The Vajracchedika Prajna Paramita Sutra ( Diamon Sutra) *SUTRA PALSU?*

Started by El Sol, 10 October 2007, 09:50:16 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

djoe

Quote from: ryu on 06 May 2011, 01:47:01 PM
ada penjahat membunuh, harus di hormati, karena kita bisa belajar dari mereka =))

Seperti yang sebelumnya kebanyakan belajar dharma dan menghafal mati kata - kata. Pintar dan mahir dalam sutta menguasai semua sutta yang ada.
Tetapi tidak bisa melihat dharma ada di sekeliling kita. Menganggap dharma hanyalah kata - kata yang ada di kertas, yang ada di hitam di atas putih.


.........
Patriarch Bodhidharma went to Nan Ching where he listened to Dharma Master Shen Kuang explained the Sutras. When Shen Kuang spoke, the heavens rained fragrant blossoms and a golden-petalled lotus rose from the earth for him to sit upon. However, only those with good roots, who had opened the five eyes8 and the six spiritual penetrations were able to see that. Now! Isn't this wonderful?
After listening to the Sutra, Bodhidharma asked, "Dharma Master, what are you doing?"
"I am explaining Sutras," Shen Kuang replied.
"Why are you explaining Sutras?"
"I am teaching people to end birth and death."
"Oh?" said Bodhidharma, "exactly how do you do that? In this Sutra which you explain, the words are black and the paper is white. How does this teach people to end birth and death?"
Dharma Master Shen Kuang had nothing to say. How did he teach people to end birth and death? He fumed in silence. Then, even though heavenly maidens rained down flowers and the earth gave forth golden lotuses, Dharma Master Shen Kuang got angry.
This is what I mean when I say that the Buddhadharma existed in China, but it was as if it were not there at all.
When angry, Dharma Master Shen Kuang used his heavy iron beads to level opposition. In response to Bodhidharma's question, he reddened with anger and raged like a tidal wave smashing a mountain. As he whipped out his beads, he snapped, "You are slandering the Dharma!" and cracked Bodhidharma
across the mouth, knocking loose two teeth. Bodhidharma neither moved nor spoke. He hadn't expected such a vicious reply.
There is a legend about the teeth of holy men. You must not ask about the principle, however, because it is too inconceivable. The legend says that if a sage's teeth fall to the ground, it won't rain for three years. Patriarch Bodhidharma thought, "If it doesn't rain for three years, people will starve! I have come to China to save living beings, not to kill them!" So Bodhidharma did not let his teeth fall to the ground. Instead, he swallowed
them and disappeared down the road. Although he had been beaten and reviled, Bodhidharma could not go to the government and file suit against Dharma Master Shen Kuang. Those who have left home have to be patient. How much more so must a patriarch forbear.

Indra

Quote from: djoe on 07 May 2011, 08:12:18 AM
Seperti yang sebelumnya kebanyakan belajar dharma dan menghafal mati kata - kata. Pintar dan mahir dalam sutta menguasai semua sutta yang ada.
Tetapi tidak bisa melihat dharma ada di sekeliling kita. Menganggap dharma hanyalah kata - kata yang ada di kertas, yang ada di hitam di atas putih.


.........
Patriarch Bodhidharma went to Nan Ching where he listened to Dharma Master Shen Kuang explained the Sutras. When Shen Kuang spoke, the heavens rained fragrant blossoms and a golden-petalled lotus rose from the earth for him to sit upon. However, only those with good roots, who had opened the five eyes8 and the six spiritual penetrations were able to see that. Now! Isn't this wonderful?
After listening to the Sutra, Bodhidharma asked, "Dharma Master, what are you doing?"
"I am explaining Sutras," Shen Kuang replied.
"Why are you explaining Sutras?"
"I am teaching people to end birth and death."
"Oh?" said Bodhidharma, "exactly how do you do that? In this Sutra which you explain, the words are black and the paper is white. How does this teach people to end birth and death?"
Dharma Master Shen Kuang had nothing to say. How did he teach people to end birth and death? He fumed in silence. Then, even though heavenly maidens rained down flowers and the earth gave forth golden lotuses, Dharma Master Shen Kuang got angry.
This is what I mean when I say that the Buddhadharma existed in China, but it was as if it were not there at all.
When angry, Dharma Master Shen Kuang used his heavy iron beads to level opposition. In response to Bodhidharma's question, he reddened with anger and raged like a tidal wave smashing a mountain. As he whipped out his beads, he snapped, "You are slandering the Dharma!" and cracked Bodhidharma
across the mouth, knocking loose two teeth. Bodhidharma neither moved nor spoke. He hadn't expected such a vicious reply.
There is a legend about the teeth of holy men. You must not ask about the principle, however, because it is too inconceivable. The legend says that if a sage's teeth fall to the ground, it won't rain for three years. Patriarch Bodhidharma thought, "If it doesn't rain for three years, people will starve! I have come to China to save living beings, not to kill them!" So Bodhidharma did not let his teeth fall to the ground. Instead, he swallowed
them and disappeared down the road. Although he had been beaten and reviled, Bodhidharma could not go to the government and file suit against Dharma Master Shen Kuang. Those who have left home have to be patient. How much more so must a patriarch forbear.

