//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Akar perpecahan  (Read 101905 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Akar perpecahan
« Reply #180 on: 21 December 2009, 09:49:40 AM »
 [at] Gandalf,

jadi sejak dari Bodhisatta Sumedha hingga Bodhisatta Vessantara, Beliau ada di tingkat berapakah?

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #181 on: 21 December 2009, 10:20:31 AM »
Quote
Mas chingik, hewan saling memangsa itu karma buruk, bagaimana dengan vegetarian? bukankah seharusnya Bodhisatwa selalu vegetarian? Sebagai harimau atau singa apakah Bodhisatwa vegetarian atau tidak?

Mungkin mas Chingik lupa, pertanyaan saya belum dijawab nih. Tambahan lagi pertanyaannya: sebagai singa atau harimau mahluk mana yang ditolong?

Dalam pandangan Mahayana, Bodhisatva saat setelah mendapatkan vyakarana dari Buddha Dipankara, artinya Parami nya akan terus berkembang, welas asihnya dan semua variabel kebajikannya tidak mungkin terbelokkan lagi. Karena tidak terbelokkan, maka Bodhisatva tidak terlahir di alam rendah yg disebabkan karma buruk. Yang ada hanyalah wujud emansinya dalam bentuk hewan, setan, dan lain lain.
Maka ketika emanasi dlm wujud hewan pun mana mungkin menyantap daging.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #182 on: 21 December 2009, 10:33:14 AM »
upaya kausalya.....

Kalau tetangga bilang: mana kita tahu rencana Tuhan?

Tentu beda dong. Upaya kausalya jelas2 bisa diketahui, dan apa yg kita jelaskan tentang upaya kausalya selama ini kan juga sudah dijelaskan latar belakangnya dan hubungan sebab akibatnya.   Apa bro tidak membacanya.
Upaya Kausalya digunakan bodhisatva karena bodhisatva sanggup mengetahui hubungan sebab akibat yg terjadi di masa depan.
Upaya Kausalya (Upaya-kosalla nana): adalah kebijaksanaan yang terampil dalam melakukan jasa seperti dàna, sãla, dan lain-lain, sehingga dapat menjadi alat dan mendukung dalam mencapai Kebuddhaan. Seseorang dari keluarga yang baik yang ingin mencapai Kebuddhaan harus melakukan kebajikan-kebajikan seperti dàna, sãla, dan lain-lain dengan satu tujuan yaitu mencapai Kebuddhaan. (Ia tidak boleh mengharapkan keuntungan yang dapat mengarah pada penderitaan dalam samsara). Kebijaksanaan yang memungkinkannya untuk mencapai Kebuddhaan adalah satu-satunya Buah dari kebajikan yang dilakukannya yang disebut Upàya-kosalla nana.

Offline GandalfTheElder

  • Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Akar perpecahan
« Reply #183 on: 21 December 2009, 10:49:04 AM »
Sang Bodhisattva Sakyamuni pertama kali emmbangkitkan Bodhicitta di hadapan Tathagata bernama Sakyamuni.

Periode pertama ditandai dari era Tathagata Sakyamuni sampai Tathagata Ratnasikhin. Pada periode pertama ini Sang Bodhisattva menyelesaikan tahap pelatihan dan pengumpulan.

Peridoe kedua adalah dari masa Buddha Ratnasikhin sampai Tathagata Dipankara. Pada periode kedua ini Sang Bodhisattva menyelesaikan Bhumi ke-1 sampai Bhumi ke-7 yang setara dengan Arhat. Maka dari itu dalam Buddhavamsa dikatakan bahwa Bodhisattva Sumedha dapat mencapai pencerahan Arhat pada saat itu juga, namun beliau memilih untuk menjadi Bodhisattva (Bhumi ke-7 mnrt Mahayana) menjadi Samyaksambuddha*.

(Dalam Mahayana dikatakan seseorang yang menapaki jalur Bodhisattva, bisa saja merosot dengan malah mengambil jalur Shravaka di kemudian hari, namun Sumedha tetap bertahan dalam tekadnya menajdi Samyaksambuddha)

Periode ketiga adalah pada masa Tathagata Dipankara sampai era di mana Sang Bodhisattva akhirnya berdiam di Tanah Suci Akanishta dan Tusita. Jadi dari Bodhisattva Megha (Sumedha) sampai Vishvantara (Vessantara) itu berada dalam Bhumi ke-8 sampai ke-10.

