Tidak. Tetapi menanam kamma baik membuahkan kebahagiaan dan tidak menanam kamma baik menghindarkan orang dari penderitaan; sementara melakukan pernyataan perlindungan pada Triratna atau tidak, tidak ada hubungannya dengan kebahagiaan/penderitaan, apalagi pembebasan sejati.
Memang pernyataan saja tidak membawa pada Pembebasan Sejati. Yang dapat membawa pada tingkat ke-Buddhaan adalah
keyakinan yang penuh pada Triratna Buddha Dharma Sangha.
Pernyataan hanyalah sarana untuk menyatakan keyakinan tersebut.(Benar-benar) menjalankan ajaran Buddha menurut saya adalah menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan dari hal2 yang tidak bermanfaat. Dan itu bisa dijalankan dengan atau tanpa pernyataan perlindungan pada Triratna.
Mereka yang sepenuhnya yakin pada Triratna pasti
menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Mereka yang
menjaga pikiran, ucapan, dan perbuatan dari hal-hal yang tidak bermanfaat pastilah berlindung pada Triratna.
Perlu diketahui, saya tidaklah menolak adanya pernyataan perlindungan pada Tiratana, tetapi saya menolak pernyataan bahwa semua murid Buddha, haruslah menyatakan perlindungan pada Tiratana dan mengetahui rumusan 4 Kesunyataan Mulia.
Lalu anda anggap apa sabda Sang Buddha dalam Jivaka Sutta, Anguttara Nikaya?
"Seseorang, sesungguhnya adalah perlindungan bagi dirinya sendiri; bagaimana mungkin orang lain dapat menjadi perlindungan bagi seseorang? Dengan diri dikendalikan sepenuhnya, seseorang mendapatkan perlindungan, yang mana susah untuk dicapai."
Anda percaya dengan pembabar Dhamma yang itu, saya percaya pembabar Dhamma yang ini.
Tanda tidak mengerti maksud tulisan saya. Demikian juga saya percaya pada pembabar Dharma dalam Jivaka Sutta, Anguttara Nikaya dan Apannaka Jataka.
"Kammasakka manava, satta kammadayada kammayoni kammabandhu kammapatisarana. Kammam satte vibhajati yadidam h´nappan´tatayati."
Anda percaya dengan pembabar Dhamma yang itu, saya percaya pembabar Dhamma yang ini.
Tanda tidak mengerti maksud tulisan saya. Demikian juga: Saya percaya pada pembabar Dharma dalam Jivaka Sutta, Anguttara Nikaya dan Apannaka Jataka.
Dalam kisah dhamma dikatakan bahwa ketika jumlah Bhikkhu sudah mulai banyak dan para Bhikkhu meminta izin melakukan pentahbisan tanpa Buddha Gotama, para Bhikkhu bertanya apakah yang harus dilakukan sebagai simbol pentahbisan yang mewakili Buddha Gotama. Kemudian Buddha memberikan beberapa tata cara, salah satunya pengucapan perlindungan pada Tiratana.
Setau saya, sebelum peraturan itu ada, murid2 Buddha termasuk 5 pertapa yang menjadi Bhikkhu pertama, sudah mencapai tingkat2 kesucian. Jadi, anda bilang harus lewat konvensional dulu, saya bilang belum tentu harus lewat konvensional dulu.
Yang penting dan ditekankan bukan pengucapannya, namun keyakinan bahwa Triratna sebagai perlindungan Yang sejati.
Tanyalah kepada para Pacceka/Pratyeka Buddha.
Apakah anda sadar, bahwa kita sekarang hidup pada masa di mana ajaran Buddha maupun kata "Buddha" masih banyak sekali terdengar?
Pratyeka Buddha hanya muncul pada masa tidak ada ajaran Buddha sama sekali dan tidak ada kata "Buddha" satu kali pun. Maka dari itu
sangat wajar apabila Pratyeka Buddha tidak berlindung pada Triratna konvensional.
Sedangkan kita hidup pada masa di mana masih ada ajaran Buddha yaitu kita berada dalam masa Dispensasi Dharma Buddha Dharma. Kita tidak mungkin menjadi seorang Pratyeka Buddha.
