bisa tunjukkan ref sutra? atau ini ngasal opini pribadi...?
dan lagi...dalam mahayana kaya gotama salah satunya boddhisatva avalokistsvara bukan?...
jadi boddhisatva = buddha,blom lagi ada Amitabha nya....
ini mirip Trinitas saja dalam nasrani.
entah trinitas yg mencopy konsep mahayana, atau mahayana yg mencopy trinitas.
Bodhisatva= Buddha, apakah bro benar2 berpikir demikian? Jika benar, berarti ada kesalah pahaman.
Secara definisi saja sudah beda, ini tentu bro sudah tahu jelas. Tidak perlu dijabarkan lagi.
Tapi ketika ada pernyataan bahwa bodhisatva=buddha , ini tentu harus dilihat konteks pembicaraannya. Dalam memahami sesuatu tentu tidak boleh selalu terpaku pd satu sisi.
Begitu juga mengenai Amitabha, Avalokitesvara, yang tidak anda pahami, tidak seharusnya langsung menjudge itu nonsens. Setidaknya anda juga berpegang pada prinsip Kalama Sutta bukan? Bukannya lebih baik jika memperluas cakrawala pikiran dengan tidak menerima tapi juga tidak menolak, lalu selidiki secara komprehensif. Setidaknya kita juga dapat belajar bagaimana menghargai aliran lain. Bukankah Kaisar Asoka telah mengajarkan kita ttg ini? Di mana letak rasa respek kita terhadap maklumat yg ditulis di pilar Asoka?
Mengenai Trinitas, tidak seharusnya menyamakannya dgn konsep Trikaya secara asal. Secara fundamental saja tidak sama.
Jika cara perbandingan anda seperti itu, tentu sangat absurd. Jika anda membandingkan dgn cara demikian, maka semua orang juga bisa melakukannya terhadap ajaran yg anda pegang. Saya juga bisa mengatakan begini :
"Theravada mengakui hanya ada Satu Buddha (Buddha Gotama) di alam semesta sekarang ini, kok mirip konsep Monotheisme. "Tiada Buddha lain selain Buddha Gotama, entah monotheisme yg mencopy Theravada atau Theravada yg mencopy monotheisme".
Tapi karena cara perbandingan seperti ini adalah tidak mengikuti kaidah yg benar, tentu saya tidak akan mengjudge nya seperti itu seperti yang bro lakukan. hehe..
pertama saya minta anda jabarkan perbedaan konsep Trikaya dan Trinitas....kalau saya pribadi mirip saja...mungkin anda lebih tahu jadi saya minta perbedaan tersebut...
kemudian apabila anda sendiri jg kurang paham dan mengerti konsep trikaya...lebih lagi anda tinggal mengatakan bahwa buddha adalah Upayakausalya...
( tidak dapat dimengerti oleh akal sehat dan pikiran )
jadi sebenarnya konsep Trikaya itu muncul dari orang yg mengerti atau tidak mengerti?
apakah arahat yang menulis konsep trikaya adalah sammasambuddha? jelas bukan....jadi siapa yang berani menulis konsep trikaya serta menjabarkan konsep ini kalau diri sendiri tidak mengerti..
apakah bisa paham maksud saya?
kalau ada jawaban pertanyaan di atas...
sekalian sy tanyakan
jika anda katakan bahwa Trikaya itu berpusat 1, apakah ketika pikiran Buddha gotama itu pararel dengan Avalokitesvara? dan Amitabha...mengingat sebenarnya adalah satu...
apabila tidak pararel...apakah Buddha dengan gampang nya menciptakan Buddha baru?
Di kalangan Mahayana Asia Timur banyak. Anda yang blm pernah denger.....
bro gandalf, saya search di google, belum menemukan kata tersebut....yg banyak saya temukan justru
"semua memiliki benih kebuddha-an" bukan "dulu semua adalah buddha"
Saya mengaitkannya untuk menjelaskan bahwa Buddha-pun gak selalu pakai Abhinna (Abhijna).
Oh jadi kalau negara mau saling berperang, kita membiarkan apa adanya ya? Perang toh ya perang biar sajalah.... itu kan karma mereka.... gitu?
