Tradisi Hutan

Started by tesla, 18 September 2008, 09:25:13 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

tesla



3. Potensi

Watak yg dibawa seseorang dari dulu dapat dibedakan dalam baik, jahat, dan netral. Potensi seseorang mengikuti watak mereka. kemungkinannya bisa lebih tinggi dari mereka yg sekarang, bisa lebih rendah, bisa juga sama. Seseorang yg punya potensi baik, namun bergaul dg orang bodoh, potensi mereka akan ikut malah berkembang dalam kebodohan (merosot). Yg lain yg lemah dalam potensi mereka, namun bergaul dg para bijaksana, potensi mereka meningkat dan mereka bahkan dapat menjadi bijaksana juga. Sebagian lagi bergaul dg orang-orang yg tidak baik ataupun jahat, tidak mengarahkan mereka utk berkembang ataupun merosot, potensi mereka juga tetap pada taraf tengah tersebut.

Utk alasan inilah, kita harus mencoba bergaul dg para bijaksana, orang2 bijaksana, sehingga kita meningkatkan potensi kita bertahap lebih baik, selangkah demi selangkah.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

#61


4. Merenungkan tubuh

Kita telah datang ke sini utk belajar atas keinginan kita sendiri. Tidak ada yg mengundang kita. Jadi karena itu, kita benar2 harus memberi diri kita latihan, seperti yg dilakukan oleh Buddha dan para Arahat.

Pada mulanya, kamu harus merenungkan ke-4 kebenaran --- lahir, tua, sakit dan mati --- inilah yg direnungkan Buddha sebelum kita. Lahir: kita telah lahir. Apa tubuhmu kalau bukan hasil dari tumpukan kelahiran? Penyakit, tua dan kematian semua adalah masalah seterusnya dalam tumpukan ini. Ketika kita merenungkan keempat hal ini --- dalam meditasi duduk, berjalan, berdiri atau berbaring --- pikiran akan berkumpul dalam konsentrasi. Jika ia berkumpul dg baik, itu disebut konsentrasi sementara. Dg kata lain, pikiran berkumpul pada taraf tertentu untuk sementara waktu dan kemudian mundur. Jika kamu merenungkannya tanpa putus asa, sampai pada ada gambaran (uggaha nimitta --- gambaran awal/baru muncul) salah satu bagian tubuh muncul, renungkan gambaran itu sampai pikiran sendiri melepaskannya dan kembali ke taraf tadi dan berdiamlah di sana sebelum ia mundur/hilang. Konsentrasi pada taraf ini disebut konsentrasi sebagian.

Teruskan perenungan gambaran tadi sampai pikiran kembali ke posisi yg kuat dalam taraf itu. sampaikan pada ketunggalan pada level pertama dari jhana. Ketika pikiran mundur, renungkan lagi gambaran tadi berulang2 sampai gambaran itu menjadi patibhaga nimitta. Dg kata lain, renungkan bagaimana tubuh ketika mati. Ia akan tercerai sampai tinggal tulang saja. Fokuslah kenyataan pada dirimu --- seperti itu terjadi pada tubuhmu sendiri --- bukan seperti pada tubuh orang lain. Lihatlah berbagai bagian tubuhmu: "Ini rambut..." "Ini kuku..." "Ini gigi..." "Ini kulit..." Ada berapa banyak otot di sana? Ada brp byk tulang? Lakukan sampai kamu melihat hal ini dengan jelas. Visualisasikan tubuhmu datang --- duduk, berdiri, berjalan dan berbaring --- kemudian mati dan kembali ke keadaan aslinya. keadaan aslinya adalah sifat tanah, air, api dan angin.

Ketika merenung dg cara ini berulang2, baik dg atau tanpa memvisualisasikan tubuh baru mati, sudah lama mati, dimakan anjing dan burung pemakan bangkai. Pikiranmu akan mendapatkan intuisi pengertian sesuai dg potensimu.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Riky_dave

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

tesla

#63
ralat terjemahan:

terjemahan kata 'sila, konsentrasi dan pengertian' saya kembalikan menjadi 'sila, samadhi dan panna'... kata sila-samadhi-panna lebih klop...