Periode keempat adalah ketika Sang Bodhisattva ke-10 diabhiseka menjadi Samyaksambuddha, meskipun sejatinya belum Samyaksambuddha. Pada periode ini Sang Bodhisattva berdiam di Tanah Suci Akanishta Ghandavyuha dan Tanah Suci Tusita, kemudian lahir menjadi Pangeran Siddharta yang saat itu sudah Bodhisattva Bhumi ke-10.

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 21 December 2009, 10:56:57 AM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Akar perpecahan
« Reply #184 on: 21 December 2009, 11:10:19 AM »
mau tanya, melakukan hubungan sex bisa mencapai pencerahan atau tidak? kenapa Sidharta harus kawin dulu? (upaya kausalya?)
apa setiap tumibal lahir buddha selalu pernah melakukan hubungan sex?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #185 on: 21 December 2009, 02:01:25 PM »
[at] bro Marcedes
Quote
Quote
kemudian dapat lebih meyakini kpd para pertapa ekstrim bahwa Sang Buddha pun bukan orang yg mencapai pencerahan tanpa usaha, bahkan melebihi para pertapa itu.
loh bukannya karena kamma buruk yg diterima karena menghina buddha Kassapa?...
benar mana?
Dalam Sutra Mahayana , Buddha menjelaskan bahwa pd saat itu ia bukan menghina. Tetapi memliki maksud ingin mengarahkan 5 teman brahmana agar membangkitkan bodhicitta. Karena bukan menghina, maka tentu bukan karma buruk.


ref pls, dengan kutipan bagian ini.