Apakah ketika itu Sang Buddha berpikir "saya paling hanya menasehati ah, selebihnya urursan mereka sendiri". Tentu tidak.
Patut diketahui pula, Sang Buddha itu menasehati, itu demi melindungi suku Sakya dan mencegah suku Kosala berbuat akusala karma. Apalagi konon semua suku Sakya itu sudah Srotapanna!! (Ref: Pembebasan di Tangan kita oleh Pabongkha Rinpoche). Ini jelas-jelas Sang Buddha dengan welas asih-Nya MAU MASUK ke dalam urusan suku Sakya dan Kosala, sampai tiga kali lagi. Tapi karena karma buruk suku Sakya terlalu berat, maka akhirnya Sang Buddha undur diri dan kita bahkan tidak tahu kenapa Sang Buddha tidak menggunakan abhijna (tapi sangat mungkin Abhijna pun tidak dapat membantu, karena Sang Buddha selalu mempertimbangkan sesuatu dengan penuh kebijaksanaan dan ketepatan, maka ia mampu melihat cara-cara yang mesti Ia gunakan), yang pasti adalah karmanya terlalu berat dan Sang Buddha melihat dengan jelas bagaimana karma tersebut bekerja.
Demikian juga sebagai Pangeran Mahasattva, beliau melihat jelas bagaimana karma-karma tersebut akan bekerja, dan apa akibatnya, maka beliau memutuskan untuk membunuh penjahat tersebut tanpa menggunakan Abhijna. Karena beliau tahu Abhijna tidak ada gunanya dalam kondisi seperti itu, sama seperti ketika beliau sebagai Buddha tidak menggunakan Abhijna untuk menghentikan suku Sakya dan Kosala.
Jangan bilang kalau Sang Buddha tidak pernah menggunakan Abhijna untuk "mencampuri suatu permasalahan" lo! Bahkan tidak semua bisa diselesaikan dengan nasehat.
loh, seperti nya kebalik ini,
SangBuddha tidaklah mungkin mencampuri urusan suku sakya dan suku kosala...
ingatkah kata-kata seorang buddha?
"Buddha adalah penunjuk jalan, dan yang jalan adalah kita sendiri"
SangBuddha sudah menasehati suku tersebut sehingga apabila suku tersebut tidak mau mendengar, itu tentu urusan suku tersebut.....loh memang kan kamma suku sakya...apa nya melihat kedepan?
Sang Buddha selalu mencampuri urusan seseorang hanya sebatas nasehat dan memberi petunjuk...selebih nya itu urusan orang...
berbeda cara pangeran Mahasatva, sampai memakai action dengan membunuh jelas aneh..
dan lagi
masalah pangeran mahastva, disitu Pangeran terlibat dengan perbuatan buruk...tetapi di tutup dengan upayakausalya...
kalau Buddha bisa Upayakausalya, mengapa Buddha tidak meratakan suku Kosala, walau membunuh 1000 orang kan Buddha katakan Upayakausalya...toh gpp...
pasti anda katakan "rencana buddha di luar logika dan akal sehat" gitu ya?
kalau begitu saya minta refrensi
kapan seorang Buddha memakai Abhinna untuk perbuatan buruk...coba cari refrensi nya...
kalau bisa lagi kapan seorang Buddha melakukan perbuatan yang melanggar 5 SILA...
yg sy temukan rata-rata adalah semua di lakukan untuk "memberi pencerahan" bahkan ketika pertama kali mencapai pencerahan, beliau membuat jembatan emas untuk menghilangkan keraguan para dewa.
Mahayana = dalam kehidupan yang lalu Buddha tidak pernah salah (sempurna sekali)
Theravada = dalam kehidupan yang lalu Buddha pernah melakukan kesalahan (tidak sempurna)
Mahayana = dalam kehidupan yang lalu Buddha banyak akting nya (upaya kausalya)
Theravada = dalam kehidupan yang lalu Buddha tidak berakting
Ooh gitu... gampang, ada jalan tengahnya....
