Tradisi Hutan

Started by tesla, 18 September 2008, 09:25:13 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

tesla

Ajaan Sao (1861-1941) bersama dengan muridnya Ajaan Mun (1870-1949) memulai tradisi Kammatthana. Sebuah praktek tapa hutan sesungguhnya, Ajaan Sao tidak meninggalkan satupun tulisan tentang ajarannya. Untungnya, salah satu muridnya — Phra Ajaan Phut Thaniyo — melakukannya, sedikit cacatan mengenai ajaran Ajaan Sao's Teaching: Sebuah Kenangan dengan Phra Ajaan Sao Kantasilo, memberikan kita kesempatan melihat cara mengajar Ajaan Sao yang gayanya sederhana namun sangat kuat/tegas.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla



Ajaan Sao's Teaching:
A Reminiscence of Phra Ajaan Sao Kantasilo

transkrip dari:Phra Ajaan Phut Thaniyo
terjemahan bebas: tesla

Di masa sekarang ini, latihan dg pergi ke hutan untuk bermeditasi dan menjalankan praktik pertapa dhutanga dimulai oleh Phra Ajaan Sao Kantasilo bersama muridnya, Ajaan Mun dan bersama rekannya Phra Ajaan Singh dan Phra Ajaan Lee. Ajaan Sao memiliki sifat bukan pembicara, namun adalah seorang pelaksana (more action less talk). Ketika ia mengajari muridnya, ia berbicara sangat sedikit. Dan yg kebanyakan yg belajar darinya langsung sekarang menjadi sesepuh yg berbicara sedikit seperti gurunya. Jadi, secara Ajaan Sao bukan seorang yg banyak bicara, saya ingin berbagi bagaimana cara dia mengajarkan meditasi.

Bagaimana Phra Ajaan Sao mengajar? JIka seseorang mencarinya dan berkata, "Pak, saya ingin belajar meditasi, bagaimana saya melakukannya?". maka dia akan menjawab, "Bermeditasilah dg kata 'Buddho'."

Jika orang itu bertanya, "Apa artinya 'Buddho'?" Ajaan Sao akan menjawab, "Jangan tanyakan."

"Apa yg akan terjadi setelah saya bermeditasi dg kata 'Buddho'?"

"Jangan tanyakan. Tugasmu adalah sesederhana mengulangi kata 'Buddho' terus menerus dalam hatimu."

Demikianlah ia mengajar: singkat, tanpa penjelasan yg panjang.

Kemudian, jika muridnya mengikuti instruksinya dan dg konsisten berlatih dalam pengulangan, jika pikirannya menjadi tenang dan jernih dari memasuki konsentrasi, dan dia datang bertanya kepada Ajaan Sao: "Ketika bermeditasi dg 'Buddho', pikiran saya menjadi begini dan begitu... Apa yg harus saya lakukan?" Jika latihan itu telah benar, dia hanya akan menjawab, "Teruskan bermeditasi." jika tidak, dia akan menjawab, "Kamu harus melakukan begini dan begitu. Apa yg kamu sedang lakukan tidak tepat."

Misalnya, ketika saya menjadi murid pemulanya, seorang bhikkhu senior dari sekte Mahanikaya datang dan mengajukan dirinya sebagai murid pemula di bawah Ajaan Sao. Ajaan Sao mengajarkan meditasi dg 'Buddho'. Ketika bhikkhu itu cukup dg 'Buddho', pikirannya menjadi tenang dan jernih. Kemudian dia berhenti mengulangi kata 'Buddho'. Di titik ini, pikirannya kosong. Kemudian dia menaruh perhatiannya keluar mengikuti cahaya, banyak penglihatan yg muncul. arwah orang yg telah mati, setan-setan lapar, mahkluk langit, manusia, binatang, gunung, hutan... Kadang-kadang seperti ia atau pikirannya meninggalkan tubuhnya dan pergi menjelajahi hutan dan alam liar dan melihat berbagai macam hal tadi. Lalu, ia datang pada Ajaan Sao dan menceritakannya.

Langsung saja Ajaan Sao menjawab, "Itu tidaklah tepat, pikiran yg mengelana, mengetahui dan melihat keluar tidaklah tepat. Kamu harus membuatnya utk melihat ke dalam."

