Kehendak Bebas.

Started by sukma, 24 November 2008, 03:45:02 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: hatRed on 26 November 2008, 08:35:39 PM
lalu menurut hemat ryu dalam Dhamma sang Buddha, pernah menjelaskan tentang perasaan diri yang dibawah sadar ini gak.

tapi ngomong2 perasaan bawah sadar ini maksudnya kayak perasaan saat kita tiba2 bisa bangun tepat sekali bila kita berniat mo bangun jam berapa. atau seperti feeling kayak kita mendapatkan feeling baik atau buruk?
Kalau menurut yang paham Atta atau ada Roh sih gitu pemahamannya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

sukma

Baik atas permintaan hatRed maka saya mencoba buat sebuah Ilustrasi ;

Dewi, mahasiswi anak dari sebuah keluarga terpandang di satu kota harus menerima kenyataan bahwa dirinya positif hamil. Ini terjadi akibat pergaulan terlalu bebas bersama Ationg (mahasiswa) yang berasal dari keluarga sederhana di kampung.

Orang tua Dewi merasa sangat dipermalukan, Ationg dan Dewi diizinkan kawin, tetapi sesudah itu harus berpisah dan malahan dibuat surat cerai. Dewi melahirkan tanpa suami disampingnya, sementara Ationg dijebloskan kedalam penjara oleh orang tua Dewi dan hanya bisa keluar kalau menandatangani sebuah kertas kosong yang tanpa diketahui Ationg ternyata kemudian dibuat menjadi surat gugat cerai kepada Dewi.

Selanjutnya dikisahkan bagaimana Ationg dan Dewi berjuang keras untuk bisa bersatu kembali, melewati hari-hari penuh dengan tangis dan sejuta harapan, sementara orang tua Dewi senatiasa berusaha memisahkan mereka, demi kehormatan keluarga dan maratbatnya dan senantiasa merendahkan keluarga Ationg yang sederhana itu.


Komentar ;

Dalam diri si Dewi ada pergumulan batin yang hebat tentang apa yang harus ia buat ; menuruti suara orang tuanya atau kah tetap setia pada teman hidupnya yang sudah menjadi suaminya yang sah.  Ia binggung harus memilih apa.?

Ketaatan terhadap orang tuanya adalah sesuatu yang baik (secara ilmiah ; merupakan suatu nilai moral). Tetapi dari lain pihak, Kesetiaan kepada teman hidup yang sah juga merupakan sesuatu yang baik. Jelas pula bahwa dalam keadaan gawat ini kedua nilai tidak mungkin serentak dikejar, harus memilih dalam dilema, (ambil satu dari dua). Akhirnya, ia sadar bahwa kesetiaan akan Ationg merupakan suatu nilai yang lebih tinggi dalam situasi ini dari pada Ketaatan terhadap orang tuanya.

Suara Hatinya berbunyi : "Kesetiaan pada suami harus diutamakan, harus diprioritaskan..."

Hal ini muncul dalam KEINSYAFAN di Dewi yang mendorongnya, namun tidak memaksa si Dewi untuk tetap setia kepada Ationg. Ia masih mampu MEMILIH Ketaatan terhadap orang tuanya, ia juga mampu MEMILIH Kesetiaan kepada suaminya.

Suara Hati nya dalam Keinsyafan si Dewi bagaikan sebuah KOMPAS.!, Dan ternyata si Juru Mudi mampu untuk MEMILIH menuruti petunjuk KOMPAS nya, pada hal ia juga dapat MEMILIH untuk Tidak Memperdulikan KOMPAS nya serta MEMILIH ARAH YANG SALAH.!