Quote
hal ini dapat dikonfirmasi dg referensi di zaman Buddha. ketika 5 murid: Ven. Yasa, orang tuanya, mantan istrinya, saudara laki-laki Kassapa dan pengikutnya; raja Bimbisara dan pengikutnya, mendengarkan ajaran Buddha, mereka tidak meminta sila sebelumnya. Buddha memulai mengajar mereka langsung. Lalu mengapa mereka dapat mencapai ariya magga-phala (jalan&buah kesucian)? Darimana sila, samadhi (konsentrasi), dan panna(pengertian) mereka datang? Buddha tidak pernah memberitahu mereka agar meminta sila, samadhi & panna. Ketika mereka merasakan rasa dari ajaran Buddha, sila, samadhi dan panna berkembang dalam diri mereka, bukan oleh permintaan atau pemberian. Tidak perlu mengambil dan mengumpulkan berbagai macam faktor untuk sang jalan, dalam setiap kasus, sila, samadhi dan panna adalah satu.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

fran

Mengapa beliau menganjurkan untuk bermeditasilah dg kata 'Buddho' ?
Bolehkah diganti dgn dgn kata lain, misalnya 'Bullshit' ?
Ada apa dgn kata 'Buddho' ?


Apa yg bisa saya "lepaskan" jika saya memilih agama Buddha ?

nyanadhana

Quote from: fran on 22 September 2008, 02:44:23 PM
Mengapa beliau menganjurkan untuk bermeditasilah dg kata 'Buddho' ?
Bolehkah diganti dgn dgn kata lain, misalnya 'Bulls**t' ?
Ada apa dgn kata 'Buddho' ?




Kamu mau ganti bullshit juga boleh yang penting ada 2 nada untuk nafas masuk dan nafas keluar,itu cuman sebuah alat.

Di Kriya Yoga,kita menggunakan nama "So Ham" so untuk nafas masuk dan ham untuk nafas keluar, di kr****n yang masih mengenal meditasi mereka bisa menggunaka Yesus....metoda ini hanya alat untuk membantu kamu lebih gampang dalam konsentrasi,coba baca lebih lanjut ketika batin menjadi tenang,maka penggunaan buddho tidak digunakan lagi melainkan sudah mulai mengamati dan mencermati gerak pikiran.

kalo kata Bhante pembimbing saya,silahkan saja monggo mau ganti dengan nama Kwan Im,mau ganti nama tu Han mau pake om,mau pake ini itu yang penting ingat,ini hanya tools untuk mempermudah.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

tesla

Quote from: fran on 22 September 2008, 02:44:23 PM
Mengapa beliau menganjurkan untuk bermeditasilah dg kata 'Buddho' ?
Bolehkah diganti dgn dgn kata lain, misalnya 'Bulls**t' ?
Ada apa dgn kata 'Buddho' ?

menurut saya pribadi, carilah kata yg paling sederhana dan yg paling netral menurutmu. kalau kata Bullshit sederhana bagimu & tidak menimbulkan gejolak bathin, maka kamu boleh coba.

saya sendiri (anapanasati) dg kata 'masuk' & 'keluar'... kemudian tidak ada pelabelan, hanya menyadari nafas yg keluar & nafas yg masuk...

yg penting adalah mencobanya... sudahkah saudara fran mencoba? ;)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

markosprawira

Quote from: tesla on 19 September 2008, 05:39:19 PM
wah ini pertanyaan yg benar-benar sulit...
saya ga tau :P

menurut saya, kita tidak tahu kenapa kita terlahir
kenyataannya sekarang adalah kita sudah di sini,
mengalami penderitaan dalam perjalanan hidup kita,
nah ada yg memberitahu cara keluar dari sini...
berhubung kita udah disini yah cobain aja... ;D

dear tesla,

siapa yang kasih tahu yah??  :whistle:

en gimana anda tahu kalau yang anda "cobain" itu, benar adalah cara untuk keluar???  :whistle:

tesla

#68
Quote from: markosprawira on 22 September 2008, 04:26:18 PM
Quote from: tesla on 19 September 2008, 05:39:19 PM
wah ini pertanyaan yg benar-benar sulit...
saya ga tau :P

menurut saya, kita tidak tahu kenapa kita terlahir
kenyataannya sekarang adalah kita sudah di sini,
mengalami penderitaan dalam perjalanan hidup kita,
nah ada yg memberitahu cara keluar dari sini...
berhubung kita udah disini yah cobain aja... ;D

dear tesla,

siapa yang kasih tahu yah??  :whistle:

en gimana anda tahu kalau yang anda "cobain" itu, benar adalah cara untuk keluar???  :whistle:

Buddha lah... (masa Pak Hudoyo :)) )
sekarang ini tidak tahu benar atau salah, cobain aja dulu

spoiler: oh ya, sebelumnya udah coba cara Yesus (berdoa terus tiap hari), Thi Kong (bakar 3 hio tiap malam), tapi saat ini pilih cara Buddha saja (opaniyako, melihat ke dalam diri sendiri)... so far seh, hidup lebih tenang dan agak jauh dari ambisi ;D
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla



5. Mensucikan pikiran

sacitta-pariyodapanam
etam buddhana-sasanam


utk mensucikan pikiran seseorang
ikutilan ajaran Buddha

Buddha, guru agung kita, mengajarkan mengenai tubuh, ucapan & pikiran. Dia tidak mengajarkan yg lain. Dia menganjurkan kita utk berlatih, melatih pikiran kita, agar kita menggunakannya utk menginvestigasi tubuh kita: Ini disebut perenungan terhadap tubuh. Kita dianjurkan utk menjaga kesadaran/kewaspadaan/keelingan kita dalam latihan investigasi ini --- ini disebut analisis pada fenomena2 (dhamma-vicaya, salah satu faktor Pencerahan) --- hingga mencapai satu taraf yg cukup. Ketika kita telah cukup menginvestigasi hingga kesadaran kita itu sendiri menjadi sebuah faktor pencerahan, pikiran kita akan memiliki konsentrasi dg sendirinya.

Ada 3 tingkat konsentrasi. Dalam konsentrasi sementara (khanika samadhi), pikiran berkumpul dan bertahan pada posisi ini kemudian beberapa saat mundur. Dalam konsentrasi sebagian (upacara samadhi), pikiran dapat bertahan beberapa waktu dan menyadari nimitta dan kemudian mundur. Dan dalam penetrasi tetap (apanna samadhi), pikiran bertahan tetap pada taraf tertentu dan kemudian berhenti dalam ketunggalan, diam sempurna --- tetap sadar, berdiam di sana --- dihadiri oleh 5 faktor jhana, yg kemudian semakin terasah menjadi lebih baik.

Ketika kita melatih pikiran kita seperti ini, Kita dikatakan telah meningkatkan kesadaran kita, seperti pada kalimat Pali:


adhicitte ca ayogo
etam buddhana-sasanam


utk meningkatkan kesadaran seseorang
ikutilah ajaran Buddha

Perenungan terhadap tubuh adalah latihan para bijaksana --- termasuk Sang Buddha --- yg telah dijelaskan melalui berbagai cara. Misalnya dalam Maha-satipatthana Sutta. Dalam akar tema meditasi, seorang instruktur harus mengajarkan pada permulaan upacara penahbisan. Pada Dhammacakkapavattana Sutta diajarkan kelahiran, tua dan mati adalah penderitaan.

Bukankah kita telah lahir sekarang? Ketika kita berlatih secara opaniyako --- melaksanakan ajaran ke dalam diri dan mengaplikasikannya pada diri kita sendiri --- kita tidak akan salah dalam latihan, sebab... Dhamma itu sendiri adalah akaliko, selalu ada; dan aloko, sangat jelas kapanpun itu, siang ataupun malam.


Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla



6. Metoda latihan utk orang yg belajar banyak

Orang yg telah belajar banyak tentang Dhamma dan Vinaya --- orang yg telah belajar dg berbagai cara --- ketika mereka melatih pikiran mereka, mereka dapat sulit berkonsentrasi. Mereka harus menyadari dahulu bahwa sebelumnya mereka harus meletakkan kembali apa yg mereka pelajari kembali ke rak buku. Mereka perlu utk berlatih mengetahui --- apa itu pikiran --- mengembangkan sati (kesadaran/keelingan/kewaspadaan) hingga menjadi sangat sati, panna (kebijaksanaan/pengertian) mereka menjadi sangat panna, sehingga mereka dapat melihat muslihat kebenaran konvensional dan asumsi umum yg menyebabkan sesuatu, menamakan "ini adalah ini" dan "itu adalah itu" --- siang, malam, bulan, tahun, bumi, langit, matahari, bulan, bintang2, semuanya --- semua hal yg merupakan hasil pemikiran, kondisi atau efek dari pikiran, menyusun mahkluk menjadi seperti ini ataupun itu.

Ketika pikiran telah dapat melihat efek dari pikiran, ini dikatakan mengetahui dukkha(penderitaan) dan penyebabnya. Ketika berlatih dan mengembangkannya sampai kamu dapat dgn cepat melihat hal ini, pikiran akan mudah sekali utk berkumpul (konsentrasi). Fokus dg cara ini dapat disebut mengembangkan Sang Jalan. Ketika sampai pada titik yg cukup, tidak perlu lagi utk mengatakan "ini adalah akhirnya dukkha", ia akan muncul dg sendirinya pada orang yg berlatih --- karena sila, samadhi & panna semua eksis dalam tubuh, ucapan dan perbuatan mu sendiri. Hal ini disebut akaliko: selalu ada. Opaniyako: Ketika meditator merenungkan apa yg memang ada pada mereka, kemudian --- paccattam --- mereka akan mengetahui sendiri. Dg kata lain, kita merenungkan tubuh kita sebagai sesuatu yg tidak menarik dan menvisualisasikan dg memisahkan sampai pada properti utamanya sebagai Dhamma yg utama, yg selalu jelas kapanpun, siang dan malam.

Ketika merenungkan kamu dapat menyimpan analogi ini: Ketika orang menanam padi, mereka menanamnya di bumi. Mereka harus bersusah payah berjalan dalam lumpur, terkena panas matahari dan hujan, sebelum mereka mendapatkan panen mereka, beras, nasi dan akhirnya dapat mereka makan. Ketika mereka melakukan ini, mereka mendapatkan semua nasi itu dari semua hal yg memang telah ada. Sama halnya, meditator harus mengembangkan sila, samadhi dan panna yg juga memang telah ada dalam setiap perbuatan, ucapan, dan pikiran setiap orang.

Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

dh14n

pingin tau nih,
apa di mazhab selain theravada mengenal tradisi hutan?

gajeboh angek

Di mazhab lain ada juga yang masih menjalankan praktik-praktik keras (yang diperbolehkan).
Tetapi istilah tradisi hutan memang hanya menunjuk kepada Theravada Thailand saja.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

bond

#73
Ternyata semua bhikkhu yg meditasinya mumpuni selalu mengatakan perlunya konsentrasi juga ya  ^-^
Kalo ngak perlu konsentrasi rasanya aneh.. ^-^

Bagus postinganya ttg Ajahn Mun. :)

Kalau diperhatikan entah Buddhisme tradisional ataupun yg Buddhisme modern , semua pondasinya sama ya.. CMIIW

Sekalian mo nanya sama bro tesla atau teman2 lainnya, kata eling dalam bahasa inggris dan palinya apa ya?  _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

tesla

eling = mindfullness = sati

bahasa indonesia lainnya 'sadar' tapi kata sadar ini memiliki banyak arti pula, mis:
pingsan ---> bisa dikategorikan tidak sadar, padahal sati dalam Buddhisme ini sadar yg ... (gimana ya? :)) ) ga tau deh bahasa indonesia yg tepat :))
ada rekomendasi yg lebih baik?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~