Bhikkhu itu menjawab, "Bagaimana saya membuatnya utk melihat ke dalam?"

"Ketika pikiran jernih seperti tadi, ketika ia telah meninggalkan repetisi dan hanya duduk diam, lihatlah ke nafas. Jika sensasi nafas muncul dalam kesadaranmu, fokuslah pada nafas itu sebagai objek dan kemudian ikutilah. ikutilah sampai pikiran menjadi bahkan lebih jernih lagi."

dan mengikuti instruksi Ajaan Sao, bhikkhu itu memasuki tingkat konsentrasi -- upacara samadhi --, mengikuti nafas yg semakin halus, dan akhirnya hilang. Sensasi ia memiliki tubuh juga hilang, tinggal dalam kondisi ini, pikirannya duduk sangat diam, kondisi kesadarannya sangat jernih, dg tidak dikenal apa yg maju/mundur (bergerak), tidak dikenal dimana letak pikirannya, karena dalam kondisi itu hanya ada pikiran, itu saja. Dia datang kembali utk bertanya ke Ajaan Sao, "Ketika pikiran saya menjadi lebih tenang dan jernih, saya menetapkan perhatian pada nafas dan mengikutinya sampai saya benar-benar diam, hening. jadi ketika tidak ada apa apa yg tersisa, nafas tidak muncul, sensasi tubuh hilang, hanya ada pikiran yg berdiri, jernih dan diam. Seperti demikian, apakah benar atau salah?"

Ajaan Sao menjawab, "Terlepas dari apakah ini benar atau salah, jadikan ini standarmu. Berusahalah agar kamu dapat melakukannya sesering mungkin, dan ketika kamu sudah terampil, datanglah padaku."

Bhikkhu tsb meneruskan instruksinya lagi dan kemudian dia menjadi ahli dalam menenangkan pikirannya. Setelah ia berulang kali membuat pikirannya begini, konsentrasinya menjadi sangat kuat sampai menimbulkan abhiñña (?)

Setelah ia keluar dari tingkat konsentrasi ini, ia datang kepada Ajaan Sao. Dia diberitahu oleh Ajaan Sao, "Tingkat konsentrasi demikian adalah tetap -- appana samadhi."
"Kamu dapat menetap dalam konsentrasi ini, tetapi tidak ada apa apa di sana. Hanya ada kejernihan dan keheningan. Jika pikiranmu selamanya di sana, ia akan tersangkut di sana. Jadi... ketika pikiranmu seperti ini, perhatikan interval untuk dimana keluar dari konsentrasi. Seketika pikiran memiliki rasa, itu adalah awal dari ia mengambil objek — tidak perduli objek apapun yg muncul pertama — fokus pada aksi mengambil objek ini. dan itulah yang harus kamu selidiki."

Bhikkhu itu terus mengikuti instruksi Ajaan Sao dan dia mengalami kemajuan dalam pikirannya.

Inilah contoh bagaimana Phra Ajaan Sao mengajarkan muridnya — pengajaran dengan hanya sedikit waktu, memberi waktu lebih utk melatih pikiran, seolah-olah yg dia katakan hanyalah, "Lakukan ini dan ini" tanpa penjelasan apapun. Kadang-kadang saya meragukan cara mengajarnya. Ketika itu saya membandingkan dg buku-buku yg telah saya baca atau dg ceramah dhamma yg telah saya dengar dari guru lain. Misalnya Phra Ajaan Singh menulis sebuah buku kecil tentang cara berlatih meditasi, dg judul, Berlindung Tiga Permata (Buddha, Dhamma & Sangha) dan Teknik Meditasi. di buku tsb dikatakan dalam berlatih meditasi kamu harus, sebelum semuanya, duduk dg badan tegap dan perhatian penuh ke depan. Begitulah ia menulisnya, namun Ajaan Sao tidak. Walau yg diajarkan masih sama, perbedaannya Ajaan Sao bukanlah pembicara, jadi dia tidak menggunakan begitu banyak gaya bahasa.

