News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

PIKIRAN dan PERASAAN HMMMmmmm

Started by EVO, 26 December 2007, 09:37:59 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Suchamda

#135
Quote from: EVO on 05 January 2008, 10:00:01 AM
bagaimana kita bisa menerima penderitaan???
bagaimana mengurangi penderitaan???
bagaimana mengakhiri penderitaan???

pertanyaan selanjut nya  ;D ;D ;D
biar nih otak bisa terbuka :) :) :)



Apa yg sdr.Evo tanyakan itu adalah tujuan keseluruhan dari praktek Buddha Dharma.
Tiada cara lain untuk mencapai itu kecuali melalui pembelajaran teori dan praktek Dharma.
Seperti apa yg dikatakan sdr.bond bhw tidak mungkin pembebasan bisa dicapai hanya dengan belajar teori, apalagi belajar teori dengan motivasi yang tidak lurus. Tiada cara lain maka anda harus memulai praktek tersebut : sepenuh hati kepada Buddha Dharma.
Langkah pertama adalah bertisarana kepada Tiratana : berlindung pada Buddha , Dharma dan Sangha. Kemudian meminta bimbingan kepada bhikkhu yang berpengalaman untuk membimbing praktek meditasi. Setiap minggu puja bakti di vihara datang untuk mendengarkan ceramah dharma.
Itulah langkah2 yang perlu diambil guna menjawab pertanyaan anda.

"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Sumedho

#136
Quote from: Kelana on 08 January 2008, 05:26:47 PM
Semakin menarik.

QuoteKadang kala pada momen-momen tertentu (khususnya waktu hujan) timbul perasaan yang tiba-tiba muncul, padahal sepertinya tidak sedang memikirkan sesuatu. Tetapi setelah saya mengamati, mencari penyebabnya saya menemukan bahwa secara tidak sadar saya menerima sensasi dari suasana yang terbentuk disekitar saya, seperti suara hujan, hembusan angin, cahaya yang remang-remang, bau tanah yang basah. Dan secara tidak sadar pula pikiran saya bekerja (saya tidak tahu secara jelas how) dan sepertinya "mengusik" memori pikiran dan dar! muncul perasaan.

Kalau saya coba memasukkan definisi istilah dari Sdr. Willibordus ke pengalaman saya di atas tsb, maka saya mendapatkan :
ketika saya menerima sensasi (rangsangan) dari suasana sekitar di sinilah vinnana (kesadaran) muncul kemudian diteruskan ke sanna (pencerapan) kemudian diteruskan ke sankhara (bentuk pikiran) yang keduanya ini saya istilahkan sebagai "mengusik memori pikiran" dan baru munculah perasaan (vedana).

Saya berpendapat, jika perasaan (vedana) itu muncul duluan tanpa proses batin/citta/pikiran lain, maka satu-satunya penyebab timbulnya vedana adalah kontak dengan objek. Berarti satu-satunya cara agar tidak memiliki perasaan yang tidak disukai adalah menghindari kontak dengan obyek yang tidak disukai. Dan ini adalah hal yang hampir tidak mungkin lantaran kita setiap saat didera oleh obyek yang disukai maupun tidak disukai. Lagi pula bagaimana kita bisa mengenal obyek yang disukai dan tidak disukai sehingga menimbulkan perasaan senang apabila tidak ada proses pikiran lain berupa pencerapan (sanna)?

Dengan uraian rekan-rekan dan apa yang saya alami saya menyimpulkan setidaknya untuk diri sendiri, bahwa perasaaan (vedana) memang muncul setelah didahului oleh proses batin/citta/pikiran yang lain terlebih dulu.

Bang Kelana, kalau di buddhisme kan tidak menghilangkan vedana/perasaan/sensasi. tapi yang kita kikis adalah kemelekatannya.

Kalau kita intip paticcasamuppada,   ( a  -> b = dengan adanya a maka muncul b)
phasa (kontak) -> vedana (perasaan/sensasi)
vedana (perasaan/sensasi) -> tanha (keinginan rendah/craving)
tanha (keinginan rendah/craving)-> upadana (kemelekatan)

kuncinya keknya diantara vedana dan tanha, bukan di phasa dan vedana.