Mahavaipulya Upaya Kausalya Sutra bab 3
…Putra bajik, seperti yg telah engkau tanyakan bahwa ketika saya sebagai bodhisattva ekajatipratibuddha (Bodhisatva tahap sekali kelahiran lagi akan mencapai Kebuddhaan) mengapa pernah mengatakan [tentang Buddha Kasyapa] “Bagaimanakah mencukur [gundul] rambut dapat mencapai bodhi, [padahal] bodhi itu paling tinggi dan sulit dicapai”. Kondisi sebab akibat [ini dilakukan]  bukan tidak ada manfaatnya. Sekarang Aku akan menjelaskan hal yang sebenarnya kepada engkau. Aku ingat ketika pada masa kehidupan Buddha Kasyapa sebagai bodhisattva bernama Jotipala, Aku menggunakan kebijaksanaan terampil untuk memberi manfaat kepada para makhluk hidup sesuai dengan kecenderungan mereka. Saat itu terdapat lima putra brahmana, di mana mereka pada kehidupan lalunya pernah berlatih jalan bodhisattva namun karena berteman dengan mitra jahat, mengakibatkan mereka lupa akan cita-cita pencerahan agung.  Suatu ketika, muncul pikiran demikian pada kelima putra brahmana itu  : Kami telah memperoleh pencerahan. Dari pemikiran ini maka mereka telah diliputi oleh pandangan melenceng. Saat itu juga, Aku menyelidiki dan mengetahui apa yang mereka pikirkan. Karena itu maka Aku menggunakan kebijaksanaan terampil untuk mengarahkan mereka. Lalu Aku [secara sengaja] berkata dihadapan mereka, “Bagaimanakah mencukur [gundul] rambut dapat mencapai bodhi, [padahal] bodhi itu paling tinggi dan sulit dicapai”.  Setelah mendengar ucapan ini, kelima brahmana itu lalu berpikir demikian: Mengapa Jotipala berkata demikian? Karena Aku tahu pikiran mereka, maka Aku berkata sekali lagi,  “Bagaimanakah mencukur [gundul] rambut dapat mencapai bodhi, [padahal] bodhi itu paling tinggi dan sulit dicapai”.  Setelah itu Aku tinggal bersama kelima brahmana itu dengan batin berdiam dalam kondisi kesetaraan sejati.
Satu ketika, ada dua orang , satu bernama Gathikara dan satu lagi bernama Kanpakara (?), mengunjungi kami. Mereka memuji tentang kebajikan agung Buddha Kasyapa, dan setelah itu berkata kepada kami,  “sekarang adalah saatnya kita mengunjungi Buddha Kasyapa, yang mulia yang telah mencapai pencerahan sempurna, …” Pada saat itu, Aku berpikir demikian: Akar kebajikan kelima brahmana ini masih belum matang.  Jika sekarang mengunjungi Buddha Kasyapa, atau Aku memuji nilai kebajikan agung Buddha Kasyapa, namun kelima brahmana ini tidak akan dapat memujiNya.  Setelah berpikir demikian, Aku berkata kepada kedua orang itu (Gathikara dan Kanpakara), “Aku tahu kapan saat yang tepat”.  Setelah itu Aku pun berdiam dalam keadaan kebijaksanaan Prajnaparamita yang tidak berdiam di mana pun, dilindungi dalam kekuatan prajnaparamita. Kemudian muncul kebijaksanaan terampil, Aku berkata kepada kelima brahmana, “Saat Aku mengatakan kepada kalian :  Bagaimanakah mencukur [gundul] rambut dapat mencapai bodhi, [padahal] bodhi itu paling tinggi dan sulit dicapai, maksud perkataan ini tidak dipahami oleh kalian, sekarang Aku akan menjelaskannya. Apa maksud dari Bodhi sulit dicapai?  Saat seorang bodhisattva melalui kebijaksanaan prajnaparamita dengan pikiran tanpa aktifitas dan tidak berdiam di manapun, maka itu adalah bodhi yang disebut tiada kebijaksanaan dan tiada pencapaian, dengan pengamatan secara realitas, didapati bahwa tiada yang dicapai.  Kemudian yang disebut bodhi adalah tiada di dalam, tiada di luar dan tiada di tengah. Tidak dapat dicapai melalui tubuh, tidak dapat dicapai melalui pikiran. Secara mutlak ia bersifat sunyata, jadi segala sesuatu tiada dicapai. Oleh karena itulah mengapa Aku berkata kepada kalian, “Bagaimanakah mencukur [gundul] rambut dapat mencapai bodhi, [padahal] bodhi itu paling tinggi dan sulit dicapai.”   Ketahuilah bahwa perkataan ini adalah yang sesungguhnya [memang demikian].  Setelah kelima brahmana mendengar ucapan itu, batin mereka tersadarkan, dan pulih kembali dari pikiran tentang kendaraan agung [cita-cita Samyaksambuddh]. Setelah Aku mengucapkan hal ini, pikiran Aku berdiam dalam pikiran tiada pencapaian segala sesuatu, lalu  meninggalkan tempat tersebut menuju ke wilayah lain. Kelima brahmana pada saat itu juga ikut bersama-sama.