Yg dijelaskannya kepada saya adalah: "Ketika kita membuat pikiran kita mengulangi 'Buddho', perbuatan itu sendiri membangun kewaspadaan. Ketika kita terus berpikir 'Buddho'  dan tidak membiarkannya pergi dari 'Buddho', pikiran kita telah menjadi sehat dan kuat. Selalulah perhatikan pikiran utk tetap pada 'Buddho'. Begitu ketika pikiran kita keluar, lupa berpikir 'Buddho' dan memikirkan yg lain, itu adalah tanda adanya kegagalan dalam kewaspadaan kita. Jika kita bisa menjaga kewaspadaan kita pada pengulangan 'Buddho' tanpa jeda, barulah kewaspadaan kita telah cukup kuat... Berpikirlah suatu objek, sampai pikiran menyatu dg itu, itulah cara membangun kewaspadaan." Itulah yg dijelaskannya padaku.

Ini adalah salah satu contoh bagaimana saya melihat dan mendengar Phra Ajaan Sao mengajarkan meditasi, dan seharusnya sudah cukup untuk melayani kita sebagai makanan utk pikiran.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Edward

Nice post Tesla....
Apakah ini menggambarkan bahwa, dalam semua meditasi, pada akhirnya kita akan meninggalkan semua teori2, dan hanya berfokus pada objek kita?
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

tesla

Quote from: Edward on 19 September 2008, 11:09:07 AM
Nice post Tesla....
Apakah ini menggambarkan bahwa, dalam semua meditasi, pada akhirnya kita akan meninggalkan semua teori2, dan hanya berfokus pada objek kita?
sepertinya begitu... kalau lagi meditasi kita berpikir yg lain, itu artinya ada kegagalan dalam kewaspadaan... (kata Ajaan Sao) :P
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

markosprawira

Setiap orang akan mempunyai kecocokan dengan metode masing-masing

Sungguh disayangkan kalau meditator yang seharusnya mengikis LDM, justru memperbanyak Lobha dengan mempertahankan bahwa metodenyalah yang paling benar........  _/\_


bond

Quote
Setelah ia keluar dari tingkat konsentrasi ini, ia datang kepada Ajaan Sao. Dia diberitahu oleh Ajaan Sao, "Tingkat konsentrasi demikian adalah tetap -- appana samadhi."
"Kamu dapat menetap dalam konsentrasi ini, tetapi tidak ada apa apa di sana. Hanya ada kejernihan dan keheningan. Jika pikiranmu selamanya di sana, ia akan tersangkut di sana. Jadi... ketika pikiranmu seperti ini, perhatikan interval untuk dimana keluar dari konsentrasi. Seketika pikiran memiliki rasa, itu adalah awal dari ia mengambil objek — tidak perduli objek apapun yg muncul pertama — fokus pada aksi mengambil objek ini. dan itulah yang harus kamu selidiki."
[/b]

Yg di bold adalah saat mulai bervipasana.

Quote
Nice post Tesla....
Apakah ini menggambarkan bahwa, dalam semua meditasi, pada akhirnya kita akan meninggalkan semua teori2, dan hanya berfokus pada objek kita?

Sesungguhnya Ajahn Sao sendiri sebelumnya memahami teori2 yg diajarkan Sang Buddha dengan pengertian benar. Jadi sebenarnya teori tersebut tidak ditinggalkan tetapi telah teraplikasikan. Karena dalam teori tersebut pun juga isinya adalah bagaimana cara melakukan tugas kita sebagai meditator/pelaksana. Disini banyak berpengertian rancu meninggalkan teori yg diartikan sebagai  tidak digunakan sama sekali atau tidak berguna sama sekali. Atau dianggap tidak dipikirkan dalam meditasi. Jadi sebenernya teorinya memang diajarkan untuk tidak memikirkan teori.