anda mulai belajar sekarang, tidak seperti sebelumnya mengutip referensi yg mambantah argumen anda sendiri, sekarang anda sudah bisa mencari dukungan dengan mengutip referensi yg mendukung argumen anda, yg sialnya hanya anda baca keindahan kata2 tersebut tanpa memahami maknanya.

K.K.

Quote from: djoe on 07 May 2011, 08:04:30 AM
Jawaban anda lebih bijaksana daripada orang yang mengatakan Buddha mencela.

Tetapi masih ada kemelekatan kepada dharma, masih ada pandangan dualistic
Boleh dicontohkan jawaban yang tidak dualistik? Kalau bisa bukan copy-paste sepanjang puluhan baris, tapi langsung ke intinya saja.

Indra

Quote from: djoe on 07 May 2011, 08:01:42 AM
Debu - debu dharma melekat di pikiran anda , anda masih mengulang kesalahan yang sama sehingga anda menyamakan umat yang mencela dengan Buddha yang mencela.

Anda menyamankan pandangan dualistic umat dengan Buddha.

Anda bahkan tidak bisa membedakan Buddha dengan umat sehingga anda menyatakan hal seperti itu.

Tidak bisa melihat arti substantial dari pandangan dualitic yang dikatakan oleh anda Buddha mempunyai pandangan dualitic dengan pandangan dualitc umat.

Tidak bisa melihat arti substantial dari mencela yang dikatakan oleh anda Buddha mencela dengan umat yang
mencela.
Apa gunanya dharma yang anda hafal mati di otak dan melekat dengan erat dharma tersebut tetapi tidak bisa mengerti arti dan substantial dari dharma tersebut.
Dikatakan mencela oleh Buddha bukanlah mencela, maka dikatakan mencela

.............
Sàkyamuni Buddha and Subhåti were discoursing on true, real praj¤à. Since true, real praj¤à does not reside in
a framework of language, what can be spoken? The empty mark of all dharmas is beyond words and speech.
The Buddha spoke Dharma for forty-nine years and when the time of his nirvàõa arrived, he said that he had not spoken one word.
He said, "If anyone says the Tathàgata has spoken Dharma, he slanders the Buddha because he has been unable to understand what I have said.Ÿ
"Since the Buddha did not speak Dharma, why are there so many såtras spoken by the Buddha?Ÿ one may rightly ask.

The answer to that lies in the doctrine of speaking conditioned Dharma for people bound to conditions and speaking uncon-ditioned Dharma for people who dwell in the unconditioned.

The Vajra Såtra says, "Even dharmas should be relinquished, how much the more so no dharmas.Ÿ
The Buddha said he had not spoken Dharma because he was concerned that people would become attached to the mark of Dharma. (sama seperti sebagian teman - teman yang ada disini) Being attached to Dharma is the same as being attached to self. People's attachment to emptiness must also be broken.
When the Dharma door of praj¤à is spoken, even emptiness must not become an attachment.


anda juga hanya bisa mencela orang lain, mengatakan orang lain berpandangan dualistik, apakah anda sendiri sudah bebas dari dualistik? bagaimana mungkin seorang yg bebas dari dualistik masih mendiskriminasi orang lain? jadi apakah pandangan dualistik Buddha dan apakah pandangan dualistik umat? ehm... jadi bahkan Buddha pun masih punya pandangan dualistik?

ini sama saja dengan "dikatakan kentut tapi bukan kentut, padahal memang kentut, makanya disebut kentut".

dan saya perhatikan, anda sepertinya sudah tidak berdebu lagi, atau "dikatakan berdebu tapi tidak berdebu, padahal belum mandi, makanya disebut berdebu."

djoe

Quote from: Kainyn_Kutho on 07 May 2011, 08:21:52 AM
Boleh dicontohkan jawaban yang tidak dualistik? Kalau bisa bukan copy-paste sepanjang puluhan baris, tapi langsung ke intinya saja.

Maaf saya orang bodoh, tidak bisa menghafal seperti saudara - saudara lain yang sangat pintar menghafa sutra/sutta.

