News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Logika aneh umat Buddha

Started by fabian c, 12 September 2008, 02:44:15 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Quote from: ryu on 19 September 2008, 07:07:24 AM
Sama khan seperti Pa Hudoyo yang tidak mau menanggapi postingan yang dianggap tidak penting :))
sudah merasakan hal yang sama yah :))

Beda lho. Pak Hudoyo biasanya akan menjawab, walaupun isinya bisa jadi kata2 pedas. Kalo fabian c ini, menurut saya mungkin terlalu mulia untuk bicara dengan kasta "paria".

ryu

kasta paria tuh apaan? di sini paria tuh jenis tumbuh2an/buah2an kalo gak salah :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Che Na

Weleh..weleh dari Therevada ke Zen sampe ke Hindu...  :)) :))
Ketika Melihat Dengan Hati , Mendengar Dengan Mata ..

K.K.

Kasta terbuang. Bukanlah salah satu di antara 4 kasta. Dianggap lebih rendah dari binatang.
Ketika orang dari kasta tinggi (Brahmana dan Ksatria) hadir, Paria ini bahkan tidak boleh menatap, hanya membungkuk di tanah. Orang dari Kasta lain boleh memperkosa, memperbudak, merampok kasta paria ini tanpa melanggar hukum.



Quote from: Che Na on 19 September 2008, 10:18:55 AM
Weleh..weleh dari Therevada ke Zen sampe ke Hindu...  :)) :))
Ini bukan hanya Hindu, tapi tradisi di sana. Di zaman Buddha pun masih kental tradisi seperti ini.

Che Na

Quote from: Kainyn_Kutho on 19 September 2008, 10:21:13 AM

Quote from: Che Na on 19 September 2008, 10:18:55 AM
Weleh..weleh dari Therevada ke Zen sampe ke Hindu...  :)) :))
Ini bukan hanya Hindu, tapi tradisi di sana. Di zaman Buddha pun masih kental tradisi seperti ini.

:| maaf kan cuma j/k  ^:)^ ^:)^
Ketika Melihat Dengan Hati , Mendengar Dengan Mata ..

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 19 September 2008, 10:21:13 AM
Kasta terbuang. Bukanlah salah satu di antara 4 kasta. Dianggap lebih rendah dari binatang.
Ketika orang dari kasta tinggi (Brahmana dan Ksatria) hadir, Paria ini bahkan tidak boleh menatap, hanya membungkuk di tanah. Orang dari Kasta lain boleh memperkosa, memperbudak, merampok kasta paria ini tanpa melanggar hukum.



Quote from: Che Na on 19 September 2008, 10:18:55 AM
Weleh..weleh dari Therevada ke Zen sampe ke Hindu...  :)) :))
Ini bukan hanya Hindu, tapi tradisi di sana. Di zaman Buddha pun masih kental tradisi seperti ini.
ooo apakahn kasta paria disini selalu menunduk ditanah? sepertinya tidak deh :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.


K.K.

Quote from: ryu on 19 September 2008, 10:26:25 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 19 September 2008, 10:21:13 AM
Kasta terbuang. Bukanlah salah satu di antara 4 kasta. Dianggap lebih rendah dari binatang.
Ketika orang dari kasta tinggi (Brahmana dan Ksatria) hadir, Paria ini bahkan tidak boleh menatap, hanya membungkuk di tanah. Orang dari Kasta lain boleh memperkosa, memperbudak, merampok kasta paria ini tanpa melanggar hukum.



Quote from: Che Na on 19 September 2008, 10:18:55 AM
Weleh..weleh dari Therevada ke Zen sampe ke Hindu...  :)) :))
Ini bukan hanya Hindu, tapi tradisi di sana. Di zaman Buddha pun masih kental tradisi seperti ini.
ooo apakahn kasta paria disini selalu menunduk ditanah? sepertinya tidak deh :))

Tidak ada kasta paria di sini. Tetapi sepertinya ada yang memperlakukan orang lain seperti kasta paria, di mana kata2 dari si "paria" tidak perlu diindahkan.

