Abhidhamma & vipassana

Started by hudoyo, 29 July 2008, 09:45:38 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Lily W

#135
Quote from: Suchamda on 01 August 2008, 10:58:24 AM
QuoteApabila kita dicela, kita harus berpikir bahwa saat itu diberi kesempatan untuk melatih kesabaran, bukannya kita sakit hati, malahan kita harus merasa berterima kasih kepada lawan-lawan kita.
Itu merupakan pelajaran yang patut kita ingat selalu dan harus kita praktekkan.... tetapi praktek gitu bukan berarti mudah lho tapi juga bukan berarti kita ga bisa... Marilah kita praktek...

Kalau dicela ya kita sabar saja.
Tetapi bukan berarti harus menganjurkan orang rajin mencela bukan?

Anda harus lihat konteksnya bu.
1. Netter disini kebiasaan membalas suatu argumentasi dengan celaan, bukan dengan argumentasi yg berbobot.
2. Persoalan berapa besar "aku" orang lain itu tidak relevan untuk dibahas atau dijadikan bahan pledoi utk secara implisit menyerang orang lain.
3. Kebiasaan buruk / budaya negatif thinking bila ada orang lain yang memberi kesaksian sebaiknya diberantas.

Oleh karena itu, saya merespon setiap comment yang bersifat nyinyir dan tengil.
Beda pendapat dalam argumentasi tidak masalah bagi saya. Saya hargai pendapat masing2 orang. Tetapi bukan sindir-sindiran. Dan hal ini jangan kemudian dipupuk dengan dalih bahwa "dicela adalah utk melatih kesabaran" yang pada lanjutnya keblinger menjadi pembenaran.

Ada sebuah kisah Sang Buddha yang di cerca oleh seorang brahmana yaitu sbb :
Pada suatu ketika Sang Buddha diundang oleh seorang brahmana untuk bersantap di rumahnya. Oleh karena diundang, maka Sang Buddha datang kerumahnya. tetapi ia bukannya menjamu Sang Buddha, malahan mencerca Beliau dengan kata-kata yang paling kotor.
Dengan sopan Sang Buddha bertanya : "Brahmana, pernahkah ada orang-orang datang ke rumahmu?"
Brahmana : "Ya"
Sang Buddha : "Apakah yang anda lakukan bila mereka datang?"
Brahmana : "O, aku menyiapkan jamuan besar."
Sang Buddha : "Bagaimana bila mereka tidak jadi datang?"
Brahmana : "Dengan gembira kami menyantap makanan yang telah disiapkan."
Sang Buddha : "Nah, Brahmana yang baik, anda telah mengundang diri-Ku datang ke rumah untuk makan, dan anda telah menjamu diri-Ku dengan kata-kata cercaan. Aku tak menerima semua itu. Silahkan ambil kembali."

===========

Pujian dan celaan adalah dua kondisi dunia lainnya yang harus dialami tiap orang. Adalah wajar menjadi gembira bila dipuji, dan menjadi kecewa bila dicela. Sang Buddha berkata : Orang Bijaksana tidak menunjukkan rasa gembira maupun kecewa di tengah-tengah pujian dan celaan. Mereka tetap teguh bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan oleh badai.
Jadi kapan kita jadi orang bijaksana itu? marilah kita renungkan....

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Suchamda

Quote from: Lily W on 01 August 2008, 11:34:35 AM
Quote from: Suchamda on 01 August 2008, 11:01:11 AM
Quote from: Lily W on 01 August 2008, 10:57:25 AM
Quote from: Riky_dave on 31 July 2008, 08:27:50 PM
QuoteMemang belajar Vipassana harus lepaskan teori.... tapi menurut saya.. belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana dalam kehidupan sehari hari...
Pertama bu Lily berkata bahwa,"Teori harus dilepaskan pada akhirnya",
Kedua berdasarkan pendapat dari Bu Lily bahwa,"Belajar dan praktek Abhidhamma adalah Vipassana,....."
Yang saya ingin tanyakan adalah apa maksud dari bu Lily soal "belajar dan praktek Abhidhamma adalah vipasana,.....?"

Quotedan kalo suatu saat saya belajar Vipassana Formal...saya tidak akan kaget. Soalnya dengan belajar Abhidhamma
Apakah "suatu saat" itu penting untuk "dipikirkan" oleh orang2 yang belajar Abhidhamma?
Bukankah "suatu saat" itu adalah masa yang akan datang?:)

Quotesaya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua...maka kebijaksanaan saya akan bertambah sehingga perbuatan2 buruk bisa berkurang"
Apa manfaatnya bagi anda jika anda mengetahui "gejala2nya?"
Bukankah "mengurangi kejahatan" adalah keinginan dari "Aku" yang ingin "MULIA" "SURGA" "KEBAIKKAN?",sedangkan dalam vipasanna adalah pencerahan atau mungkin vipasanna bagi orang yang belajar Abhidhamma itu berbeda dengan MMD?