Tetapi paling tidak saya tahu untuk tidak mengandalkan kata - kata.

Dan saya bersyujur karena tidak pintar menghafal seperti saudara . Jika tidak saya bisa menjadi seperti saudara.

Indra

Quote from: djoe on 07 May 2011, 08:28:20 AM
Maaf saya orang bodoh, tidak bisa menghafal seperti saudara - saudara lain yang sangat pintar menghafa sutra/sutta

ok ok, boleh copy paste deh, Bro Kainyn memang jahat, makanya saya sudah peringatkan hati2 sama beliau.

K.K.

Quote from: djoe on 07 May 2011, 08:28:20 AM
Maaf saya orang bodoh, tidak bisa menghafal seperti saudara - saudara lain yang sangat pintar menghafa sutra/sutta.

Tetapi paling tidak saya tahu untuk tidak mengandalkan kata - kata.

Dan saya bersyujur karena tidak pintar menghafal seperti saudara . Jika tidak saya bisa menjadi seperti saudara.
Anda mengaku bodoh tapi kok bisa menilai kami ini masih dualistik? Tidak mengandalkan kata-kata, tapi kok bisa menilai dari kata-kata bahwa kami begini-begitu? Ayolah, jangan munafik. Jangan sok pintar lalu pura-pura merendah.

K.K.

Quote from: Indra on 07 May 2011, 08:30:49 AM
ok ok, boleh copy paste deh, Bro Kainyn memang jahat, makanya saya sudah peringatkan hati2 sama beliau.
Ini pandangan dualistik, Bro Indra. Janganlah melihat tanda sebagai tanda kalau mau melihat Tathagata. Kendatipun memang jahat, tidak usahlah mengubah sikap menjadi hati-hati karena melihat orang lain jahat, inilah esensi 'jalan tengah'.

djoe

Quote from: kuswanto on 06 May 2011, 12:51:28 PM
ow kl gitu ralat deh, jadi "sok maha kuasa"  ^:)^ ^:)^ ^:)^

Terjebak kata - kata lagi.

Thread closed ditujukan kepada saya. Paling tidak saya menguasai diri sendiri.

Thread closed

Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 07 May 2011, 08:41:55 AM
Ini pandangan dualistik, Bro Indra. Janganlah melihat tanda sebagai tanda kalau mau melihat Tathagata. Kendatipun memang jahat, tidak usahlah mengubah sikap menjadi hati-hati karena melihat orang lain jahat, inilah esensi 'jalan tengah'.


jadi Bro Kainyn sedang mengerahkan jurus "upaya kausalya" di sini?

Indra

Quote from: djoe on 07 May 2011, 08:54:42 AM
Terjebak kata - kata lagi.

Thread closed ditujukan kepada saya. Paling tidak saya menguasai diri sendiri.

Thread closed


tapi toh anda juga masih menjawab beberapa postingan di sini, sejak "thread close" anda kemarin, apakah sudah re-open dan sekarang close lagi?

K.K.

Quote from: Indra on 07 May 2011, 08:59:47 AM
jadi Bro Kainyn sedang mengerahkan jurus "upaya kausalya" di sini?
Bukan, saya hanya orang bodoh, bukan seperti djoe yang pintar menghafal dan tidak terbatas kata-kata, belum cukup level untuk jurus pamungkas tersebut. 

Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 07 May 2011, 09:16:39 AM
Bukan, saya hanya orang bodoh, bukan seperti djoe yang pintar menghafal dan tidak terbatas kata-kata, belum cukup level untuk jurus pamungkas tersebut. 

dikatakan bodoh tapi tidak bodoh, makanya disebut tidak pintar

K.K.

Quote from: djoe on 07 May 2011, 08:54:42 AM
Terjebak kata - kata lagi.

Thread closed ditujukan kepada saya. Paling tidak saya menguasai diri sendiri.

Thread closed

Semoga semua makhluk djoe berbahagia...

[spoiler]setelah membawa diskusi putar-putar, 'menghakimi' orang lain dualistik tapi tidak beri penjelasan, kemudia pura-pura bodoh dan 'menghakimi' orang lain terbatas pada kata, lalu kabur sepihak dengan ucapan 'semoga semua makhluk berbahagia', amen[/spoiler]


Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 07 May 2011, 09:22:44 AM
setelah membawa diskusi putar-putar, 'menghakimi' orang lain dualistik tapi tidak beri penjelasan, kemudia pura-pura bodoh dan 'menghakimi' orang lain terbatas pada kata, lalu kabur sepihak dengan ucapan 'semoga semua makhluk berbahagia', amen[/spoiler]


dikatakan pura-pura bodoh, tapi tidak pura-pura karena benar-benar bodoh