Sangat aneh apabila seseorang tidak berlindung pada Triratna (baik konvensional maupun absolut), tapi disebut sebagai umat Buddha.
Justru saya tidak sedang fokus pada definisi "berlindung pada Triratna", tetapi pada definisi dari "murid Buddha" yang menurut saya tidak dipengaruhi apakah dia pernah membuat pernyataan "berlindung pada Triratna" atau tidak.
Saya mau tanya. Ketika Sariputta bertemu Y.A. Asajji dan mendengar 2 baris syair, Sariputta mencapai kesucian Sotapatti. Menurut anda, apakah waktu itu Sariputta murid Buddha atau bukan?
Tentu saja Sariputta ketika itu adalah murid Buddha karena berlindung pada Sang Triratna.
1. Seorang Sotapanna telah melenyapkan belenggu (samyojana) kedua yaitu vicikiccha (keragu-raguan yang skeptis pada Buddha, Dhamma, Sangha). Oleh karena itu seorang Sotapanna adalah seorang yang yang yakin dan berlindung pada Tiratana.
2. Marilah kita simak penggalan dari pertemuan Upatissa (Sariputta) dengan YA Assaji:
Setelah Āyasmā Assaji selesai berpindapatta dan Upatissa melihat beliau melangkah hendak mencari tempat buat duduk dan bersantap, dia menyediakan tempat duduk yang dibawanya dan mempersembahkannya kepada Āyasmā Assaji. Āyasmā Assaji mulai menyantap makanannya. Kemudian Upatissa menyediakan air dari kantong air miliknya sendiri. Dan begitulah ia melayani Āyasmā Assaji sebagaimana tugas seorang murid kepada gurunya.
Sesudah mereka saling mengucapkan salam dengan sopan, Upatissa berkata: "Tuan, pembawaan Anda luar biasa. Wajah Anda bersih dan terang sekali.
Di bawah bimbingan siapakah Anda menjalankan kehidupan suci sebagai seorang pertapa? Siapakah guru Anda dan Ajaran apakah yang Anda ikuti?"
Āyasmā Assaji menjawab: "Saudara,
dengan menjalankan kehidupan suci ini saya mengabdi kepada seorang pertapa agung dari suku Sakya, yang telah pergi meninggalkan kaumnya untuk menjadi bhikkhu. Di bawah bimbinganNyalah saya berlindung. Pertapa Agung itu guruku dan AjaranNyalah yang saya ikuti."
"Apakah yang diajarkan oleh Guru Anda, apa yang beliau nyatakan?"
Mendapat pertanyaan seperti itu, Āyasmā Assaji berpikir dalam hati: "Pertapa kelana ini sedang menguji Jalan Sang Buddha. Aku akan menunjukan padanya betapa mulia jalan ini." Jadi beliau berkata:
"Saya seorang pendatang baru, Saudara. Belum lama saya ditahbiskan menjadi seorang bhikkhu sehingga saya tidak dapat menjelaskan Ajaran mulia ini secara terperinci kepadamu."
Sang Pengelana itu pun membalas: "Saya bernama Upatissa, Saudara.
Tolong beritahukan Ajaran itu pada saya semampu Anda, baik itu banyak ataupun sedikit. Biarlah menjadi tugas saya untuk memahami makna yang terkandung didalamnya, dengan ratusan atau bahkan ribuan cara."
Dan dia menambahkan:
"Entah itu banyak ataupun sedikit yang dapat Anda beritahukan,
Walau hanya garis besarnya, katakanlah padaku!
Untuk mengetahui inti sari Ajaran adalah satu-satunya hasrat saya;
Kata-kata lain tidak dapat membantu apa-apa."
Menanggapi hal itu, Āyasmā Assaji kemudian mengucapkan syair berikut ini:
"Dari semua hal yang timbul karena suatu 'sebab',
'Sebabnya' telah diberitahukan oleh Tathagata;
Dan juga lenyapnya mereka, itu juga yang Dia ajarkan,
Inilah Ajaran Sang Pertapa Agung."