Selanjutnya pada saat itu Gathikara dan Kanpakara berdua melalui kekuatan iddhibalaBuddha pergi ke tempat itu untuk menasihati kelima brahmana agar dapat bersama-sama mengunjungi Buddha Kasyapa. Setelah Aku mengamati bahwa akar hubungan kondisi kelima brahmana sudah matang [untuk bertemu Buddha Kasyapa], maka saat itu juga Aku dan kelima brahmana itu serta Gathikara dan Kanpakara pergi mengunjungi Buddha Kasyapa, Tathagata, Arahat, Yang telah mencapai Pencerahan Sempurna.  Setelah tiba, kami masing-masing bersujud di bawah kaki Buddha. Saat itu, karena akar kebajikan masa lalu, kedua orang itu melihat tanda wujud fisik yang bagus dari Buddha. Masing-masing dari mereka menjadi murni pikirannya. Sedangkan kelima brahmana melihat wujud rupa Tathagata yg diliputi dengan cahaya gemilang yang penuh dengan berkah dan kebajikan agung, pikiran mereka pun menjadi bergembira.  Atas dasar kekuatan akar kebajikan dari masa lalu, mereka pun kembali membangkitkan batin yg bercita-cita mencapai Anuttara Samyaksambuddha. Saat itu, Aku berkata kepada Buddha, “Akar kebajikan dari kelima brahmana ini telah matang, mohon Buddha membimbing mereka”. Saat itu Buddha Kasyapa membabarkan ajaran bodhisattva sesuai dengan kemampuan penerimaan mereka hingga dapat memahaminya. Dan seketika itu juga mereka memperoleh Anutpatika Dharma Ksanti. (Cat: berdiam dalam kondisi tiada kemunculan dharma- yakni mencapai ketanpa kemerosotan). Buddha Kasyapa lalu memberi vyakarana Anuttara Samyaksambuddha kepada Ku. Setelah itu, Aku berkata kepada Buddha Kasyapa, “Berkat Hyang Buddha-lah hingga membuat kelima brahmana dapat bertemu dan menerima ajaran bodhisattva, memberi bimbingan hingga memperolah Anutpatika dharma ksanti dan bercita-cita mencapai Pencerahan sempurna yang tanpa kemerosotan lagi”.  
Selanjutnya, oh putra bajik, Saat di masa Buddha Kasyapa Aku sebagai seorang bodhisattva ekajatipratibuddha, yang telah pernah mengatakan “Bagaimanakah mencukur [gundul] rambut dapat mencapai bodhi, [padahal] bodhi itu paling tinggi dan sulit dicapai”. Ucapan ini bertujuan untuk mengarahkan [kelima brahmana]. Dan berdasarkan kondisi sebab akibat inilah maka mereka mendapatkan manfaat. Oleh karena itu ketahuilah, apa yang telah diucapkan itu bukan tidak ada gunanya. Semua ini adalah kebijaksanaan terampil (Upaya kausalya) dari seorang bodhisattva. Bukan [ucapan] yang mengandung kesalahan, atau yang tidak bajik.


Walaupun kisah dalam Sutra ini agak berbeda dengan versi Sutta, tetapi pada intinya adalah menceritakan tentang masalah Jotipala yg telah mengatakan hal yang seolah-olah dianggap merendahkan Sasana BuddhaKasyapa. TEtapi Sutra ini telah menjelaskannya berdasarkan pertanyaan dari salah satu bodhisatva bernama Zhi-shan (saya lupa ejaan sanskritnya).
Jadi secara Mahayana, ya kesimpulannya Jotipala tidak menghina dan karena itu 6 tahun sengsara itu bukan karena karma buruk.
« Last Edit: 21 December 2009, 02:12:06 PM by chingik »

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #186 on: 21 December 2009, 02:06:08 PM »
mau tanya, melakukan hubungan sex bisa mencapai pencerahan atau tidak? kenapa Sidharta harus kawin dulu? (upaya kausalya?)
apa setiap tumibal lahir buddha selalu pernah melakukan hubungan sex?
Tidak, itu merupakan wujud ilusif dari sang bodhisatva. Dan memang upaya kausalya. Tidak ada yang salah dengan upaya kausalya, justru terlihat fungsi dan manfaatnya. Silakan kaji makna Upaya Kausalya, dalam RAPB juga ada.

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Akar perpecahan
« Reply #187 on: 21 December 2009, 05:32:15 PM »
Quote
Mas chingik, hewan saling memangsa itu karma buruk, bagaimana dengan vegetarian? bukankah seharusnya Bodhisatwa selalu vegetarian? Sebagai harimau atau singa apakah Bodhisatwa vegetarian atau tidak?

Mungkin mas Chingik lupa, pertanyaan saya belum dijawab nih. Tambahan lagi pertanyaannya: sebagai singa atau harimau mahluk mana yang ditolong?

Dalam pandangan Mahayana, Bodhisatva saat setelah mendapatkan vyakarana dari Buddha Dipankara, artinya Parami nya akan terus berkembang, welas asihnya dan semua variabel kebajikannya tidak mungkin terbelokkan lagi. Karena tidak terbelokkan, maka Bodhisatva tidak terlahir di alam rendah yg disebabkan karma buruk. Yang ada hanyalah wujud emansinya dalam bentuk hewan, setan, dan lain lain.
Maka ketika emanasi dlm wujud hewan pun mana mungkin menyantap daging.
[/color]

Jadi santapan Bodhisatwa kalau lahir jadi harimau atau singa apa mas Chingik...? rumput...?
The truth, and nothing but the truth...