Bisa dikatakan:
1. Ketika masih Bodhisattva Bhumi 1 - 5, beliau masih melakukan kesalahan dan tidak "berakting".
2. Ketika berada di Bodhisattva Bhumi 6, beliau tidak lagi melakukan kesalahan dan tidak "berakting"
3. Ketika sudah Bodhisattva Bhumi 7 - 10, maka beliau tidak lagi melakukan kesalahan dan kadangkala "berakting".
The Siddha Wanderer
apakah bodhisattva bhumi 7-10 telah memahami Upaya kausalya?
jika ya, saya ada pertanyaan sehubung di atas...
siapakah yg telah memahami konsep Trikaya, sehingga berani menulis konsep nya dalam sutra..
tidaklah mungkin seorang sammasambuddha yg membuat Tripitaka, yg pasti adalah muridnya..
apakah muridnya telah mengerti waktu Buddha berbicara/menyampaikan ttg Trikaya?
Buddha sebelum mengajar, tentu sudah tahu, apakah bisa audience mengerti atau tidak....begitu kan..
nah ketika Buddha mengajarkan pada Ananda, dan Ananda mengulang kotbah Trikaya....apakah Ananda mengerti konsep Trikaya? kalau tidak...buat apa Buddha mengajarkan sesuatu yang "tidak jelas" dan tidak dapat di mengerti oleh semua orang kecuali dirinya sendiri.....
upaya kausalya.....
Kalau tetangga bilang: mana kita tahu rencana Tuhan?
Tentu beda dong. Upaya kausalya jelas2 bisa diketahui, dan apa yg kita jelaskan tentang upaya kausalya selama ini kan juga sudah dijelaskan latar belakangnya dan hubungan sebab akibatnya. Apa bro tidak membacanya.
Upaya Kausalya digunakan bodhisatva karena bodhisatva sanggup mengetahui hubungan sebab akibat yg terjadi di masa depan.
Upaya Kausalya (Upaya-kosalla nana): adalah kebijaksanaan yang terampil dalam melakukan jasa seperti dàna, sãla, dan lain-lain, sehingga dapat menjadi alat dan mendukung dalam mencapai Kebuddhaan. Seseorang dari keluarga yang baik yang ingin mencapai Kebuddhaan harus melakukan kebajikan-kebajikan seperti dàna, sãla, dan lain-lain dengan satu tujuan yaitu mencapai Kebuddhaan. (Ia tidak boleh mengharapkan keuntungan yang dapat mengarah pada penderitaan dalam samsara). Kebijaksanaan yang memungkinkannya untuk mencapai Kebuddhaan adalah satu-satunya Buah dari kebajikan yang dilakukannya yang disebut Upàya-kosalla nana.
disitu disebut Upayakausalya adalah kebijaksanaan yang terampil untuk melakukan jasa....
tetapi tidak disebutkan Upayakausalya
di luar logika dan akal sehat baik oleh para arahat sekalipun...Peridoe kedua adalah dari masa Buddha Ratnasikhin sampai Tathagata Dipankara. Pada periode kedua ini Sang Bodhisattva menyelesaikan Bhumi ke-1 sampai Bhumi ke-7 yang setara dengan Arhat. Maka dari itu dalam Buddhavamsa dikatakan bahwa Bodhisattva Sumedha dapat mencapai pencerahan Arhat pada saat itu juga, namun beliau memilih untuk menjadi Bodhisattva (Bhumi ke-7 mnrt Mahayana) menjadi Samyaksambuddha*.
apakah tidak kontradiksi dengan pernyataan dalam saddhamapundarika...
"jauh tak terhitung kalpa lamanya, saya telah mencapai pencerahan sempurna...."
karena sudah terlalu awalnya mencapai pencerahan, bahkan sudah tidak bisa di jabarkan oleh diri nya sendiri....
sedangkan periode ke periode masih dapat di hitung jumlah kalpa nya...
masalah RAPB kontradiksi, kalau bisa di tunjukkan bagian mana mengatakan boddhisatta telah sempurna dalam kebijaksanaan...
saya jujur saja, sy sendiri meragukan RAPB sebagai atas dasar acuan dalam Buddah dhamam, karena isinya kebanyakan copasan dari kitab komentar yang notabane nya bukan orisinil dari pemikiran seorang sammasambuddha, melainkan spekulasi dari para pemikir/filosifi entah itu arahat atau bukan.