Mudah-mudahan si Dewi juga mendapa kekuatan untuk memilih dengan KEMAUANNYA yang ia SADARI dalam suara hatinya sebagai yang terbaik, ialah Kesetiaan kepada Ationg

Semoga membantu Ilustrasi salah satu contoh dari Suara Hati

hatRed

Sukma, kalau boleh saya menanggapi

saya sebagai orang yang baru belajar dhamma ini hanya bisa mengatakan, bahwa tindakan Dewi atas pemilihan yang didasarkan "suara hati" tersebut, merupakan hasil dari perasaan dan sejauh mana perasaan tersebut menentukan tindakan.

mungkin akan saya koreksi lagi.
i'm just a mammal with troubled soul



sukma

Quote from: hatRed on 26 November 2008, 08:47:17 PM
Sukma, kalau boleh saya menanggapi

saya sebagai orang yang baru belajar dhamma ini hanya bisa mengatakan, bahwa tindakan Dewi atas pemilihan yang didasarkan "suara hati" tersebut, merupakan hasil dari perasaan dan sejauh mana perasaan tersebut menentukan tindakan.

mungkin akan saya koreksi lagi.

hatRed, kini saatnya saya Off Line ya, sampai temu besok lagi yuk.?

hatRed

#139
      1)   Avijja Paccaya Sankhara
           Dikondisikan oleh ketidaktahuan (avijja), maka terjadilah bentuk-bentuk kamma (sankhara)
     2)   Sankhara Paccaya Vinnanam
           Dikondisikan oleh bentuk-bentuk kamma, maka timbullah kesadaran (vinnana)
     3)   Vinnanam Paccaya Namarupam
           Dengan adanya kesadaran, maka timbullah batin (nama) dan badan jasmani (rupa)
     4)   Namarupam Paccaya Salayatanam
           Dikondisikan oleh batin dan badan jasmani, maka timbullah enam landasan indera (salayatana)
     5)   Salayatana Paccaya Phassa
           Dikondisikan oleh enam landasan indera, maka timbullah kontak (phassa)
     6)   Phassa Paccaya Vedana
           Dikondisikan oleh kontak, maka timbullah perasaan (vedana)
     7)   Vedana Paccaya Tanha
           Dikondisikan oleh perasaan, maka timbullah nafsu keinginan (tanha)
    `8)   Tanha Paccaya Upadanam
           Dikondisikan oleh nafsu keinginan, maka timbullah kemelekatan (upadana)
     9)   Upadana Paccaya Bhava
           Dikondisikan oleh kemelekatan, maka timbullah proses penerusan (bhava)
     10) Bhava Paccaya Jati
           Dikondisikan oleh proses penerusan, maka terjadilah kelahiran kembali (jati)
     11) Jati Paccaya Jaramaranam
           Dikondisikan oleh kelahiran, maka terjadilah keluh-kesah, sakit, pelapukan, kematian, dll.
     12) Jara-Marana
           Keluh-kesah, sakit, pelapukan, kematian, dll. adalah takdir yang tidak dipat diingkari

ref:goes to markosprawira


[at] Sukma

berikut saya berikan salah satu contoh, kata2 Sang Buddha tentang Paticca Samupada.
sampai sekarang pun saya kurang mengerti artinya.

kalau boleh saya menafsirkan maka suara hati dari Sukma tersebut adalah perasaan, tetapi yang timbul karena ada sebab2 yang sebelumnya (lihat no 6 dan 7) maka sebelum adanya vedana juga dikuatkan dengan hal2 sebelumnya.
i'm just a mammal with troubled soul



Reenzia

dari cerita diatas, dari sisi si orang tua si Dewi, hati nurani si Dewi telah membuat ia menjadi anak durhaka, karena lebih mengutamakan kesetiaan kepada Ationg dari pada orang tuanya sendiri.

bagaimana menurut anda?

Nevada

Quote from: sukma on 26 November 2008, 08:39:01 PM
Baik atas permintaan hatRed maka saya mencoba buat sebuah Ilustrasi ;

Dewi, mahasiswi anak dari sebuah keluarga terpandang di satu kota harus menerima kenyataan bahwa dirinya positif hamil. Ini terjadi akibat pergaulan terlalu bebas bersama Ationg (mahasiswa) yang berasal dari keluarga sederhana di kampung.

Orang tua Dewi merasa sangat dipermalukan, Ationg dan Dewi diizinkan kawin, tetapi sesudah itu harus berpisah dan malahan dibuat surat cerai. Dewi melahirkan tanpa suami disampingnya, sementara Ationg dijebloskan kedalam penjara oleh orang tua Dewi dan hanya bisa keluar kalau menandatangani sebuah kertas kosong yang tanpa diketahui Ationg ternyata kemudian dibuat menjadi surat gugat cerai kepada Dewi.