"saya bisa tahu gejala-gejala  citta dan cetasika yang muncul setiap saat itu di dalam kehidupan sehari-hari dan dengan mengerti itu semua"
Dengan "menyelami" maka dapat "melihat dengan jelas"
Dengan "mencari" tahu maka "konsep pikiran bergabung dengan apa yang diselami" hasilnya=Saya tidak tahu,mungkin anda sudah tahu jawabannya? :)

Salam,
Riky

Saya rasa saya tidak perlu menjawab pertanyaan Bro Riky itu... karena pikiran dan pendapat kita udah berbeda dan Bro Riky juga sudah TANPA AKU, DIAM, MELEPAS, PADAM, BERHENTI dan SADAR.

Anumodana atas pertanyaannya.... _/\_

_/\_ :lotus:

Bu Lily, kalau melihat bunga-bunga dan "anumodana"nya,  pernyataan di atas muncul dari kusala citta juga yah? ;D
Wah, huebat buangett vipasana ala abhidhammanya. :))

Bro Suchamda...

Anumodana... _/\_

Pikiran timbul dan lenyap dengan cepat sekali.... sewaku menulis kata  yg di bold oleh Bro Suchamda itu... ada akusala citta yang halus dan setelah itu lenyap, timbul dengan cepatnye kusala citta yaitu kata anumodana itu.... jadi  akusala citta dan kusala citta itu akan berproses dan berakumulasi.... tunggu saat ada kondisi yang tepat akan berbuah.... makenye saya akan usahakan banyak muncul kusala citta agar kusala citta saya bisa mengkondisikan kusala citta yang lalu muncul/berbuah dan menekan akusala citta itu agar tidak berbuah (expire) ato jadi ahosi kamma.

_/\_ :lotus:

Kalau memang yang muncul terakhir adalah kusala citta, dan anda mengatakan ingin memperbanyak kusala citta, mengapa bagian kalimat yang akusala itu tidak dihapus saja?  ;D
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Sumedho

Quote from: Suchamda on 01 August 2008, 11:01:11 AM

Bu Lily, kalau melihat bunga-bunga dan "anumodana"nya,  pernyataan di atas muncul dari kusala citta juga yah? ;D
Wah, huebat buangett vipasana ala abhidhammanya. :))
Sorry numpang lewat, btw ini sindiran bukan bro?
There is no place like 127.0.0.1

Suchamda

#138
Quote from: Sumedho on 01 August 2008, 12:45:03 PM
Quote from: Suchamda on 01 August 2008, 11:01:11 AM

Bu Lily, kalau melihat bunga-bunga dan "anumodana"nya,  pernyataan di atas muncul dari kusala citta juga yah? ;D
Wah, huebat buangett vipasana ala abhidhammanya. :))
Sorry numpang lewat, btw ini sindiran bukan bro?

Saya tidak mau menutup-nutupi bahwa itu adalah sindiran. Sindiran untuk menyadarkan dia, bahwa teori bisa superimposing ke pengamatan.

Nah, dia menyindir untuk apa?? ;D
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Sumedho

dia menyindir utk menyadarkan bro...
bro menyindir utk menyadarkan dia...

:))
There is no place like 127.0.0.1

Suchamda

Quote from: Sumedho on 01 August 2008, 12:55:33 PM
dia menyindir utk menyadarkan bro...
bro menyindir utk menyadarkan dia...

:))

Gak kok..... apa gak baca??
Dia menyindir Riky Dave kok, bukan saya. ;D
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

nyanadhana

orang pintar dan orang sok pintar.....no ending....
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Sumedho

Quote from: Suchamda on 01 August 2008, 12:58:04 PM
Quote from: Sumedho on 01 August 2008, 12:55:33 PM
dia menyindir utk menyadarkan bro...
bro menyindir utk menyadarkan dia...

:))

Gak kok..... apa gak baca??
Dia menyindir Riky Dave kok, bukan saya. ;D
ooh, nyindir menyindir yang saling bertautan donk heheheh

si nyana ikutan nyambungin rantainya nih...
There is no place like 127.0.0.1

Suchamda

#143
Quote from: Sumedho on 01 August 2008, 01:00:57 PM
Quote from: Suchamda on 01 August 2008, 12:58:04 PM
Quote from: Sumedho on 01 August 2008, 12:55:33 PM
dia menyindir utk menyadarkan bro...
bro menyindir utk menyadarkan dia...

:))

Gak kok..... apa gak baca??
Dia menyindir Riky Dave kok, bukan saya. ;D
ooh, nyindir menyindir yang saling bertautan donk heheheh

si nyana ikutan nyambungin rantainya nih...

