Menghakimi dalam pandangan Buddhist

Started by Reenzia, 05 December 2008, 05:04:51 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

g.citra

Quotesaia bertanya pendapat/persepsi masing-masing dan alasannya, bukan bagaimana benarnya

wah mesti kuliah hukum nih... hehehe

Quotekalau mo dilanjutin pertanyaan kek gitu

maka kesimpulan saya adalah

""seberapa penting sih" kita ada disini?...hehehe"

maka jawaban saya adalah... penting bagi yg punya kepentingan disini dan tak penting bagi yang tidak punya kepentingan disini... hehehe...

Namo Buddhaya...  _/\_ ...

hatRed

 [at] g.citra

Quote from: g.citra on 06 December 2008, 01:40:31 AM
'seberapa penting sih' kita membahas masalah ini?...hehehe

kalo gitu jawaban saya juga sama :))

penting bagi yg punya kepentingan membahas dan tak penting bagi yang tidak punya kepentingan membahas. ;D
i'm just a mammal with troubled soul



segitigamerahjambu

kalo pandangan pribadi, tdk ada gunanya ikut2an menghakimi
sibuk memperdebatkan benar dan salah hanya membuang tenaga, sebab tdk jelas mana sih yg dimaksud dengan kata "benar" ?

saya kasih contoh:
1. dalam masyarakat indian (amerika) bila menerima tamu terhormat, maka utk menghormati tamu tersebut istri tuan rumah akan diberikan utk menemani sang tamu "tidur". bukankah utk kacamata kita di jaman ini jelas ini salah kaprah? tapi menurut mereka itu kan benar
2. kalo ga salah sebelum abad 10, di tanah jawa, ada satu kerajaan yg diperintah ratu simha, pada era itu pencurian sekecil apapun akan diganjar hukuman mati (kalo ga salah dipicis=diikat diperempatan, setiap orang lewat harus menorehkan satu luka dgn pisau, lalu ditaburi garam, ini dilakukan sampe penjahatnya mati), hasilnya masyarakatnya era itu tdk seorangpun berani melakukan kejahatan (ada sisi positifnya toh :P) tapi kalo itu dilakukan jaman sekarang, komnas ham bisa teriak2

nah bukankah membingungkan yg namanya konsep benar dan salah itu, beda waktu atau masyarakat sudah bergeser artinya

buat saya kebenaran sejati adalah:
a. 1+1=2 dengan catatan satuan yg dipake sama
b. bila anda haus, minumlah air yg cukup utk menghilangkannya

memahami yg seperti ini lebih berarti

Reenzia

Quote from: hatRed on 06 December 2008, 11:49:11 AM
[at] g.citra

Quote from: g.citra on 06 December 2008, 01:40:31 AM
'seberapa penting sih' kita membahas masalah ini?...hehehe

kalo gitu jawaban saya juga sama :))

penting bagi yg punya kepentingan membahas dan tak penting bagi yang tidak punya kepentingan membahas. ;D

di thread ini saia harap gak ada yg menghakimi, dan tak ada penghakiman disini, saia cuma minta pendapat

hatRed

 [at] reenzie

sorry, jadi ngomentarin yang laen

kalo gitu boleh gak saya berpendapat lagi tentang benar/salah bagi saya pribadi?
i'm just a mammal with troubled soul



g.citra

[at] reenzie

Reenzie yang baik...
Anda menulis :

Quoteseberapa penting sih menyatakan "benar" atau "salah" bagi pencapaian penerangan untuk diri sendiri?

dan selanjutnya menulis:

Quotesaia bertanya pendapat/persepsi masing-masing dan alasannya, bukan bagaimana benarnya

Sekali lagi maaf... jadi kalau ada yg menuliskan pendapatnya tentang tulisan anda yg kedua, lalu bagaimana dengan tulisan anda yang pertama?
mohon pencerahan... ^:)^

Namo Buddhaya...  _/\_ ...


markosprawira

dear ALL,

Kebenaran (Dhamma) dibagi menjadi dua yaitu Paramattha Dhamma dan Pannati Dhamma

Paramattha Dhamma adalah kebenaran secara hakekat yg sesungguhnya

sementara Pannati Dhamma adalah kebenaran secara konseptual, secara kesepakatan umum misal hukum negara, UUD, PBB (UN) bahkan sampai kesepakatan RT utk menggelar 17 agustusan

Karena itu proses penghakiman secara buddhism, termasuk ke dalam pannati dhamma.

Jadi tidaklah tepat menggunakan paramattha dhamma utk mengukur pannati dhamma

Sehingga hendaknya tidak perlu diperdebatkan benar atau salahnya karena itu sudah termasuk ke dalam kesepakatan bersama, yg notabene diperlukan dalam mengatur hidup bermasyarakat.

semoga bisa bermanfaat  _/\_

Reenzia

Quote from: g.citra on 06 December 2008, 05:48:28 PM
[at] reenzie

Reenzie yang baik...
Anda menulis :

Quoteseberapa penting sih menyatakan "benar" atau "salah" bagi pencapaian penerangan untuk diri sendiri?

dan selanjutnya menulis:

Quotesaia bertanya pendapat/persepsi masing-masing dan alasannya, bukan bagaimana benarnya

Sekali lagi maaf... jadi kalau ada yg menuliskan pendapatnya tentang tulisan anda yg kedua, lalu bagaimana dengan tulisan anda yang pertama?
mohon pencerahan... ^:)^

Namo Buddhaya...  _/\_ ...



hmmm agak rancu ya, gini deh : pendapat/persepsi masing2 tentang benar dan salah dalam pencapaian penerangan ;D