Selanjutnya dikisahkan bagaimana Ationg dan Dewi berjuang keras untuk bisa bersatu kembali, melewati hari-hari penuh dengan tangis dan sejuta harapan, sementara orang tua Dewi senatiasa berusaha memisahkan mereka, demi kehormatan keluarga dan maratbatnya dan senantiasa merendahkan keluarga Ationg yang sederhana itu.


Komentar ;

Dalam diri si Dewi ada pergumulan batin yang hebat tentang apa yang harus ia buat ; menuruti suara orang tuanya atau kah tetap setia pada teman hidupnya yang sudah menjadi suaminya yang sah.  Ia binggung harus memilih apa.?

Ketaatan terhadap orang tuanya adalah sesuatu yang baik (secara ilmiah ; merupakan suatu nilai moral). Tetapi dari lain pihak, Kesetiaan kepada teman hidup yang sah juga merupakan sesuatu yang baik. Jelas pula bahwa dalam keadaan gawat ini kedua nilai tidak mungkin serentak dikejar, harus memilih dalam dilema, (ambil satu dari dua). Akhirnya, ia sadar bahwa kesetiaan akan Ationg merupakan suatu nilai yang lebih tinggi dalam situasi ini dari pada Ketaatan terhadap orang tuanya.

Suara Hatinya berbunyi : "Kesetiaan pada suami harus diutamakan, harus diprioritaskan..."

Hal ini muncul dalam KEINSYAFAN di Dewi yang mendorongnya, namun tidak memaksa si Dewi untuk tetap setia kepada Ationg. Ia masih mampu MEMILIH Ketaatan terhadap orang tuanya, ia juga mampu MEMILIH Kesetiaan kepada suaminya.

Suara Hati nya dalam Keinsyafan si Dewi bagaikan sebuah KOMPAS.!, Dan ternyata si Juru Mudi mampu untuk MEMILIH menuruti petunjuk KOMPAS nya, pada hal ia juga dapat MEMILIH untuk Tidak Memperdulikan KOMPAS nya serta MEMILIH ARAH YANG SALAH.!

Mudah-mudahan si Dewi juga mendapa kekuatan untuk memilih dengan KEMAUANNYA yang ia SADARI dalam suara hatinya sebagai yang terbaik, ialah Kesetiaan kepada Ationg

Semoga membantu Ilustrasi salah satu contoh dari Suara Hati


Sis Sukma yg budiman...

Saya sekarang mengerti apa maksud dari 'hati nurani' yg sudah puluhan kali Anda ketik di thread ini...
Anda mungkin memakai istilah itu karena Anda memiliki cara pandang yg indenpenden, dan tidak terikat oleh doktrin agama / religion. Seumpamanya istilah ini adalah umum, mungkin Anda ikut menerapkannya dari paham / ajaran lain (di luar Buddhis tentunya) atau dari kebudayaan masyarakat...

Sekarang saya akan menanggapinya...

Hati nurani yg Anda maksud itu merujuk pada sesuatu yg positif (setidaknya itu yg diharapkan), benar tidak?
Kalau benar begitu, berarti frase itu secara harfiah sejalan dengan proses munculnya gagasan, persepsi atau konsepsi di dalam Buddhisme. Saya tahu ini, kalau dalam istilah Krist*n "hati nurani" ini dikenal sebagai wujud kerja Roh.

Perlu Anda ketahui, 'hati nurani' adalah proses menimbang suatu hal dalam konsep pemikiran yg baik (Anda menyebutnya dengan istilah liong sim --> kebaikan hati). Artinya 'hati nurani' bukanlah satu unsur yg berdiri tunggal. Benar kata Reenzia, 'hati nurani' ini dipengaruhi oleh tingkat intelegensial, pengalaman, emosi, perasaan dan karakter pribadi yg bersangkutan. Selama masih memakai 'hati nurani' ini, keputusan yg diambil tidak bisa dinilai baik sepenuhnya, karena semuanya hanyalah keputusan spekulatif. Maksudnya, keputusan yg baik bagi Si Dewi, belum tentu dinilai baik oleh orang lain...