Tanha = craving, ini kehendak kan ? harusnya itu pikiran/citta  cmiiw

soal sanna dimana, keknya berbarengan kali ? i don't quite sure

check this out
Quote
SN 36.2
Sukha Sutta

Be it a pleasant feeling, be it a painful feeling, be it neutral,
one's own or others', feelings of all kinds1 —
he knows them all as ill, deceitful, evanescent.
Seeing how they impinge again, again, and disappear,2
he wins detachment from the feelings, passion-free.
There is no place like 127.0.0.1

williamhalim

Quote from: Sumedho on 09 January 2008, 10:22:55 AM
Bang Kelana, kalau di buddhisme kan tidak menghilangkan vedana/perasaan/sensasi. tapi yang kita kikis adalah kemelekatannya.

Kalau kita intip paticcasamuppada,   ( a  -> b = dengan adanya a maka muncul b)
phasa (kontak) -> vedana (perasaan/sensasi)
vedana (perasaan/sensasi) -> tanha (keinginan rendah/craving)
tanha (keinginan rendah/craving)-> upadana (kemelekatan)

kuncinya keknya diantara vedana dan tanha, bukan di phasa dan vedana.

Tanha = craving, ini kehendak kan ? harusnya itu pikiran/citta  cmiiw

soal sanna dimana, keknya berbarengan kali ? i don't quite sure



Kalo dikaitkan dengan Paticcasamuppada, pemutusan rantai kekna memang di TANHA ini....

"Cetanam Bikkhave, Kammam Vadani", terjemahannya: "Oh, para Bhikkhu, Cetana (Kehendak) itulah Kamma".

Jadi sensasi (vedana/perasaan) PASTI muncul setelah terjadinya kontak, namun selanjutnya RESPON BATIN kita akan sensasi tersebutlah yg menentukan ---->
~ melekati objek (Lobha Mula Citta / pikiran yg berakar pada kemelekatan)
~ membenci objek (Dosa Mula Citta / pikiran yg berakar pada penolakan)
Selanjutnya kamma (bahan bakar kehidupan) terbentuk dan kesadaran bertumimbal lahir terkondisi.

IMO
Pikiran adalah Pelopor...
"Pikiran" yg dimaksud oleh Sang Buddha disini adalah: Kehendak / Niat / Cetana / Respon Batin akan sensasi / Tanha;

"Pikiran" inilah yg harus kita perhatikan / kita kontrol / kikis.

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

gajeboh angek

Ada yang bilang kalau Paticcasamuppada memang memutusnya cuma bisa di 2 poros utama avijja dan tanha, tapi ada juga yang bilang di titik-titik lain bisa.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

williamhalim

Sedikit tambahan:

Teringat sewaktu mengikuti pelatihan Vipassana 10 hari:

Pada hari ke 2 muncul perasaan sakit di pangkal kaki, semakin hari sakitnya semakin kuat, hingga serasa ditusuk oleh jarum / pedang. Sakit sekali.

Perasaan sakit ini adalah SENSASI (Vedana), kita tidak menyukai perasaan ini, akhirnya timbullah RESPON BATIN yg macam2. Mulai dari merasa kesal dengan alas duduk yg terlalu tipis, jam yg rasanya sangat lambat, hingga akhirnya merasa kesal dengan pembimbing (aku saat itu berpikir: kenapa nih pembimbing, kok lama banget bunyiin lonceng, apa dia nggak liat2 jam? tidur kali? seharusnya pakai weker aja biar tepat... bermacam2 pikiran muncul). Untung segera aku sadari pikiran/batin yg bergolak ini, hal ini adalah RESPON BATIN terhadap Vedana (Sensasi).

Selanjutnya, menjadi sedikit lebih mudah, kita menyadari pikiran2 dan perasaan2 yg timbul. Kita tidak lagi terhanyut / menjadi bagian dari pikiran. Tidak ada AKU yg merasa sakit, yang ada hanyalah rasa sakit itu, timbul lenyap, perhatikan saja...

Meditasi akhirnya bisa berlanjut menjadi lebih tenang dan baik.
Rasa sakit masih tetap ada, tetapi kita tidak membencinya...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Kelana

#140
Quote from: Sumedho on 09 January 2008, 10:22:55 AM
Bang Kelana, kalau di buddhisme kan tidak menghilangkan vedana/perasaan/sensasi. tapi yang kita kikis adalah kemelekatannya.

Maksud saya bukannya menghilangkan vedana-nya sebagai salah satu "unsur" batin, Bro Medh, tetapi sesuatu yang timbul dari kerja vedana (jenis vedana) itu seperti rasa sedih. Karena sebagai orang awam kadang kala ingin menghindar dari jenis perasaan tersebut (terlepas dari benar atau salah tindakan penghindaran ini dipandang dari Buddhisme).