Reenzia

Quote from: hatRed on 06 December 2008, 05:01:49 PM
[at] reenzie

sorry, jadi ngomentarin yang laen

kalo gitu boleh gak saya berpendapat lagi tentang benar/salah bagi saya pribadi?

boleee....silahkan berpendapat.........


markosprawira

Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 09:37:34 AM
Quote from: g.citra on 06 December 2008, 05:48:28 PM
[at] reenzie

Reenzie yang baik...
Anda menulis :

Quoteseberapa penting sih menyatakan "benar" atau "salah" bagi pencapaian penerangan untuk diri sendiri?


hmmm agak rancu ya, gini deh : pendapat/persepsi masing2 tentang benar dan salah dalam pencapaian penerangan ;D

dear reenzia,

cm ingin memperjelas bhw apakah yg anda tanyakan "benar atau salah dalam pencapaian penerangan"

ataukah

"kusala atau akusala dalam pencapaian penerangan"

???

Reenzia

menanyakan pendapat pribadi saja, perlu gk sih pernyataan benar atau salah dalam pencapaian penerangan begitu loo

markosprawira

Benar atau salah

kalo secara pernyataan, tidak perlu.

tapi secara batin, itu diperlukan

hatRed

Quote from: Reenzia on 05 December 2008, 05:04:51 PM
tmn-tmn

saia ingin bertanya bagaimana pandangan Buddhist mengenai penghakiman
mulai dari lembaga peradilan negara, tindakan main hakim sendiri, sampai merasa bahwa diri sendiri perlu "meluruskan" orang lain
walaupun itu memang tidak sesuai dhamma [bukan persepsi pribadi]

dan apa yang teman-teman lakukan bila dalam posisi seperti itu?
apa merasa memang perlu "meluruskan"-nya?

atas tanggapannya, saia ucapkan terimakasih _/\_

yang di Bold itu, dasarnya dari mana yak?

Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 02:00:21 PM
menanyakan pendapat pribadi saja, perlu gk sih pernyataan benar atau salah dalam pencapaian penerangan begitu loo

Saat Sidharta belum mencapai "Pencerahan" beliau bertemu dengan Lima orang Pertapa yang menggunakan objek menyiksa diri.

1. Apakah saat itu beliau menyatakan suatu kebenaran/kesalahan dari Lima pertapa tersebut???

Beliau lalu ikut bertapa bersama lima pertapa tersebut. setelah sekian lama, beliau menyadari hal ini adalah tidak berguna, maka beliau meninggalkan lima pertapa tersebut

2. Apakah beliau menyatakan Kebenaran/kesalahan kepada Lima pertapa???

Lalu beliau bertapa di bawah pohon bodhi, saat itu beliau mencapai "pencerahan"

3. Apakah beliau setelah mencapai pencerahan, menyatakan Kebenaran/Kesalahan kepada lima pertapa???

Setelah dibujuk oleh sahampati maka beliau bertekad membabarkan dhamma, dan terakhir beliau memutuskan untuk memberitakan kepada Lima pertapa.

4. Apakah saat beliau memberitakan kepada Lima pertapa, beliau menyatakan Kebenaran/Kesalahan kepada Lima Pertapa???


i'm just a mammal with troubled soul



Reenzia

Quote from: hatRed on 10 December 2008, 05:24:26 PM
Quote from: Reenzia on 05 December 2008, 05:04:51 PM
tmn-tmn

saia ingin bertanya bagaimana pandangan Buddhist mengenai penghakiman
mulai dari lembaga peradilan negara, tindakan main hakim sendiri, sampai merasa bahwa diri sendiri perlu "meluruskan" orang lain
walaupun itu memang tidak sesuai dhamma [bukan persepsi pribadi]

dan apa yang teman-teman lakukan bila dalam posisi seperti itu?
apa merasa memang perlu "meluruskan"-nya?

atas tanggapannya, saia ucapkan terimakasih _/\_

yang di Bold itu, dasarnya dari mana yak?

Quote from: Reenzia on 10 December 2008, 02:00:21 PM
menanyakan pendapat pribadi saja, perlu gk sih pernyataan benar atau salah dalam pencapaian penerangan begitu loo

Saat Sidharta belum mencapai "Pencerahan" beliau bertemu dengan Lima orang Pertapa yang menggunakan objek menyiksa diri.

1. Apakah saat itu beliau menyatakan suatu kebenaran/kesalahan dari Lima pertapa tersebut???

Beliau lalu ikut bertapa bersama lima pertapa tersebut. setelah sekian lama, beliau menyadari hal ini adalah tidak berguna, maka beliau meninggalkan lima pertapa tersebut

2. Apakah beliau menyatakan Kebenaran/kesalahan kepada Lima pertapa???

Lalu beliau bertapa di bawah pohon bodhi, saat itu beliau mencapai "pencerahan"

3. Apakah beliau setelah mencapai pencerahan, menyatakan Kebenaran/Kesalahan kepada lima pertapa???

Setelah dibujuk oleh sahampati maka beliau bertekad membabarkan dhamma, dan terakhir beliau memutuskan untuk memberitakan kepada Lima pertapa.

4. Apakah saat beliau memberitakan kepada Lima pertapa, beliau menyatakan Kebenaran/Kesalahan kepada Lima Pertapa???




yg di bold itu adalah apabila/andaikan/misalkan/seandainya....misalnya ada hukum yg tak sesuai dhamma, gitu....[saia kan sedang bertanya...]

yg dibawah itu saia ngga ngerti, lg agak oon hari ini :hammer:

hatRed

 [at] reenzie

yang 4 pertanyaan itu cukup dijawab singkat saja seperti ya/tidak
i'm just a mammal with troubled soul