Kira2 begitu dulu yah...

sukma

Untuk hatRed dan Reenzia,

"Bukan apa yang sebenarnya aku kehendaki, yaitu yang baik yang aku perbuat, melainkan apa yang sebenarnya tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat yang aku perbuat"

Pertanyaan sulit yang muncul  dalam konteks ini ialah ;

"Bagaimanakah mungkin suatu keinginan yang kini disadari sebagai baik bagi kita, toh tidak dituruti dan belum terjamin pelaksanaannya? Dan bagaimanakah mungkin suatu keinginan yang kini disadari KEBURUKKAN moralnya, toh dituruti dan tidak secara otomatis ditolak.?

Ingatlah si Dewi, ia MAMPU MEMILIH  menaati orangtuanya dan menceraikan Ationg, seandainya si Dewi takut nanti dipukuli bapanya atau nanti tidak mendapat bagian warisan orang tuanya, pertimbangan semacam ini bisa mendorong si Dewi untuk MEMILIH Nilai yang ia sadari sebenarnya kurang tinggi serta mengorbankan nilai yang lebih Mulia.

Inilah Mysteri kebebasan manusia, bahwa ia MAMPU MEMILIH yang secara obyektif kurang luhur, kurang utuh dari pada kebaikkannya sebagai manusia. Dengan menuruti  suatu keinginan tertentu, manusia bisa menjadi sehat,pandai,cantik,kaya,berkuasa,kenyang,dstnya.. tetapi dengan mengikuti suara hati, manusia dapat menjadi "baik" sebagai manusia, berarti ia berkembang ke arah pemanusiaan yang sejati

Reenzia

QuoteIngatlah si Dewi, ia MAMPU MEMILIH  menaati orangtuanya dan menceraikan Ationg, seandainya si Dewi takut nanti dipukuli bapanya atau nanti tidak mendapat bagian warisan orang tuanya, pertimbangan semacam ini bisa mendorong si Dewi untuk MEMILIH Nilai yang ia sadari sebenarnya kurang tinggi serta mengorbankan nilai yang lebih Mulia.

loh dari mana anda bisa menyimpulkan bahwa memilih Ationg adalah MEMILIH NILAI YANG LEBIH TINGGI?

saia berpendapat bahwa memilih orang tua memiliki nilai yg lebih tinggi, apa itu berarti suara hati saya salah?

ryu

#144
Kalau cara pandang saya, contoh yang di atas itu sih pembenaran cara pandang diri sendiri yang mengarah ke Ego an ;D
Contoh Seorang pencuri, dia tahu misalnya mencuri itu salah toh (hati nuraninya) membuat pembenaran bahwa (misalnya) terpaksa demi anak2/istri. intinya tidak ada kebenaran yang pasti dari "hati nurani" yang anda sebut.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

markosprawira

Quote from: upasaka on 26 November 2008, 10:51:38 PM
Quote from: sukma on 26 November 2008, 08:39:01 PM
Baik atas permintaan hatRed maka saya mencoba buat sebuah Ilustrasi ;

Dewi, mahasiswi anak dari sebuah keluarga terpandang di satu kota harus menerima kenyataan bahwa dirinya positif hamil. Ini terjadi akibat pergaulan terlalu bebas bersama Ationg (mahasiswa) yang berasal dari keluarga sederhana di kampung.

Orang tua Dewi merasa sangat dipermalukan, Ationg dan Dewi diizinkan kawin, tetapi sesudah itu harus berpisah dan malahan dibuat surat cerai. Dewi melahirkan tanpa suami disampingnya, sementara Ationg dijebloskan kedalam penjara oleh orang tua Dewi dan hanya bisa keluar kalau menandatangani sebuah kertas kosong yang tanpa diketahui Ationg ternyata kemudian dibuat menjadi surat gugat cerai kepada Dewi.

Selanjutnya dikisahkan bagaimana Ationg dan Dewi berjuang keras untuk bisa bersatu kembali, melewati hari-hari penuh dengan tangis dan sejuta harapan, sementara orang tua Dewi senatiasa berusaha memisahkan mereka, demi kehormatan keluarga dan maratbatnya dan senantiasa merendahkan keluarga Ationg yang sederhana itu.