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 19 September 2008, 10:28:33 AM
Quote from: ryu on 19 September 2008, 10:26:25 AM
Quote from: Kainyn_Kutho on 19 September 2008, 10:21:13 AM
Kasta terbuang. Bukanlah salah satu di antara 4 kasta. Dianggap lebih rendah dari binatang.
Ketika orang dari kasta tinggi (Brahmana dan Ksatria) hadir, Paria ini bahkan tidak boleh menatap, hanya membungkuk di tanah. Orang dari Kasta lain boleh memperkosa, memperbudak, merampok kasta paria ini tanpa melanggar hukum.



Quote from: Che Na on 19 September 2008, 10:18:55 AM
Weleh..weleh dari Therevada ke Zen sampe ke Hindu...  :)) :))
Ini bukan hanya Hindu, tapi tradisi di sana. Di zaman Buddha pun masih kental tradisi seperti ini.
ooo apakahn kasta paria disini selalu menunduk ditanah? sepertinya tidak deh :))

Tidak ada kasta paria di sini. Tetapi sepertinya ada yang memperlakukan orang lain seperti kasta paria, di mana kata2 dari si "paria" tidak perlu diindahkan.

Wah Sekarang semuanya sudah mulai bisa menilai batin orang :))
Riky mode = on :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 19 September 2008, 10:42:20 AM
Wah Sekarang semuanya sudah mulai bisa menilai batin orang :))
Riky mode = on :))

Bukan bathin yang saya nilai, tapi kelakuan yang terlihat. Dan memang yang saya lihat adalah omongan Riky_dave tidak dijawab.


markosprawira

dear Kai

Dalam Pañha Sutta, Gradual Sayings (Anguttara Nikâya II. 53-54), Sang Buddha mengajarkan bagaimana cara menjawab suatu pertanyaan (AN 4.42).

Dalam Pañha Sutta tersebut, dikatakan ada empat cara menjawab pertanyaan-pertanyaan, yaitu:
1]. Ada pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab secara langsung dan singkat (misalnya: iya / tidak);
2]. Ada jenis pertanyaan yang harus dijawab secara analisis (mendefinisikan sebanyak mungkin dalam penjelasan dengan berbagai contoh);
3]. Ada jenis pertanyaan yang harus dijawab dengan sebuah pertanyaan balik sebagai jawabannya;
4]. Ada pula jenis pertanyaan yang harus dijawab dengan diam/ tidak perlu dijawab."

Siapa pun yang mengetahui hal tersebut dengan benar menghubungkan dengan Dhamma, maka ia dikatakan mahir dalam empat tipe pertanyaan tersebut. Sulit untuk mengalahkannya.

Ia mengetahui hal-hal yang sesuai dan yang tidak sesuai, sehingga menolak hal-hal yang tidak memiliki makna dan menguasai hal-hal yang memiliki makna.

Jadi jika seseorang tidak menjawab, bukan berarti orang tersebut sombong atau merasa tinggi.

Dari yang saya pernah tahu mengenai ko fabian, dia bukan lah org yang sombong atau yang mengganggap org lain lebih rendah walaupun memang pengetahuan ko fabian sudah dalam.

Dia berkenan menjawab jika memang org yang bertanya memang beritikad untuk berdiskusi, bukan untuk berdebat/yang membuta dengan hanya berdasar pengalaman semata

Mirip seperti cerita Buddha yang menundukkan dengan kesaktian.
Pada kebanyakan kasus, Buddha bisa memberi pengertian, dengan cinta kasih, dan ajakan, namun pada kasus tertentu, Buddha juga unjuk kesaktiannya seperti memunculkan api dan air sekaligus


semoga bisa dimengerti yah  _/\_

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 19 September 2008, 10:45:49 AM
Quote from: ryu on 19 September 2008, 10:42:20 AM
Wah Sekarang semuanya sudah mulai bisa menilai batin orang :))
Riky mode = on :))

Bukan bathin yang saya nilai, tapi kelakuan yang terlihat. Dan memang yang saya lihat adalah omongan Riky_dave tidak dijawab.