Ambil saja maknanya.
Kalau bisa memahami pelajarannya ya bermanfaat.
Seperti burung berkicau, maknanya tergantung masing2 yg mendengar. Bukankah  gitu bro? ;D

Coba kalau anda simak diskusi2 ini, secara tidak langsung kita sudah belajar vipassana. Belajar mengamati reaksi batin masing-masing. Ada yang sadar, ada yang tidak.
Tapi lihatlah,.....semua ini bisa berlangsung tanpa teori apa pun.
Justru yang pakai teori-teorian malah jadi kontradiksi sendiri, bukan?? ;D
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Sumedho

"Saya seperti pohon di hutan. Burung datang ke pohon, hinggap di dahan, dan makan buah. Bagi burung, buahnya mungkin manis atau asam atau lainnya. Tetapi pohon itu tidak mengetahui apapun. Burung itu berkata manis atau berkata asam, tetapi dari sudut pandang pohon itu, hal ini hanyalah celoteh burung."  ^-^
There is no place like 127.0.0.1

HokBen

Quote from: Suchamda on 01 August 2008, 01:05:34 PM
Ambil saja maknanya.
Kalau bisa memahami pelajarannya ya bermanfaat.
Seperti burung berkicau, maknanya tergantung masing2 yg mendengar. Bukankah  gitu bro? ;D

yup...
sesuatu yg terasa seperti sindiran pun bisa bermanfaat kalo diambil maknanya..
yg penting ga sakit hati/merasa diserang egonya gara2 disindir....

nyanadhana

saya tidak mau ikutan menyindir sih tadi tapi karena demi menyadarkan kalian,saya sengaja tenggelam dalam akusala kamma hanya demi menyadarkan kalian  :P

Dhamma itu pemahaman ke dalam dan tergantung batin masing-masing dalam pencerapan,apapun itu Sang Buddha bisa melihat bahwa proses pencerahan setiap orang berbeda dan tidak sama, adayang bisa lewat Vipasana,ada yang cukup baca secuplik Sutra, ada yang bisa disentil. untuk apa kita merasa lebih jago, bukankah kita sudah terjebak dalam kemelekatan untuk menjadi sesuatu yang lebih hebat,superior, bahkan dalam membahas MMD sendiri,kemelekatan itu sering terjadi. ngapain maksa orang menjadi pro dan kontra....ga perlu kok, pemahaman itu tidak terjadi karena paksaan namun acceptance.

Lo mau jelasin Dhamma dengan baik tapi cara kamu komunikasi malah membuat orang merasa dengki,itu tidak membuat orang lain tercerahkan ataupun kamu tersadarkan dalam Dhamma, bahkan anda bisa terjebak dalam pandangan salah dalam pandangan benar.

Sang Buddha tidak mengkomunikasikan Dhamma dengan hantaman, tapi mencari celah penerimaan seseorang baru setelah orang itu menerima Dhamma, pandangan salah diruntuhkan.bukan dengan gaya sok pintar,sok benar dan sok sana sini
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

K.K.

QuoteCoba kalau anda simak diskusi2 ini, secara tidak langsung kita sudah belajar vipassana. Belajar mengamati reaksi batin masing-masing. Ada yang sadar, ada yang tidak.

Dalam vipassana, yang diamati bathin sendiri, bukan orang lain. Tidak bisa mengatakan ada yang sadar, ada yang tidak, kecuali kita sendiri sudah sadar dan memiliki abhinna cetopariyanana.

williamhalim

Quote from: Suchamda on 01 August 2008, 01:05:34 PM
Coba kalau anda simak diskusi2 ini, secara tidak langsung kita sudah belajar vipassana. Belajar mengamati reaksi batin masing-masing. Ada yang sadar, ada yang tidak.
Tapi lihatlah,.....semua ini bisa berlangsung tanpa teori apa pun.
Justru yang pakai teori-teorian malah jadi kontradiksi sendiri, bukan?? ;D

Ini saya setuju Bro...
Dan ini pula yg saya anggap esensi Abhidhamma dikaitkan dengan Vipassana.

Bila kita belajar Abhidhamma, kita akan mengetahui jenis2 citta yg bermanfaat dan yg tidak.
Mengetahui hal2 tsb akan mengkondisikan kita untuk mengamati batin kita sendiri....
Akhirnya, secara tidak langsung, kita telah menerapkan Vipassana, yakni: mengamati reaksi batin yg muncul ketika menghadapi berbagai objek.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

williamhalim

Quote from: Sumedho on 01 August 2008, 01:13:29 PM
"Saya seperti pohon di hutan. Burung datang ke pohon, hinggap di dahan, dan makan buah. Bagi burung, buahnya mungkin manis atau asam atau lainnya. Tetapi pohon itu tidak mengetahui apapun. Burung itu berkata manis atau berkata asam, tetapi dari sudut pandang pohon itu, hal ini hanyalah celoteh burung."  ^-^

Ajahn Sumedho memang muridnya Ajahn Chah  :))

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)