Komentar ;

Dalam diri si Dewi ada pergumulan batin yang hebat tentang apa yang harus ia buat ; menuruti suara orang tuanya atau kah tetap setia pada teman hidupnya yang sudah menjadi suaminya yang sah.  Ia binggung harus memilih apa.?

Ketaatan terhadap orang tuanya adalah sesuatu yang baik (secara ilmiah ; merupakan suatu nilai moral). Tetapi dari lain pihak, Kesetiaan kepada teman hidup yang sah juga merupakan sesuatu yang baik. Jelas pula bahwa dalam keadaan gawat ini kedua nilai tidak mungkin serentak dikejar, harus memilih dalam dilema, (ambil satu dari dua). Akhirnya, ia sadar bahwa kesetiaan akan Ationg merupakan suatu nilai yang lebih tinggi dalam situasi ini dari pada Ketaatan terhadap orang tuanya.

Suara Hatinya berbunyi : "Kesetiaan pada suami harus diutamakan, harus diprioritaskan..."

Hal ini muncul dalam KEINSYAFAN di Dewi yang mendorongnya, namun tidak memaksa si Dewi untuk tetap setia kepada Ationg. Ia masih mampu MEMILIH Ketaatan terhadap orang tuanya, ia juga mampu MEMILIH Kesetiaan kepada suaminya.

Suara Hati nya dalam Keinsyafan si Dewi bagaikan sebuah KOMPAS.!, Dan ternyata si Juru Mudi mampu untuk MEMILIH menuruti petunjuk KOMPAS nya, pada hal ia juga dapat MEMILIH untuk Tidak Memperdulikan KOMPAS nya serta MEMILIH ARAH YANG SALAH.!

Mudah-mudahan si Dewi juga mendapa kekuatan untuk memilih dengan KEMAUANNYA yang ia SADARI dalam suara hatinya sebagai yang terbaik, ialah Kesetiaan kepada Ationg

Semoga membantu Ilustrasi salah satu contoh dari Suara Hati


Sis Sukma yg budiman...

Saya sekarang mengerti apa maksud dari 'hati nurani' yg sudah puluhan kali Anda ketik di thread ini...
Anda mungkin memakai istilah itu karena Anda memiliki cara pandang yg indenpenden, dan tidak terikat oleh doktrin agama / religion. Seumpamanya istilah ini adalah umum, mungkin Anda ikut menerapkannya dari paham / ajaran lain (di luar Buddhis tentunya) atau dari kebudayaan masyarakat...

Sekarang saya akan menanggapinya...

Hati nurani yg Anda maksud itu merujuk pada sesuatu yg positif (setidaknya itu yg diharapkan), benar tidak?
Kalau benar begitu, berarti frase itu secara harfiah sejalan dengan proses munculnya gagasan, persepsi atau konsepsi di dalam Buddhisme. Saya tahu ini, kalau dalam istilah Krist*n "hati nurani" ini dikenal sebagai wujud kerja Roh.

Perlu Anda ketahui, 'hati nurani' adalah proses menimbang suatu hal dalam konsep pemikiran yg baik (Anda menyebutnya dengan istilah liong sim --> kebaikan hati). Artinya 'hati nurani' bukanlah satu unsur yg berdiri tunggal. Benar kata Reenzia, 'hati nurani' ini dipengaruhi oleh tingkat intelegensial, pengalaman, emosi, perasaan dan karakter pribadi yg bersangkutan. Selama masih memakai 'hati nurani' ini, keputusan yg diambil tidak bisa dinilai baik sepenuhnya, karena semuanya hanyalah keputusan spekulatif. Maksudnya, keputusan yg baik bagi Si Dewi, belum tentu dinilai baik oleh orang lain...

Kira2 begitu dulu yah...


Betul sekali bro upasaka,

Kalau saya lihat, pemikiran Sukma ini bersumber dari tradisi chinese....

Jika "HATI" spt yg dimaksud dalam tradisi chinese liong sim, itu betul setara dengan ROH, atau ATTA, atau sering kita sebut dgn HATI NURANI....