Ya itu khan hak masing2 untuk mau menjawab atau tidak, bukan seperti :
QuoteBeda lho. Pak Hudoyo biasanya akan menjawab, walaupun isinya bisa jadi kata2 pedas. Kalo fabian c ini, menurut saya mungkin terlalu mulia untuk bicara dengan kasta "paria".
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

markosprawira,

Pertanyaan yang didiamkan oleh Buddha adalah 10 pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan Dhamma yaitu:
dunia kekal/tidak kekal/terbatas/tidak terbatas; tubuh sama/beda dengan jiwa; setelah meninggal Tathagata ada/tidak ada/ada & tidak ada/bukan ada & bukan tidak ada.

Rasanya tidak ada pertanyaan mengenai hal itu di sini. Memang tidak semua pertanyaan perlu diberikan jawaban, tetapi setidaknya berbaik hatilah untuk tidak mengabaikannya.

QuoteDari yang saya pernah tahu mengenai ko fabian, dia bukan lah org yang sombong atau yang mengganggap org lain lebih rendah walaupun memang pengetahuan ko fabian sudah dalam.

Dia berkenan menjawab jika memang org yang bertanya memang beritikad untuk berdiskusi, bukan untuk berdebat/yang membuta dengan hanya berdasar pengalaman semata
Saya memang tidak kenal fabian c. Semoga demikian adanya.

_/\_

markosprawira

Quote from: Kainyn_Kutho on 19 September 2008, 11:19:13 AM
markosprawira,

Pertanyaan yang didiamkan oleh Buddha adalah 10 pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan Dhamma yaitu:
dunia kekal/tidak kekal/terbatas/tidak terbatas; tubuh sama/beda dengan jiwa; setelah meninggal Tathagata ada/tidak ada/ada & tidak ada/bukan ada & bukan tidak ada.

Rasanya tidak ada pertanyaan mengenai hal itu di sini. Memang tidak semua pertanyaan perlu diberikan jawaban, tetapi setidaknya berbaik hatilah untuk tidak mengabaikannya.
_/\_


dear Kai,

Kalau saya boleh koreksi mengenai 10 pertanyaan yang tidak berhubungan Buddha Dhamma, itu bisa dilakukan oleh seorang Sammasambuddha

Ini dikarenakan seorang sammasambuddha bisa melihat kualitas batin seseorang, sehingga bisa menjawab dengan tepat, sesuai dengan yang diinginkan oleh penanya.

Namun kita sebagai putthujhana, yang masih begitu lekat dengan akusala, belum bisa menjawab yang cocok dengan penanya dan biasanya sering menjadi perdebatan

Tidak menjawab/mendiamkan juga saya lakukan pada salah satu member milis buddhis, setelah sekian banyak mencoba menjawab tapi dia terus bertanya tapi tidak ingin membuat diskusi yang baik

Mengapa demikian? karena member itu sebenarnya bukan bertanya, melainkan mempromosikan "produknya", sehingga dia mengkritisi buddhism benar untuk mencari2 kelemahan, bukan karena dia tidak mengerti

Member2 lain pun pada awalnya berusaha menjawab, tapi setelah kelihatan tujuan sebenarnya member itu, mayoritas juga mendiamkan karena selain percuma saja menjawab, pun berpotensi untuk memperbanyak akusala citta, yang notabene menurunkan kualitas batin kita

semoga ini bisa bermanfaat untuk kita semua  _/\_

ryu

apakah sesuai dengan ini "Logika aneh umat Buddha" :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))