Jadi apa yg ditinggalkan dan yg tidak ditinggalkan itu adalah istilah yg kurang tepat. Yg ada bagaimana panna menyikapi setiap fenomena dalam meditasi ataupun dalam kehidupan sehari2 dalam tiap momen saat ini. Kalau ada dikatakan "meninggalkan" berarti masih terpaku pada sesuatu yg ada lalu menjadi tiada(terpaku pada konsep atta/aku). Yg sebenarnya semuanya hanyalah perubahan.
_/\_




Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

markosprawira

Quote from: bond on 19 September 2008, 01:20:58 PM
Sesungguhnya Ajahn Sao sendiri sebelumnya memahami teori2 yg diajarkan Sang Buddha dengan pengertian benar. Jadi sebenarnya teori tersebut tidak ditinggalkan tetapi telah teraplikasikan. Karena dalam teori tersebut pun juga isinya adalah bagaimana cara melakukan tugas kita sebagai meditator/pelaksana. Disini banyak berpengertian rancu meninggalkan teori yg diartikan sebagai  tidak digunakan sama sekali atau tidak berguna sama sekali. Atau dianggap tidak dipikirkan dalam meditasi. Jadi sebenernya teorinya memang diajarkan untuk tidak memikirkan teori.

Jadi apa yg ditinggalkan dan yg tidak ditinggalkan itu adalah istilah yg kurang tepat. Yg ada bagaimana panna menyikapi setiap fenomena dalam meditasi ataupun dalam kehidupan sehari2 dalam tiap momen saat ini. Kalau ada dikatakan "meninggalkan" berarti masih terpaku pada sesuatu yg ada lalu menjadi tiada(terpaku pada konsep atta/aku). Yg sebenarnya semuanya hanyalah perubahan.
_/\_

sangat inspiratif sekali........  ^:)^

GRP sent..........

Hendra Susanto

QuoteSesungguhnya Ajahn Sao sendiri sebelumnya memahami teori2 yg diajarkan Sang Buddha dengan pengertian benar. Jadi sebenarnya teori tersebut tidak ditinggalkan tetapi telah teraplikasikan. Karena dalam teori tersebut pun juga isinya adalah bagaimana cara melakukan tugas kita sebagai meditator/pelaksana. Disini banyak berpengertian rancu meninggalkan teori yg diartikan sebagai  tidak digunakan sama sekali atau tidak berguna sama sekali. Atau dianggap tidak dipikirkan dalam meditasi. Jadi sebenernya teorinya memang diajarkan untuk tidak memikirkan teori.

Jadi apa yg ditinggalkan dan yg tidak ditinggalkan itu adalah istilah yg kurang tepat. Yg ada bagaimana panna menyikapi setiap fenomena dalam meditasi ataupun dalam kehidupan sehari2 dalam tiap momen saat ini. Kalau ada dikatakan "meninggalkan" berarti masih terpaku pada sesuatu yg ada lalu menjadi tiada(terpaku pada konsep atta/aku). Yg sebenarnya semuanya hanyalah perubahan.

ko bonk mantep "jempol"

ryu

Hmm kalo gitu tidak ada bedanya dengan orang karesten yang bilang Yesus terus dalam hatinya? atau Allah? apakah mereka melakukan meditasi kalau diambil dalam sudut pandang Buddhist?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

#9
Quote from: bond on 19 September 2008, 01:20:58 PM
Jadi apa yg ditinggalkan dan yg tidak ditinggalkan itu adalah istilah yg kurang tepat. Yg ada bagaimana panna menyikapi setiap fenomena dalam meditasi ataupun dalam kehidupan sehari2 dalam tiap momen saat ini. Kalau ada dikatakan "meninggalkan" berarti masih terpaku pada sesuatu yg ada lalu menjadi tiada(terpaku pada konsep atta/aku). Yg sebenarnya semuanya hanyalah perubahan.
_/\_

setuju, pada ultimatenya memang tidak ada teori-teori yg ditinggalkan... mengapa?
karena pikiran itu sendiri lah teori-teori itu.

sebuah rumah tidak mungkin meninggalkan tiang-tiang, atap & lantai... mengapa?
karena tanpa semua itu, tidak ada rumah :)

demikian juga pikiran kita.

baik rumah maupun pikiran beserta objek berkondisi lainnya selalu mengalami perubahan. itulah yg harus kita perhatikan. dalam gaya Ajahn Sao, ia menekankan pada konsentrasi terlebih (pikiran yg diam pada satu titik) dahulu, yg saya yakini selaras dg meningkatnya konsentrasi kewaspadaan jg ikut meningkat. setelah cukup, baru ia mengajarkan vipassana/insight.

oke, kalau berkesempatan saya ingin menampilkan lanjutannya, Ajahn Mun...
mudah2an ada kondisi mendukung.

