adalah cetana, salah satu komponen dalam cetasika, yg kalau tidak salah masuk dalam golongan universal factor. Selama masih dalam status manusia yg memiliki nama-rupa, tentu tidak lenyap begitu saja. Kehendak tentu masih ada.

Jadi gimana nih?  ^-^

[mode antagonis : on] ;D
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Sumedho

konon sih katanya, seorang arahant tidak membuat kamma baru lagi. Jadi sudah tidak ada cetana disana. katanya sih namanya kiriya yang non resultant.
There is no place like 127.0.0.1

Suchamda

Quotearahant tentu masih ada vedana/perasaan donk. yang hilang adalah kemelekatannya terhadap sesuatu yang enak, tidak enak ataupun netral. kondisi batinnya telah mantap karena telah melihat kenyataan dan telah berhenti 'berlari'

Wah, dari jawabannya saya menduga suhu medhok ini minimal dah pernah mencicipi nih ...he...he... ;D


_/\_
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Sumedho

Quote from: Suchamda on 02 January 2008, 10:01:56 AM
Quotearahant tentu masih ada vedana/perasaan donk. yang hilang adalah kemelekatannya terhadap sesuatu yang enak, tidak enak ataupun netral. kondisi batinnya telah mantap karena telah melihat kenyataan dan telah berhenti 'berlari'

Wah, dari jawabannya saya menduga suhu medhok ini minimal dah pernah mencicipi nih ...he...he... ;D


_/\_
kek orang makan lada abis itu dikasih tahu pedes cabe, lalu bisa bayangin lah pedes cabe... walaupun belon tentu bener, bisa dikira2x :))

the taste of nibbana *sluurrpss*   ^-^
There is no place like 127.0.0.1

Suchamda

Quotekonon sih katanya, seorang arahant tidak membuat kamma baru lagi. Jadi sudah tidak ada cetana disana. katanya sih namanya kiriya yang non resultant.

Hmmm.....saya harus konfirmasi dengan buku dulu deh.
Memang benar bahwa citta yang dilakukan sudah masuk golongan kiriya, akan tetapi toh tetap citta selalu beriringan dengan cetasika. Nah , cetana itu salah satu faktor dalam cetasika. Jadi menurut saya bukan berarti tidak ada cetana (kehendak).
Saya mesti study lebih cermat lagi nih, sori kalau salah. ^:)^

Menurut saya, gampangnya adalah begini menjelaskan soal orang yg mencapai kesucian:
Citta yg bersangkutan sudah 'lompat' dalam golongan lokuttara citta, magga dan phala. Meskipun demikian cetasika akan tetap selalu menyertai citta.
Jadi, tentu kita tidak bisa menilai seorang yg telah mencapai kesucian sekedar dari penampilan luarnya (mis: tindak-tanduk yg dilakukan) karena kita tidak bisa tahu kondisi apa yang terjadi di dalam citta / batinnya.(*
Demikian juga, selama mode consciousness kita berfungsi dalam mode lokiye, maka tidak mungkin bagi kita untuk menalar bagaimana seorang arahat berada (abiding).

(* mengapa hal ini penting utk kita sadari?
Karena membuat karma buruk kepada seorang yg telah mencapai kesucian itu besar sekali efeknya, maka kita harus lebih berhati-hati untuk tidak bertindak sembarangan kepada seorang praktisi Dhamma. Karena kita never know apakah dia itu jangan-jangan sudah di tataran kesucian. ;D

Ini jawaban sementara saya.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

bond

#57
Silakan buka www.sunlun-meditation.com.mm
Beliau diyakini seorang Arahat masa yg terdekat saat ini walaupun sudah almarhum.Dan Ven. Sunlun ini merupakan salah satu guru dari 7 TIPITAKADARA yg tersisa saat ini(mereka yg dapat mengingat dengan sempurna seluruh isi Tipitaka, kitab komentar dan kitab sub komentar)
Atau buka www.luangta.com , baca ttg arahat Ajahn Luangta Maha Boowa(94 tahun-masih hidup). Kalau saja kita belom menjadi Arahat, alangkah baiknya mencari arahat yg masih hidup atau yg baru meninggal dan membaca kisahnya. Bahkan di Milinda Panha dikatakan seorang Arahat bisa lalai dalam sila hanya sila yg bersifat sangat minor.
_/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Lily W

Quote from: EVO on 01 January 2008, 06:52:49 PM
dari tadi saya juga merenung nih
apa beda keseimbangan batin (upekha) dengan tidak mempunyai perasaan.
misalnya gini:
saya punya teman dekat.....lalu dia membuat saya sedih
terus saya sadari oh saya sedih...lalu saya berpikir
mungkin dia ada masalah hingga sikap dia begitu atau mungkin dia lagi bad mood.
dan hati saya engak mikir lagi....dan saya tidak sedih lagi.
tapi teman menangkapnya saya ini tidak berperasaan...
bagaimana nih keseimangan batin dengan tidak berperasaan :( :( :(
atau ada org yg kita cintai meninggalkan kita
ya kita menyadari segala sesuatu itu anicca
lalu hati kita tdk sedih lagi...
ini tdk berperasaan atau upekha???
saya tau pasti jawabnnya upekha...
tapi coba deh rasakan dulu...pelan - pelan

Inilah Kebijaksanaan (Panna).
Kamu (EVO) dapat menyadari ketidakkekalan dari segala sesuatu yang kamu nikmati dalam kehidupan ini dan kamu berusaha untuk tidak melekat terhadap segala sesuatu yang tidak menyenangkan dalam hidupmu.

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

EVO

QuoteInilah Kebijaksanaan (Panna).
Kamu (EVO) dapat menyadari ketidakkekalan dari segala sesuatu yang kamu nikmati dalam kehidupan ini dan kamu berusaha untuk tidak melekat terhadap segala sesuatu yang tidak menyenangkan dalam hidupmu.


bagaimana membedakan "konsisten" dengan melekat
heheheh saya tidak mau melekat sementara saya harus konsisten