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #188 on: 21 December 2009, 05:44:14 PM »
Quote
Mas chingik, hewan saling memangsa itu karma buruk, bagaimana dengan vegetarian? bukankah seharusnya Bodhisatwa selalu vegetarian? Sebagai harimau atau singa apakah Bodhisatwa vegetarian atau tidak?

Mungkin mas Chingik lupa, pertanyaan saya belum dijawab nih. Tambahan lagi pertanyaannya: sebagai singa atau harimau mahluk mana yang ditolong?

Dalam pandangan Mahayana, Bodhisatva saat setelah mendapatkan vyakarana dari Buddha Dipankara, artinya Parami nya akan terus berkembang, welas asihnya dan semua variabel kebajikannya tidak mungkin terbelokkan lagi. Karena tidak terbelokkan, maka Bodhisatva tidak terlahir di alam rendah yg disebabkan karma buruk. Yang ada hanyalah wujud emansinya dalam bentuk hewan, setan, dan lain lain.
Maka ketika emanasi dlm wujud hewan pun mana mungkin menyantap daging.
[/color]

Jadi santapan Bodhisatwa kalau lahir jadi harimau atau singa apa mas Chingik...? rumput...?

bodhisatva tidak pernah terlahir di alam rendah, bedakan emanasi dan terlahir.

Offline truth lover

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 392
  • Reputasi: 3
Re: Akar perpecahan
« Reply #189 on: 21 December 2009, 06:42:18 PM »
Quote
Mas chingik, hewan saling memangsa itu karma buruk, bagaimana dengan vegetarian? bukankah seharusnya Bodhisatwa selalu vegetarian? Sebagai harimau atau singa apakah Bodhisatwa vegetarian atau tidak?

Mungkin mas Chingik lupa, pertanyaan saya belum dijawab nih. Tambahan lagi pertanyaannya: sebagai singa atau harimau mahluk mana yang ditolong?

Dalam pandangan Mahayana, Bodhisatva saat setelah mendapatkan vyakarana dari Buddha Dipankara, artinya Parami nya akan terus berkembang, welas asihnya dan semua variabel kebajikannya tidak mungkin terbelokkan lagi. Karena tidak terbelokkan, maka Bodhisatva tidak terlahir di alam rendah yg disebabkan karma buruk. Yang ada hanyalah wujud emansinya dalam bentuk hewan, setan, dan lain lain.
Maka ketika emanasi dlm wujud hewan pun mana mungkin menyantap daging.
[/color]

Jadi santapan Bodhisatwa kalau lahir jadi harimau atau singa apa mas Chingik...? rumput...?

bodhisatva tidak pernah terlahir di alam rendah, bedakan emanasi dan terlahir.

Oh iya maaf saya lupa, Bodhisatwa hanya pura-pura terlahir jadi hewan. Entah apa maunya berpura-pura terlahir jadi hewan? Hewannya agak aneh.. singa dan harimau vegetarian.
The truth, and nothing but the truth...

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Akar perpecahan
« Reply #190 on: 21 December 2009, 06:48:35 PM »
Singa vegetarian menurut mahayana ada referensinya menurut jataka atau sutra mahayana?

Mengingat dalam jataka theravada , bodhisatta menjadi singa membunuh dan memakan daging buruannya.  Jika ini adalah hasil emanasi maka ada yang dikorbankan.

Atau memang jataka Theravada dalam hal singa membunuh dan makan daging dianggap tidak valid menurut versi mahayana?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #191 on: 21 December 2009, 07:09:33 PM »
Quote
Oh iya maaf saya lupa, Bodhisatwa hanya pura-pura terlahir jadi hewan. Entah apa maunya berpura-pura terlahir jadi hewan? Hewannya agak aneh.. singa dan harimau vegetarian.
Gayanya kok sinis amat hehe... ( [at] bro Indra , benar ga, kadang sulit menilai apa sikap orang di sini, haha)

Emanasi itu tentu ada sebab akibatnya. Dewa Sakka saja bisa berpura-pura datang ke alam manusia menguji manusia. Dan ini bukan hal yang aneh dan negatif. 