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Quote from: ryu on 19 September 2008, 02:43:37 PM
Hmm kalo gitu tidak ada bedanya dengan orang karesten yang bilang Yesus terus dalam hatinya? atau Allah? apakah mereka melakukan meditasi kalau diambil dalam sudut pandang Buddhist?
boleh juga dibilang begitu, namun apakah intensitasnya memadai?
jika ia dapat terus berpikir hanya "Yesus" saja dalam waktu yg cukup, saya yakin ia akan meningkatkan konsentrasinya. mudah2an konsentrasi tersebut dapat menjadi fondasi utk meditasi berikutnya penyelidikan tubuh & jiwa/roh.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

ryu

Quote from: tesla on 19 September 2008, 03:00:33 PM
Quote from: ryu on 19 September 2008, 02:43:37 PM
Hmm kalo gitu tidak ada bedanya dengan orang karesten yang bilang Yesus terus dalam hatinya? atau Allah? apakah mereka melakukan meditasi kalau diambil dalam sudut pandang Buddhist?
boleh juga dibilang begitu, namun apakah intensitasnya memadai?
jika ia dapat terus berpikir hanya "Yesus" saja dalam waktu yg cukup, saya yakin ia akan meningkatkan konsentrasinya. mudah2an konsentrasi tersebut dapat menjadi fondasi utk meditasi berikutnya penyelidikan tubuh & jiwa/roh.
Tapi saya rasa tidak akan semudah itu, orang yang beragama lain yang tidak mengenal apa yang namanya meditasi/Anata keknya tanpa pengetahuan anata susah untuk merealisasi nibbana.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

Quote from: ryu on 19 September 2008, 03:07:30 PM
Quote from: tesla on 19 September 2008, 03:00:33 PM
Quote from: ryu on 19 September 2008, 02:43:37 PM
Hmm kalo gitu tidak ada bedanya dengan orang karesten yang bilang Yesus terus dalam hatinya? atau Allah? apakah mereka melakukan meditasi kalau diambil dalam sudut pandang Buddhist?
boleh juga dibilang begitu, namun apakah intensitasnya memadai?
jika ia dapat terus berpikir hanya "Yesus" saja dalam waktu yg cukup, saya yakin ia akan meningkatkan konsentrasinya. mudah2an konsentrasi tersebut dapat menjadi fondasi utk meditasi berikutnya penyelidikan tubuh & jiwa/roh.
Tapi saya rasa tidak akan semudah itu, orang yang beragama lain yang tidak mengenal apa yang namanya meditasi/Anata keknya tanpa pengetahuan anata susah untuk merealisasi nibbana.

saya sih taunya Katholik yah...
menurut saya kontemplasi, seperti baca doa 'Bapa Kami' atau 'Bunda Maria' terus menerus sambil menggeser biji rosario juga salah satu bentuk meditasi samatha kok...
entah kenapa sekarang saya jarang menemui yg seperti itu lagi...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

markosprawira

Quote from: tesla on 19 September 2008, 03:00:33 PM
Quote from: ryu on 19 September 2008, 02:43:37 PM
Hmm kalo gitu tidak ada bedanya dengan orang karesten yang bilang Yesus terus dalam hatinya? atau Allah? apakah mereka melakukan meditasi kalau diambil dalam sudut pandang Buddhist?
boleh juga dibilang begitu, namun apakah intensitasnya memadai?
jika ia dapat terus berpikir hanya "Yesus" saja dalam waktu yg cukup, saya yakin ia akan meningkatkan konsentrasinya. mudah2an konsentrasi tersebut dapat menjadi fondasi utk meditasi berikutnya penyelidikan tubuh & jiwa/roh.


dear tesla,

salah satu dalam jalan utama berunsur 8 adalah Konsentrasi yang benar (samma sati)

Kolaborasi yang sesuainya, adalah dengan Pandangan Benar/samma ditthi, sehingga membentuk Samma Samadhi

Ini sudah pernah disebut dalam Miccha Samadhi di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4204.0

Jadi selama tidak memahami konsep Anatta yang benar, maka dia akan terus berputar dalam samsara  _/\_

markosprawira

Quote from: tesla on 19 September 2008, 03:12:51 PM
saya sih taunya Katholik yah...
menurut saya kontemplasi, seperti baca doa 'Bapa Kami' atau 'Bunda Maria' terus menerus sambil menggeser biji rosario juga salah satu bentuk meditasi samatha kok...
entah kenapa sekarang saya jarang menemui yg seperti itu lagi...

dear tesla,

Dalam Visuddhimagga dikatakan terdapat 40 obyek meditasi Samatha.