Mendengar dua kalimat pertama, Upatissa seketika memasuki jalan seorang pemasuk arus; dan sampai akhir dua kalimat terakhir dia telah berhasil menjadi seorang Sotapanna - pemenang arus.
Ketika dia menjadi seorang pemenang arus dan sebelum dia mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi, dia berpikir: "Disinilah makna pembebasan dapat ditemukan!" Kemudian dia berkata kepada Āyasmā Assaji: "Tidak perlu lagi Anda memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang Dhamma ini, Āyasmā. Ini sudah cukup bagiku.
Dimanakah Guru kita berdiam?"
Jadi:
Buddha= Petapa agung suku Sakya = Tathagata = Sakyamuni Buddha Gotama
Dhamma =
Dari semua hal yang timbul karena suatu 'sebab', 'Sebabnya' telah diberitahukan oleh Tathagata; Dan juga lenyapnya mereka, itu juga yang Dia ajarkan = 4 Kebenaran Mulia
Sangha = YA Assaji selaku pembabar Dhamma ajaran Sang Buddha = siswa Arya
Sariputta telah menerima, yakin dan berlindung pada Tiratana.
Bagi kita yang hidup pada masa ini, kita hanya dapat menempuh jalan Arahat (Sotapanna, Sakadagamin, Anagamin, Arahat) dan Bodhisattva (Mahayana) dalam mencapai ke-Buddhaan. Kita tidak dapat menempuh jalan Pacceka / Pratyeka Buddha untuk mencapai pencerahan pada Masa Dispensasi Buddha Dharma. Masa Dispensasi Buddha Dharma adalah masa di mana ajaran sang Buddha masih ada dan Triratna masih dikenal.
Seorang Arahat telah melenyapkan kesepuluh belenggu samyojana, dengan kata lain Arahat telah melenyapkan keraguan pada Triratna dan sepenuhnya yakin berlindung pada Triratna, demikian juga dengan Sakadagamin dan Anagamin, semuanya yakin dan berlindung pada Triratna.
Bahkan para Bodhisattva dalam Mahayana juga menyatakan dan yakin, berlindung pada Sang Triratna.
Maka dari itulah saya mengatakan: dengan Triratna kita baru dapat memasuki Pintu Dhamma.
Sepetinya perbedaan pendapat kita terlalu jauh, jadi tidak saya lanjutkan. Bagaimanapun, terima kasih untuk jawaban2nya!
Ooo.. perbedaan pendapat ya!
-catatan: mungkin salah ketik, seharusnya "...Yesus sebagai Anak" & "... Yesus sebagai Allah Anak".
Thx
Trinitas bukanlah mengenai "keberadaan" Bapa, Putra dan Roh Kudus, tetapi "spekulasi" mengenai "hubungan" dan "interelasi" antara ketiganya. Sampai sekarang juga tidak ada kejelasan apakah mereka semua satu, ataukah perwujudan, ataukah lain-lain. Apakah mereka adalah Substansi yang sama, ataukah mirip, ataukah berbeda. Trinitas yang ada sekarang, mayoritas mengakui bahwa Putra adalah Bapa, dan sebaliknya; dari Substansi yang sama (homoousion), bukan mirip. Tetapi kalau anda mau coba survey, kebanyakan dari mereka tidak ingin mempertanyakan ataupun menjawab hal-hal mengenai Trinitas. Itu sudah ada dalam Syahadat Athanasian dan Syahadat Rasul.
Alkitab telah menyatakan dengan jelas tentang Trinitas. Namun kalau anda masih merasa kurang jelas, maka saya jadi bertanya-tanya kacamata apakah yang anda pakai?
Karena itu, saya jadi bertanya-tanya, apa maksudnya ayat ini:
saith unto her, Touch me not; for I am not yet ascended to my Father:
but go to my brethren, and say unto them, I ascend unto my Father, and your Father;
and to my God, and your God.
-John 20:17-
Begitulah, lagi2 kita berbeda pendapat. Jadi, terima kasih atas diskusinya.
Hoo.... Pertanyaan anda telah dijawab oleh ayat Alkitab ini:
Filipi 2:5-8: Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam
Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan
mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
The Siddha Wanderer