QuoteKalau kita intip paticcasamuppada,   ( a  -> b = dengan adanya a maka muncul b)
phasa (kontak) -> vedana (perasaan/sensasi)
vedana (perasaan/sensasi) -> tanha (keinginan rendah/craving)
tanha (keinginan rendah/craving)-> upadana (kemelekatan)

kuncinya keknya diantara vedana dan tanha, bukan di phasa dan vedana.

Tanha = craving, ini kehendak kan ? harusnya itu pikiran/citta  cmiiw

soal sanna dimana, keknya berbarengan kali ? i don't quite sure

:o Waduh kok sudah ke tanha dulu..
Balik dulu ya sebentar ke proses munculnya perasaan (vedana), kita kan lagi bicara kemunculan vedana.

Jadi apakah ada proses pikiran di antara phasa dan vedana? Mengingat kadang kala seseorang langsung bisa menepis untuk tidak menjadi sedih karena tidak suka atau sebagainya setelah mendapat rangsangan dari obyek.
Contoh, si A mendengarkan musik. Sebelum-sebelumnya saat mendengarkan musik tersebut kemudian ia menjadi sedih. Kemudian suatu saat ia sedang mendengarkan musik yang sama tetapi ia langsung menyikapi ("pikirannya berkata") :"ah saya tidak akan terpengaruh musik ini" sehingga akhirnya tidak muncul perasaan sedih yang biasanya ia alami.
Nah, dari contoh di atas saya merasa kok ada proses filter, penyaringan (apakah ini sanna??) di antara phasa dan vedana. Apakah benar demikian? ini yang sedang ingin saya perbandingkan dengan pendapat rekan-rekan.

Begitu Bro Medh.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

bond

Quote from: Kelana on 09 January 2008, 05:44:24 PM
Quote from: Sumedho on 09 January 2008, 10:22:55 AM
Bang Kelana, kalau di buddhisme kan tidak menghilangkan vedana/perasaan/sensasi. tapi yang kita kikis adalah kemelekatannya.

Maksud saya bukannya menghilangkan vedana-nya sebagai salah satu "unsur" batin, Bro Medh, tetapi sesuatu yang timbul dari kerja vedana (jenis vedana) itu seperti rasa sedih. Karena sebagai orang awam kadang kala ingin menghindar dari jenis perasaan tersebut (terlepas dari benar atau salah tindakan penghindaran ini dipandang dari Buddhisme).

QuoteKalau kita intip paticcasamuppada,   ( a  -> b = dengan adanya a maka muncul b)
phasa (kontak) -> vedana (perasaan/sensasi)
vedana (perasaan/sensasi) -> tanha (keinginan rendah/craving)
tanha (keinginan rendah/craving)-> upadana (kemelekatan)

kuncinya keknya diantara vedana dan tanha, bukan di phasa dan vedana.

Tanha = craving, ini kehendak kan ? harusnya itu pikiran/citta  cmiiw

soal sanna dimana, keknya berbarengan kali ? i don't quite sure

:o Waduh kok sudah ke tanha dulu..
Balik dulu ya sebentar ke proses munculnya perasaan (vedana), kita kan lagi bicara kemunculan vedana.

Jadi apakah ada proses pikiran di antara phasa dan vedana? Mengingat kadang kala seseorang langsung bisa menepis untuk tidak menjadi sedih karena tidak suka atau sebagainya setelah mendapat rangsangan dari obyek.
Contoh, si A mendengarkan musik. Sebelum-sebelumnya saat mendengarkan musik tersebut kemudian ia menjadi sedih. Kemudian suatu saat ia sedang mendengarkan musik yang sama tetapi ia langsung menyikapi ("pikirannya berkata") :"ah saya tidak akan terpengaruh musik ini" sehingga akhirnya tidak muncul perasaan sedih yang biasanya ia alami.
Nah, dari contoh di atas saya merasa kok ada proses filter, penyaringan (apakah ini sanna??) di antara phasa dan vedana. Apakah benar demikian? ini yang sedang ingin saya perbandingkan dengan pendapat rekan-rekan.

Begitu Bro Medh.