Ini merupakan salah satu manifestasi dari ketidak sanggupan pikiran manusia biasa utk melihat apa yg ada di dalam dirinya tapi tidak terlihat seperti :
- Darimana muncul perasaan?
- Kenapa bisa mimpi?
- Apa yg menggerakkan fisik?

Dan berbagai pertanyaan, yg sebenarnya sudah dijawab dengan jelas dan terinci oleh Buddha 2552 tahun yg lalu, tapi masih banyak diabaikan oleh kita semua karena batin kita yg "gelap" sehingga tidak bisa/tidak mau melihat kenyataan yg sesungguhnya.....

Manusia hanyalah nama/batin dan rupa/fisik yg terus berproses selama kita masih mempunyai keinginan/tanha
Batin itu sendiri terdiri dari citta/pikiran dan cetasika/faktor2 batin, yg muncul dan bekerja bersamaan seperti 2 sisi mata uang koin

Ini juga perlu diperhatikan oleh meditator yg bnyk tersesat, dgn menganggap bhw pikiran terpisah dari batin.

Nah disini bisa terlihat apakah yg ada di forum buddhis benar2 bersumber dari ajaran buddha,
ataukah tahu tapi tidak mau menjalankan
ataukah benar-benar tidak tahu

Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua utk kembali melihat ajaran guru Buddha

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Quote from: hatRed on 26 November 2008, 08:54:34 PM
     1)   Avijja Paccaya Sankhara
           Dikondisikan oleh ketidaktahuan (avijja), maka terjadilah bentuk-bentuk kamma (sankhara)
     2)   Sankhara Paccaya Vinnanam
           Dikondisikan oleh bentuk-bentuk kamma, maka timbullah kesadaran (vinnana)
     3)   Vinnanam Paccaya Namarupam
           Dengan adanya kesadaran, maka timbullah batin (nama) dan badan jasmani (rupa)
     4)   Namarupam Paccaya Salayatanam
           Dikondisikan oleh batin dan badan jasmani, maka timbullah enam landasan indera (salayatana)
     5)   Salayatana Paccaya Phassa
           Dikondisikan oleh enam landasan indera, maka timbullah kontak (phassa)
     6)   Phassa Paccaya Vedana
           Dikondisikan oleh kontak, maka timbullah perasaan (vedana)
     7)   Vedana Paccaya Tanha
           Dikondisikan oleh perasaan, maka timbullah nafsu keinginan (tanha)
    `8)   Tanha Paccaya Upadanam
           Dikondisikan oleh nafsu keinginan, maka timbullah kemelekatan (upadana)
     9)   Upadana Paccaya Bhava
           Dikondisikan oleh kemelekatan, maka timbullah proses penerusan (bhava)
     10) Bhava Paccaya Jati
           Dikondisikan oleh proses penerusan, maka terjadilah kelahiran kembali (jati)
     11) Jati Paccaya Jaramaranam
           Dikondisikan oleh kelahiran, maka terjadilah keluh-kesah, sakit, pelapukan, kematian, dll.
     12) Jara-Marana
           Keluh-kesah, sakit, pelapukan, kematian, dll. adalah takdir yang tidak dipat diingkari

ref:goes to markosprawira


[at] Sukma

berikut saya berikan salah satu contoh, kata2 Sang Buddha tentang Paticca Samupada.
sampai sekarang pun saya kurang mengerti artinya.

kalau boleh saya menafsirkan maka suara hati dari Sukma tersebut adalah perasaan, tetapi yang timbul karena ada sebab2 yang sebelumnya (lihat no 6 dan 7) maka sebelum adanya vedana juga dikuatkan dengan hal2 sebelumnya.

Perasaan semata-mata hanya ada 3 : netral, senang dan tidak senang. Vedana disebabkan oleh kontak, kontak disebabkan oleh enam landasan indera.

Sang Buddha mengajarkan segala bentuk mental, terkondisi dan tidak kekal. Segala bentuk mental ada penyebabnya, (bahkan bukan cuma 1 penyebabnya), sehingga bukan merupakan sesuatu yang benar-benar bebas, tetapi bukan juga benar-benar tidak ada pilihan.