Ke 40 obyek itu terdiri dari :
10 obyek kasina
10 obyek yang menjijikkan (asubha)
10 obyek perenungan (anussati)
4 obyek kediaman luhur (brahmavihara)
4 obyek tanpa bentuk (arupa)
10 obyek perenungan terhadap makanan (aharepatikulasana) dan
1 obyek empat unsur (catu dathu vatana).


Kasina berarti keseluruhan.
Dengan kata lain, saat mempraktekkan meditasi dengan obyek kasina, anda harus memusatkan pikiran pada obyek yang berbentuk lingkaran. Sebagai langkah awal dapat dilakukan dengan mata.
Anda dapat menggunakan obyek kasina saat mempraktekkan meditasi Samatha.
Misal, tanah (pathavi kasina), air (apo kasina), api (tejo kasina), udara (vayo kasina), cahaya (aloka kasina), warna merah (lohita kasina), biru (nila kasina), kuning (pita kasina), putih (odata kasina) dan obyek angkasa (akasa 0kasina).

Sedang 10 obyek yang menjijikkan (asubha) meliputi :

Uddhumataka asubha, merupakan obyek yang diambil dari mayat manusia, atau bangkai binatang yang membengkak atau kembung oleh angin.
Vinilaka asubha, obyek yang diambil dari mayat yang sudah kebiru-biruan (campuran warna biru, hijau, putih). Kadang mengandung nanah dan cairan serta kotoran lain yang terdapat dalam jasad.
Vipubbaka asubha, obyek yang diambil dari mayat yang sudah bernanah dan juga sudah dibedah sehingga terlihat nanah yang berceceran keluar dari mata, hidung, telinga dan muka.
Vicchiddaka asubha, obyek yang diambil dari mayat yang sudah terbelah menjadi dua bagian.
Vikkhayitaka asubha, obyek yang diambil dari mayat yang sudah digerogoti binatang kecil ataupun yang dimakan binatang buas.
Vikkhitaka asubha, obyek yang diambil dari mayat yang sudah hancur atau terpotong-potong, tapi masih ada dagingnya.
Hatavikkhitaka asubha, obyek yang diambil dari mayat yang sudah busuk dan hancur/terpotong besar/kecil dan masih ada daging.
Lohitaka asubha, obyek yang diambil dari mayat yang mengeluarkan darah, cairan atau kotoran lain.
Puluvaka asubha, obyek yang diambil dari mayat yang penuh belatung dan menggerogoti mayat dari luar dan dalam sehingga berlubang-lubang sampai habis.
Atthika asubha, obyek yang diambil dari mayat yang sudah tinggal tengkorak.

Adapun 10 obyek perenungan (anussati) meliputi :

Buddhanussati, perenungan terhadap Sang Buddha yang telah terbebas dari lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha (kegelapan batin).
Dhammanussati, perenungan terhadap Dhamma yang tidak terkena lobha, dosa dan moha.
Sanghanussati, perenungan terhadap Ariya Sangha, bahwa beliau-beliau telah terbebas dari lobha, dosa dan moha.
Silanussati, perenungan terhadap sila yang dilakukan oleh diri sendiri.
Caganussati, perenungan terhadap dana yang telah dilaksanakan.
Devatanussati, perenungan terhadap makhluk agung (brahma, dewa).
Maranussati, perenungan terhadap kematian yang akan dialami.
Kayagatanussati, perenungan terhadap kekotoran jasmani.
Anapanasati, perenungan terhadap keluar-masuknya napas.
Upasamanussati, perenungan terhadap Keadaan nibbana yang terbebas dari kekotoran batin dan penderitaan.

Nah dari sini, bisa dicek apakah obyek yang digunakan sudah selaras dengan yang dimaksud dengan Samatha Bhavana dalam VisuddhiMagga  _/\_