Yup bro kelana
Phasa--->pikiran(knowing)---sanna/persepsi--->vedana

Vedana mengikuti apa yg dipersepsikan.
_/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Sumedho

Quote from: karuna_murti on 09 January 2008, 01:19:10 PM
Ada yang bilang kalau Paticcasamuppada memang memutusnya cuma bisa di 2 poros utama avijja dan tanha, tapi ada juga yang bilang di titik-titik lain bisa.
Bro Karuna, di share donk _/\_
There is no place like 127.0.0.1

Sumedho

#143
QuoteMaksud saya bukannya menghilangkan vedana-nya sebagai salah satu "unsur" batin, Bro Medh, tetapi sesuatu yang timbul dari kerja vedana (jenis vedana) itu seperti rasa sedih.
Bro kelana, keknya definisi vedana itu berbeda dengan perasaan pada umumnya seperti sedih atau semangat atau bahagia. vedana itu cuma ada 3 variant (kek shampo aja), pleasant, not pleasant dan neutral

QuoteWaduh kok sudah ke tanha dulu..
Balik dulu ya sebentar ke proses munculnya perasaan (vedana), kita kan lagi bicara kemunculan vedana.
^:)^

QuoteJadi apakah ada proses pikiran di antara phasa dan vedana? Mengingat kadang kala seseorang langsung bisa menepis untuk tidak menjadi sedih karena tidak suka atau sebagainya setelah mendapat rangsangan dari obyek.
Contoh, si A mendengarkan musik. Sebelum-sebelumnya saat mendengarkan musik tersebut kemudian ia menjadi sedih. Kemudian suatu saat ia sedang mendengarkan musik yang sama tetapi ia langsung menyikapi ("pikirannya berkata") :"ah saya tidak akan terpengaruh musik ini" sehingga akhirnya tidak muncul perasaan sedih yang biasanya ia alami.
Nah, dari contoh di atas saya merasa kok ada proses filter, penyaringan (apakah ini sanna??) di antara phasa dan vedana. Apakah benar demikian? ini yang sedang ingin saya perbandingkan dengan pendapat rekan-rekan.
Kalau tidak salah yah, dari kontak lalu muncul kesadaran indra yang bersangkutan lalu berdasarkan bank info dari sanna, lalu muncullah vedana. Stelah itu baru pikiran ikutan, (ralat) vedana baru bentuk pikiran

agak berbeda dengan pendapat bro bond sih..

kalau dari contoh bro kelana, si sanna yang dirubah.

ada contekan nih

QuoteSN 36.10
Phassamulaka Sutta
Rooted in Sense-impression

"There are, O monks, these three feelings, rooted in sense-impression, caused by sense-impression, conditioned by sense-impression: pleasant, painful and neutral feelings.

"Dependent on a sense-impression that is liable to be felt as pleasurable, there arises a pleasant feeling. When that very sense-impression liable to be felt as pleasurable has ceased, then the sensation born from it1 — namely the pleasant feeling that arose dependent on that sense-impression — also ceases and is stilled.

"Dependent on a sense-impression that is liable to be felt as painful, there arises a painful feeling. When that very sense-impression liable to be felt as painful has ceased, then the sensation born from it — namely the painful feeling that arose dependent on that sense-impression — also ceases and is stilled.

"Dependent on a sense-impression that is liable to be felt as neutral, there arises a neutral feeling. When that very sense-impression liable to be felt as neutral has ceased, then the sensation born from it — namely the neutral feeling that arose dependent on that sense-impression — also ceases and is stilled.

"Just as from the coming together and rubbing of two sticks of wood heat results and fire is produced, and by the separation and disconnection of the sticks, the heat produced by them ceases and disappears, so it is also with these three feelings which are born of sense-impression, rooted in sense-impression, caused by sense-impression, dependent on sense-impression: dependent on a sense-impression of a certain kind there arises a corresponding feeling; by the cessation of that sense-impression the corresponding feeling ceases."

There is no place like 127.0.0.1

gajeboh angek

ada ayatana luar, gambaran batin tergantung indera, penglihatan, dll, kemudian ada ayatana dalam, kemudian terjadilah manayatana yang terdiri dari phassa, vedana, dst.

Arrrgh di mana link tadi siang itu, ada gambarnya bagus ...
tadi di google cari pake keyword  citta phasa vedana di halaman pertama, kenapa ga ada lagi sekarang

tapi di mana-mana liatnya phassa langsung vedana, kayaknya vedana yang dimaksud bukan perasaan biasa deh, seperti yang Sumedho bilang

Mengenai pemutusan paticcasamuppada cuma bisa avijja dan tanha ...
Arrrrgh siapa itu dulu yang kasih kursus sehari dari ekayana ...
Terus linknya cari di google breaking paticcasamuppada arrrrgh ilang juga ...
Terus yang bilang bisa di titik-titik lain ga ada juga.
Dulu pernah tanya romo cunda, katanya bisa di titik-titik lain, tapi mengenai referensi sutta lupa juga

Dasar otak pelupa ...
Forgive me all ...
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Suchamda

#145
Thanks Karuna Murti atas sharingnya. At least you've tried.

Untuk Kelana dll.
Pengalaman kita mungkin menunjukkan hal lain, tapi ingat, kita harus tahu posisi / level kita sekarang dimana? Apakah penembusan kita sudah setaraf dengan para sesepuh yg telah mencapai kesucian?
Oleh karena itulah maka referensi dari sutta maupun kitab2 komentar sangatlah perlu digunakan sebagai acuan untuk pembelajaran.

Bila di tahap ini kita membuat teori sendiri (yang belum tentu benar), dikhawatirkan pembelajaran pada tahap berikutnya menjadi terhambat bahkan menimbulkan potensi salah jalan (dalam praktek). Disinilah gunanya kita belajar dari kitab2 suci. Banyak hal yang dikatakan oleh mereka yang telah berhasil, ternyat kita belum mampu melihatnya (melalui pengalaman langsung maupun inferensi logis).

Namun bukan berarti saya mengatakan harus percaya buta begitu saja, melainkan dengan semangat ehipassiko cobalah untuk menggali dan menyelidiki. Sikap open mind sangat membantu disini.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Sumedho

#146
kgk apa2x bro karuna, nanti kalo pas "ketemu" romo cunda, cuma nanti 'tak tanyaken juga.
pengen tahu juga seperti apa.

thanks  :)
There is no place like 127.0.0.1

EVO

Quote from: Suchamda on 09 January 2008, 08:02:57 AM
Quote from: EVO on 05 January 2008, 10:00:01 AM
bagaimana kita bisa menerima penderitaan???
bagaimana mengurangi penderitaan???
bagaimana mengakhiri penderitaan???

pertanyaan selanjut nya  ;D ;D ;D
biar nih otak bisa terbuka :) :) :)



Apa yg sdr.Evo tanyakan itu adalah tujuan keseluruhan dari praktek Buddha Dharma.
Tiada cara lain untuk mencapai itu kecuali melalui pembelajaran teori dan praktek Dharma.
Seperti apa yg dikatakan sdr.bond bhw tidak mungkin pembebasan bisa dicapai hanya dengan belajar teori, apalagi belajar teori dengan motivasi yang tidak lurus. Tiada cara lain maka anda harus memulai praktek tersebut : sepenuh hati kepada Buddha Dharma.
Langkah pertama adalah bertisarana kepada Tiratana : berlindung pada Buddha , Dharma dan Sangha. Kemudian meminta bimbingan kepada bhikkhu yang berpengalaman untuk membimbing praktek meditasi. Setiap minggu puja bakti di vihara datang untuk mendengarkan ceramah dharma.
Itulah langkah2 yang perlu diambil guna menjawab pertanyaan anda.



siap bos laksanakan ;D
btw saya udah tisarana waktu kecil :)
jadi engak usah lagi kan

Suchamda

Quotebtw saya udah tisarana waktu kecil Smiley
jadi engak usah lagi kan

Tisarana secara fisik adalah formalitas. Hal itu memang bukan tidak berguna selama kita masih butuh formalitas. Tetapi yang lebih penting adalah bertisarana secara hati : hati dan pikiran yang benar-benar komit belajar Buddha Dharma dan memiliki aspirasi untuk mencapai pembebasan guna menolong semua mahluk hidup. Ciri orang yang bertisarana secara hati adalah memiliki Bodhicitta.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

EVO

Quote from: Suchamda on 10 January 2008, 08:03:45 AM
Quotebtw saya udah tisarana waktu kecil Smiley
jadi engak usah lagi kan

Tisarana secara fisik adalah formalitas. Hal itu memang bukan tidak berguna selama kita masih butuh formalitas. Tetapi yang lebih penting adalah bertisarana secara hati : hati dan pikiran yang benar-benar komit belajar Buddha Dharma dan memiliki aspirasi untuk mencapai pembebasan guna menolong semua mahluk hidup. Ciri orang yang bertisarana secara hati adalah memiliki Bodhicitta.

bagaimana kita bisa melihat kita telah mempunyai bodhicitta???
bagaimana kita menerapkan bodhicitta itu dalam kehidupam sehari-hari kita