Istilah kehendak bebas saya definisikan kehendak yang benar-benar tidak terikat pada penyebab apapun, yang tidak mungkin terjadi. Tetapi bila kehendak adalah bentuk mental yang tergantung penyebabnya, adalah sesuatu yang mungkin terjadi.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

sukma

Posted by Upasaka ;

Perlu Anda ketahui, 'hati nurani' adalah proses menimbang suatu hal dalam konsep pemikiran yg baik (Anda menyebutnya dengan istilah liong sim --> kebaikan hati). Artinya 'hati nurani' bukanlah satu unsur yg berdiri tunggal. Benar kata Reenzia, 'hati nurani' ini dipengaruhi oleh tingkat intelegensial, pengalaman, emosi, perasaan dan karakter pribadi yg bersangkutan. Selama masih memakai 'hati nurani' ini, keputusan yg diambil tidak bisa dinilai baik sepenuhnya, karena semuanya hanyalah keputusan spekulatif. Maksudnya, keputusan yg baik bagi Si Dewi, belum tentu dinilai baik oleh orang lain...

Kira2 begitu dulu yah...


Sobat Ups,& Reenzia, yup...setuju atas pengamatan diatas  =D>,

Hati Nurani yang Keliru

Manusia selalu harus mengikuti keputusan yang pasti dari hati nuraninya. Kalau ia dengan sengaja bertindak melawannya, ia menghukum dirinya sendiri. Tetapi dapat juga terjadi bahwa karena ketidaktahuan, hati nurani membuat keputusan yang keliru mengenai tindakan yang orang rencanakan atau sudah lakukan


Reenzia

#148
Quote from: sukma on 27 November 2008, 01:30:33 PM
Posted by Upasaka ;

Perlu Anda ketahui, 'hati nurani' adalah proses menimbang suatu hal dalam konsep pemikiran yg baik (Anda menyebutnya dengan istilah liong sim --> kebaikan hati). Artinya 'hati nurani' bukanlah satu unsur yg berdiri tunggal. Benar kata Reenzia, 'hati nurani' ini dipengaruhi oleh tingkat intelegensial, pengalaman, emosi, perasaan dan karakter pribadi yg bersangkutan. Selama masih memakai 'hati nurani' ini, keputusan yg diambil tidak bisa dinilai baik sepenuhnya, karena semuanya hanyalah keputusan spekulatif. Maksudnya, keputusan yg baik bagi Si Dewi, belum tentu dinilai baik oleh orang lain...

Kira2 begitu dulu yah...


Sobat Ups,& Reenzia, yup...setuju atas pengamatan diatas  =D>,

Hati Nurani yang Keliru

Manusia selalu harus mengikuti keputusan yang pasti dari hati nuraninya. Kalau ia dengan sengaja bertindak melawannya, ia menghukum dirinya sendiri. Tetapi dapat juga terjadi bahwa karena ketidaktahuan, hati nurani membuat keputusan yang keliru mengenai tindakan yang orang rencanakan atau sudah lakukan



seperti 2 sisi mata uang, bila anda melihat dari satu sisi saja tentu anda bisa mengatakan bahwa mata uang itu bergambar muka atau belakang, tapi apabila anda bisa melihat secara lebih luas, anda akan menyadari bahwa keduanya adalah benar

bertindak melawan hati nurani berarti ia menghukum dirinya sendiri, itu kan karena ia tidak melihat dari sisi objektif, hanya subjektif dirinya sendiri, coba dilihat secara netral, tentu org akan mengerti mengapa ini baik ato buruk

mengapa anda mengatakan manusia selalu mengikuti hati nurani?
padahal anda juga setuju bahwa keputusan dari hati nurani tidak bisa dinilai baik sepenuhnya?


bond

Quote

Manusia selalu harus mengikuti keputusan yang pasti dari hati nuraninya. Kalau ia dengan sengaja bertindak melawannya, ia menghukum dirinya sendiri. Tetapi dapat juga terjadi bahwa karena ketidaktahuan, hati nurani membuat keputusan yang keliru mengenai tindakan yang orang rencanakan atau sudah lakukan

Kalau saja hati nurani bisa terjadi kekeliruan, lalu untuk apa didengarkan, bukankah kebijaksanaan yg membawa kita pada pencerahan?

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada