Tradisi Hutan

Started by tesla, 18 September 2008, 09:25:13 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

markosprawira

Biar lebih selaras, bagi seseorang yg akan melaksanakan meditasi Samatha Bhavana, ia harus memilih objek meditasi yg sesuai dengan karakter atau wataknya (carita). Semua orang memiliki watak yg merupakan pembawaannya sejak lahir (yg dihasilkan oleh karmanya). Secara umum watak manusia ada tujuh buah yaitu:
1. Ragacarita (watak kenafsuan besar): sensitif dengan nilai2 keindahan & keharmonisan, mudah sekali terpengaruh dengan kecantikan wanita atau ketampanan pria, menyukai keindahan musik,dll yg pada umumnya memuaskan nafsu indera. Objek meditasi yg sesuai adalah 10 Asubha dan Kayagatasati (perenungan thd jasmani).
2. Dosacarita (watak kebencian): mudah tersinggung, mudah terkena hasutan yg sekecil apapun, mudah merasa bosan, jengkel, kesal, marah, cemburu, iri, benci dan dendam. Objek meditasi yg sesuai adalah 4 Kasina warna dan 4 Appamana.
3. Mohacarita (watak ketidaktahuan): berprilaku konyol (tindakannya banyak yg nampak tidak wajar). Objek meditasi yg sesuai adalah Anapanasati (perenungan tentang pernapasan).
4. Vitakkacarita (watak berpikiran yg tidak terkendali/kacau): sering cemas akan kesukaran2, mudah sekali berubah prinsip, pendiriannya mudah goyah. Objek yg sesuai adalah Anapanasati (perenungan tentang pernapasan).
5. Saddhacarita (watak yg mudah percaya): mudah menerima segala sesuatu yg ia dengar walaupun belum jelas informasinya. Ia menganggap semua yg didengarnya adalah fakta tanpa meneliti lebih lanjut sehingga mudah sekali ditipu. Objek meditasi yg sesuai adalah 6 anussati (perenungan tentang Buddha, Dharma, Sangha, Sila, Caga (kedermawanan) dan Devata.
6. Buddhicarita (watak kecerdasan): selalu menolak pandangan/informasi yg tidak masuk akal, pikirannya selalu bekerja, selalu menganggap pandangannya yg paling benar. Objek meditasi yg sesuai adalah Maranasati (Perenungan tentang kematian), Upasamanussati (perenungan tentang ketenangan), Aharapatikulasanna (perenungan bahwa makanan itu menjijikan) dan Catudhatuvavatthana (analisa thd 4 unsur yg ada dlm badan jasmani).
7. Sabbacarita (watak campuran/kombinasi dari keenam watak di atas). Objek yg sesuai adalah 6 Kasina wujud dan 4 Arupa.

Anda termasuk orang yg berwatak apa?

Setelah menentukan apa watak anda, pilihlah objek yg sesuai dengan watak anda tsb agar dapat dengan mudah menenangkan pikiran dan dengan demikian pemusatan pikiran akan lebih mudah terpenuhi.

Bila objek meditasi tidak sesuai dengan watak kita, maka pemusatan pikiran akan sulit dicapai. Hal ini bagaikan orang jurusan bahasa namun belajar matematika.

Maaf jadi rada "ga nyambung".  :-[

tesla

#16
dear markos,

dalam hal ini saya ada sedikit perbedaan.
bagi saya konsentrasi objeknya dapat apa aja, kriterianya adalah kenetralan perasaan yg muncul thd objek itu. mis: meditasi 'Buddho' Ajaan ChahSao... Bagi saya itu bukan Buddhanusati, karena Ajaan bahkan tidak ingin berdiskusi tentang arti Buddho... itu murni hanyalah pengulangan...

_/\_






ralat: kurang sati... Sao jadi Chah :hammer:
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

markosprawira

dear tesla,


the choice is yours, bro  _/\_

sebagai putthujhana, yang saya bisa hanyalah merujuk pada Tipitaka, bukan pengalaman pribadi atau cuap2 sembarangan  :-[

tesla

yup, pada akhirnya semua kembali ke diri sendiri... _/\_
umat Buddha berpegang pada Tipitaka, umat kr****n berpegang pada Alkitab, dst...
dalam hal ini semua agama seimbang saja...

sebagai yg tidak mengetahui, saya hanyalah melakukan penyelidikan (ehipassiko) dengan kemampuan terbatas yg saya miliki.

Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan,
oleh diri sendiri seseorang menjadi suci.
Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri.
Tak seseorang pun yang dapat mensucikan orang lain.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Sukma Kemenyan

#19
Kalau gw boleh kurang ajar...
Yang diajarkan Ajahn Sao itu metoda Samatha...
lebih tepatnya Anapanasati

Kita semua disini cuma terpaku pada kata "Buddho"
padahal ada satu lage yg diminta Ajahn Sao untuk diperhatikan...

dan yg satu lage itu mo Objek apapun selalu berakhir ksono...
Mungkin "satu lage itu" bahasa kerennya nimitta



Secara gamblang...
Kalao dari yg gw baca...

Ajahn Sao nyuruh focus ke:
1. Buddho...
Quote from: Ajahn Sao "Bermeditasilah dg kata 'Buddho'."

2. Nafas
Quote from: Ajahn Sao"Ketika pikiran jernih seperti tadi, ketika ia telah meninggalkan repetisi dan hanya duduk diam, lihatlah ke nafas. Jika sensasi nafas muncul dalam kesadaranmu, fokuslah pada nafas itu sebagai objek dan kemudian ikutilah. ikutilah sampai pikiran menjadi bahkan lebih jernih lagi."

3. nimitta
Quote from: Ajahn Sao"Kamu dapat menetap dalam konsentrasi ini, tetapi tidak ada apa apa di sana. Hanya ada kejernihan dan keheningan. Jika pikiranmu selamanya di sana, ia akan tersangkut di sana. Jadi... ketika pikiranmu seperti ini, perhatikan interval untuk dimana keluar dari konsentrasi. Seketika pikiran memiliki rasa, itu adalah awal dari ia mengambil objek — tidak perduli objek apapun yg muncul pertama — fokus pada aksi mengambil objek ini. dan itulah yang harus kamu selidiki."

Ini seperti bagaimana guru-guru lainnya mengatakan apa itu Anapanasati,
Hanya bedanya Ajahn Sao mengaplikasikannya dalam gaya khas'nya

tesla

Quote from: Kemenyan on 19 September 2008, 03:48:03 PM
Kalau gw boleh kurang ajar...
Yang diajarkan Ajahn Sao itu metoda Samatha...
lebih tepatnya Anapanasati

Kita semua disini cuma terpaku pada kata "Buddho"
padahal ada satu lage yg diminta Ajahn Sao untuk diperhatikan...
yg diajarkan oleh Ajahn Sao menurut saya murni hanya pengulangan kata 'Buddho', tidak ada penjelasan lebih dari itu.
yg diajarkan oleh Ajahn Thate juga meditasi 'Buddho', namun ada penjelasannya... kapan2 deh :P

meditasi pengulangan dapat dijumpai dalam Kitap Pali, sebelum Siddhattha menjadi Buddha... kedua gurunya mengajarkan pengulangan... namun setelah sampai jhana, berhenti saja di sana.
di sini saya melihat bahwa tingkat konsentrasi dapat dilakukan dg pengulangan kata (pikiran terpusat pada 1 objek & tidak berpindah-pindah).

Quote
dan yg satu lage itu mo Objek apapun selalu berakhir ksono...
Mungkin "satu lage itu" bahasa kerennya nimitta
mengenai pengambilan objek oleh pikiran, mungkin yg memahami Abhidhamma bisa lebih menjelaskannya...

Anumodana _/\_

Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Quote from: Kemenyan on 19 September 2008, 03:48:03 PM
2. Nafas
Quote from: Ajahn Sao"Ketika pikiran jernih seperti tadi, ketika ia telah meninggalkan repetisi dan hanya duduk diam, lihatlah ke nafas. Jika sensasi nafas muncul dalam kesadaranmu, fokuslah pada nafas itu sebagai objek dan kemudian ikutilah. ikutilah sampai pikiran menjadi bahkan lebih jernih lagi."

mungkin juga yg diajarkan Ajahn Sao bisa dikategorikan Anapanasati...
setahu saya & seingat saya, meditasi yg dimulai dg men-label-kan nafas "keluar" & "masuk" pada tahapan berikutnya, pelabelan itu jg dihentikan. cukup menyadari nafas keluar & masuk. sepertinya penggunaan kata seperti "keluar-masuk" atau "buddho" adalah stage yg lebih mudah utk membangun konsentrasi dasar. namun karena utk mengucapkan kata (dalam hati) itu masih cukup rumit (byk proses berpikir), stage berikutnya hanyalah menyadari...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

ryu

apakah ada bedanya meditasi di hutan dengan di kota :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

Quote from: ryu on 19 September 2008, 04:12:26 PM
apakah ada bedanya meditasi di hutan dengan di kota :))

di hutan ransangan indra lebih sedikit... yg banyak malah bahaya alam liar (mis: binatang buas).
tapi kita2 yg udah melekat dg ransangan indra di kota seperti mall/shopping center, lampu2, peralatan elektronik praktis... sepertinya berat sekali utk ke hutan yah :))
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

ryu

Quote from: tesla on 19 September 2008, 04:16:10 PM
Quote from: ryu on 19 September 2008, 04:12:26 PM
apakah ada bedanya meditasi di hutan dengan di kota :))

di hutan ransangan indra lebih sedikit... yg banyak malah bahaya alam liar (mis: binatang buas).
tapi kita2 yg udah melekat dg ransangan indra di kota seperti mall/shopping center, lampu2, peralatan elektronik praktis... sepertinya berat sekali utk ke hutan yah :))
Bahayanya lebih sedikit tapi kemelekatan yang banyak :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sukma Kemenyan

#25
Quote from: tesla on 19 September 2008, 04:04:22 PMsebelum Siddhattha menjadi Buddha... kedua gurunya mengajarkan pengulangan... namun setelah sampai jhana, berhenti saja di sana.
Pada murid Ajahn Sao sebelumnya...
Tidak dikatakan bahwa Bhikku tersebut mencapai Jhana...
Jauh lebih tepat bila dikatakan Bhikku tersebut kehilangan Objek apapun,
dan menjadi mengikuti Objek External...

Ajaan Sao mengajarkan meditasi dg 'Buddho'. Ketika bhikkhu itu cukup dg 'Buddho', pikirannya menjadi tenang dan jernih. Kemudian dia berhenti mengulangi kata 'Buddho'. Di titik ini, pikirannya kosong. Kemudian dia menaruh perhatiannya keluar mengikuti cahaya, banyak penglihatan yg muncul. arwah orang yg telah mati, setan-setan lapar, mahkluk langit, manusia, binatang, gunung, hutan... Kadang-kadang seperti ia atau pikirannya meninggalkan tubuhnya dan pergi menjelajahi hutan dan alam liar dan melihat berbagai macam hal tadi.

Lalu, ia datang pada Ajaan Sao dan menceritakannya.

Langsung saja Ajaan Sao menjawab,
"Itu tidaklah tepat!
pikiran yg mengelana, mengetahui dan melihat keluar tidaklah tepat.
Kamu harus membuatnya utk melihat ke dalam."

"Ketika pikiran jernih seperti tadi, ketika ia telah meninggalkan repetisi dan hanya duduk diam, lihatlah ke nafas. Jika sensasi nafas muncul dalam kesadaranmu, fokuslah pada nafas itu sebagai objek dan kemudian ikutilah. ikutilah sampai pikiran menjadi bahkan lebih jernih lagi."

Sukma Kemenyan

#26
Quote from: tesla on 19 September 2008, 04:09:16 PMsepertinya penggunaan kata seperti "keluar-masuk" atau "buddho" adalah stage yg lebih mudah utk membangun konsentrasi dasar.
Mungkin seperti itulah adanya,

Namun,
Saya kurang setuju dengan yg ini
Quotenamun karena utk mengucapkan kata (dalam hati) itu masih cukup rumit (byk proses berpikir), stage berikutnya hanyalah menyadari...
Dikarenakan ketika konsentrasi terfocus,
Akan ada buah konsentrasi, akan ada "cerminan konsentrasi" yg disebut dengan nimitta
dan sejauh apa saya membaca buku2x meditasi...
kebanyakan menyarankan untuk memperhatikan nimitta

memperhatikan disini bukan hanya menyadari,
bahkan mengendalikan...

Namun pada kasus Ajahn Sao diatas di jelaskan dengan perkataan:
"fokus pada aksi mengambil objek ini. dan itulah yang harus kamu selidiki."

Selidiki memiliki banyak arti...
dan selidiki itu aktif, bukan hanya pasif (read: menyadari)

tesla





Phra Ajaan Mun Bhuridatto(1870-1949)

Ajaan Mun lahir tahun 1870 di Baan Kham Bong, sebuah desa pertanian di provinsi Ubon Ratchathani, timur laut Thailand. Menjadi bhikkhu pada tahun 1893. ia menghabiskan sisa hidupnya mengelana antara Thailand, Burma dan Laos, kebanyakan dalam bagian dalam hutan, serius berlatih dalam meditasi. Dirinya menarik perrhatian banyak murid. Dan bersama dg gurunya, Ajahn Sao, mereka membentuk tradisi meditasi dalam hutan (Kammatthana tradition) yg nantinya menyebar sampai ke Thailand dan beberapa negara tetangganya. Ia meninggal tahun 1949 di Wat Suddhavasa, provinsi Sakon Nakhorn.

diambil dari: A Heart Released.

Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Sukma Kemenyan

Maaf tesla,
kalau thread ini dipindahkan ke Meditasi gmana?

rasanya kontennya lebih tepat dsono...

tapi entah juga...
Gw ragu dengan apa yg dibahas di thread ini,
Apakah membahas apa metoda meditasi yang diajarkan Ajahn Sao (Samatha/Vipasanna/etc) ?
ataukan... bagaimana "metoda guru" dalam mendidik ?


edit...
nevermind dech...
Saya kira yg dibahas bukan "apa metoda meditasi yg diajarkan Ajahn Sao"
melainkan, Bagaimana contoh seorang guru mengajarkan yang tanpa bekal konsep

ryu

Quote from: Kemenyan on 19 September 2008, 04:39:50 PM
Maaf tesla,
kalau thread ini dipindahkan ke Meditasi gmana?

rasanya kontennya lebih tepat dsono...

tapi entah juga...
Gw ragu dengan apa yg dibahas di thread ini,
Apakah membahas apa metoda meditasi yang diajarkan Ajahn Sao (Samatha/Vipasanna/etc) ?
ataukan... bagaimana "metoda guru" dalam mendidik ?


edit...
nevermind dech...
Saya kira yg dibahas bukan "apa metoda meditasi yg diajarkan Ajahn Sao"
melainkan, Bagaimana contoh seorang guru mengajarkan yang tanpa bekal konsep
:)) betul, masing2 punya pandangan atau cara mengajar yang berbeda, yang menjadi masalah adalah mungkin adanya kekeraskepalaan dari pengajar yang mempertahankan prinsipnya dengan cara menolak ajaran2 meditasi yang lain itu seakan2 tidak sesuai dengan ajaran sang guru.
Yang kadang membingungkan hasil praktek dari meditasi itu apa :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))