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Akar perpecahan
« Reply #192 on: 21 December 2009, 07:28:13 PM »
Singa vegetarian menurut mahayana ada referensinya menurut jataka atau sutra mahayana?

Mengingat dalam jataka theravada , bodhisatta menjadi singa membunuh dan memakan daging buruannya.  Jika ini adalah hasil emanasi maka ada yang dikorbankan.

Atau memang jataka Theravada dalam hal singa membunuh dan makan daging dianggap tidak valid menurut versi mahayana?
sy blm tahu apakah ada referensinya atau tidak.

Quote
Mengingat dalam jataka theravada , bodhisatta menjadi singa membunuh dan memakan daging buruannya.  Jika ini adalah hasil emanasi maka ada yang dikorbankan.
Jangan mencampur adukkan dong hehe, namanya juga Jataka versi Theravada, maka tentu tidak heran bila ada sebutan singa membunuh. Dan ini tentu sudah bukan emanasi.

Quote
Atau memang jataka Theravada dalam hal singa membunuh dan makan daging dianggap tidak valid menurut versi mahayana?
Begini, versi Mahayana kan sudah bilang bodhisatva yg telah mengembangkan parami tidak akan mengalami kemunduran seperti perbuatan buruk. Maka tidak mungkin ada bodhisatva yg terlahir di alam rendah. Kata emanasi sepertinya sulit dipahami, saya beri contoh yg sederhana, Dewa Sakka bisa menjelma ke alam manusia dan menguji tindakan manusia, apakah dewa Sakka saat menjelma itu masih makan daging (mengingat makhluk dewa tidak makan sperti manusia)?
 
Dalam RAPB saja menjelaskan panjang lebar bahwa bodhisatta telah memiliki Abhinihara, welas asih, dan Paraminya tidak akan terbelokkan lagi. Sedangkan pd sisi lain mengatakan bodhisatva masih melakukan kesalahan yg berakibat terlahir di alam rendah, bukankah ini saling bertentangan dalam RAPB sendiri.   Ada yg bisa bantu jelaskan? Thanks

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Akar perpecahan
« Reply #193 on: 21 December 2009, 07:37:51 PM »
Ok thanks mas Chingik.  _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Akar perpecahan
« Reply #194 on: 21 December 2009, 09:19:10 PM »
Quote
Oh iya maaf saya lupa, Bodhisatwa hanya pura-pura terlahir jadi hewan. Entah apa maunya berpura-pura terlahir jadi hewan? Hewannya agak aneh.. singa dan harimau vegetarian.
Gayanya kok sinis amat hehe... ( [at] bro Indra , benar ga, kadang sulit menilai apa sikap orang di sini, haha)

Emanasi itu tentu ada sebab akibatnya. Dewa Sakka saja bisa berpura-pura datang ke alam manusia menguji manusia. Dan ini bukan hal yang aneh dan negatif.  

siapa bilang dewa sakka "berpura-pura" datang, yg betul dewa sakka, datang. dgn menyamar sebagai manusia..
perbedaannya.. klo berpura2 datang...artinya : sebenarnya ga datang...
klo datang dgn menyamar sebagai manusia.... artinya.. dia betul2 dtg, tp dgn wujub manusia

jd kurang cocok mengambil contoh dewa sakka untuk menjawab hal itu

kurasa jika boddhisatta berpura2 terlahir sebagai singa.. dan berpura2 lahir lari ayah dan ibu singa, dan berpura2 punya saudara singa, dan berpura2 punya istri singa , dan anak singa, dan berpura2 berburu, dan berpura2 makan daging.. mungkin ada benarnya kali, selama semua itu pura2... maka sebenarnya ga pernah terjadi...
tp yah..pemainya harus banyak, bukan 1 org, mulai dari ayah ibunya, sodara2nya, binatang dia dia buru, daging yg dipake buat berpura2 makan, dan istri serta anak2nya, nah klo gini.. cocok klo org bilang hidup adalah sandiwara :P
« Last Edit: 21 December 2009, 09:26:13 PM by The Ronald »
...

 

anything