Menurut Pak Hud jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?

Started by hudoyo, 22 July 2008, 08:27:07 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Quote from: hudoyo on 26 July 2008, 02:37:41 PM
Soal kepopuleran Tolle vs JK hanya satu aspek kurang penting dari pertimbangan saya. Yang lebih penting, lagi-lagi, adalah apa 'isi' ajaran masing-masing. Anda sudah baca buku Tolle dan buku K?

Ya, memang sebetulnya itu kurang penting.  :)
Saya belum baca buku keduanya, tapi saya baca tentang Eckhart Tolle dan ajarannya, menurut saya bagus dan tidak berpihak pada agama/ajaran. Untuk Khrisnamurti, hanya pernah membaca kutipan2nya.


QuoteJMB-8 tidak bisa dimungkiri mewakili suatu ajaran yang sangat mendetail, yang bahkan di kalangan umat Buddhis sendiri sering menimbulkan pertentangan khususnya mengenai 'samadhi'. Bagaimana bisa JMB-8 mempunyai pengertian universal? Ternyata JMB-8 telah menjadi sistematika ajaran suatu agama spesifik, yakni Buddhisme, yang asing bagi orang-orang non-Buddhis.

Ya, jika memang sudah sampai mendetail (terutama "ditthi" dan "samadhi"), itu sudah merupakan satu "kurikulum" ajaran khusus, tidak selalu universal.


Quoteterkadang masing2x orang dan "kelompok" mendefinisikan JMB-8 ala mereka yg sangat eksklusif. IMO sih tidak demikian dan harusnya sangat umum dan "mbumi"
Betul. Kadang dari agama lain juga, ada kelompok yang sifatnya lebih universal, ada yang sangat eksklusif. Walaupun ayat kitab suci yang dipakai sama, tapi penafsirannya sangat berbeda antar orang/kelompok satu dengan lainnya.


J.W


dilbert

memang kalau "JARGON" lama dipakai, kurang trendi... gak canggih... makanya dipakai "JARGON" baru... kira kira kayak istilah ISTILAH BARU METODE LAMA.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

hudoyo

Quote from: dilbert on 27 July 2008, 08:58:46 PM
memang kalau "JARGON" lama dipakai, kurang trendi... gak canggih... makanya dipakai "JARGON" baru... kira kira kayak istilah ISTILAH BARU METODE LAMA.

"Jargon" itu pikiran. MMD mengamati "jargon-jargon" apa saja, termasuk dirinya, sampai "jargon" itu berhenti.

hudoyo

Quote from: Kainyn_Kutho on 26 July 2008, 03:22:14 PM
Quote from: hudoyo on 26 July 2008, 02:37:41 PM
Soal kepopuleran Tolle vs JK hanya satu aspek kurang penting dari pertimbangan saya. Yang lebih penting, lagi-lagi, adalah apa 'isi' ajaran masing-masing. Anda sudah baca buku Tolle dan buku K?
Ya, memang sebetulnya itu kurang penting.  :)
Saya belum baca buku keduanya, tapi saya baca tentang Eckhart Tolle dan ajarannya, menurut saya bagus dan tidak berpihak pada agama/ajaran. Untuk Khrisnamurti, hanya pernah membaca kutipan2nya.

Kalau dibaca berdiri sendiri, buku Tolle sangat bagus, oleh karena itu menjadi bestseller. Tapi kalau dibaca bersama-sama buku K, apalagi dikaji berdasarkan pengalaman meditasi sendiri, akan tampaknya jelas bedanya.

Dalam thread Krishnamurti akan saya muat tulisan "Northern Light" yang me-review buku Tolle dan buku K di Amazon.com.

hudoyo

Quote from: Sumedho on 26 July 2008, 02:43:13 PM
ini yg diributkan soal ekslusifitas pencerahan buddhisme?

Pencerahan itu sendiri tidak mungkin bersifat eksklusif, yang bisa eksklusif adalah rumusan pencerahan. Rumusan pencerahan itulah yang diributkan. Saya bilang, pencerahan/kebenaran itu tidak bisa dirumuskan secara utuh, secara imparsial, secara tak terkondisi (unconditioned) karena pencerahan/kebenaran itu mengatasi pikiran yang terkondisi, parsial dan terbatas. Rumusan pencerahan bukanlah pencerahan itu sendiri; the word is not the thing. Oleh karena itu, rumusan pencerahan apa pun yang ada selalu bersifat parsial, terkondisi; tidak ada rumusan pencerahan yang diterima oleh semua orang di dunia ini, tidak ada ajaran/agama yang diterima oleh semua orang di dunia; itulah sifat pikiran: terkondisi, terbatas, parsial. JMB-8 adalah rumusan pencerahan yang ditemukan oleh Buddha; guru spiritual, orang tercerahkan lain bisa membuat rumusan lain terhadap pencerahan yang sama.

Banyak orang di thread ini yang mengacaukan kebenaran dengan rumusan kebenaran, bahwa JMB-8 sebagai rumusan kebenaran "terdapat" pula dalam ajaran agama-agama lain. Ini persis sama dengan teolog kr****n yang mengatakan bahwa kebenarannya (Yesus Kristus) terdapat pula secara tersembunyi dalam agama-agama lain.

Quotecoba kita buka kembali DN 16: paragraf 5.27 yang diterjemahkan dari bahasa Pali ke Bahasa Inggris oleh Maurice O'Connel Walshe yang merupakan terjemahan lebih baru dan dianggap lebih akurat.
Quote from: http://dhammacitta.org/tipitaka/dn/dn.16.0.wlsh.html
5.27. ""Dalam Dhamma dan disiplin apapun dimana tidak ditemukan Jalan Mulia berfaktor delapan, tidak akan ditemukan pertapa tingkat pertama, ..."

"Dhamma dan disiplin" (dhamma-vinaya) adalah kata majemuk yang sering digunakan oleh Sang Buddha untuk menyatakan ajarannya; jangan dipisah. Secara bebas dapat diterjemahkan menjadi "ajaran", "agama".

Terjemahan Thanissaro: "... and the Blessed One said, 'In any doctrine & discipline where the noble eightfold path is not found, no contemplative of the first... second... third... fourth order ...' " Sama saja dengan terjemahan Walshe, tidak ada bedanya. Saya menerjemahkan secara bebas: "Di dalam ajaran yang tidak mengandung JMB-8 tidak ada pembebasan."

Bisa minta referensi yang mengatakan terjemahan Walshe ini "lebih baru" dan "lebih akurat" daripada "terjemahan lama" (misalnya Thanissaro, Francis Story dsb)? Setahu saya, kok Walshe ini orang lama, terjemahannya sudah ada pada tahun 1970an; Bhikkhu Thanissaro jauh lebih muda daripada Walshe. Terima kasih.

hudoyo

Sumedho

copyright dari walshe nya sih awalnya 1987 dan direpublish 1995

Walshe memang lebih tua, dan DN diterjemahkan ulang belakangan oleh beliau. Potongan dari AccessToInsight juga menyarakan ke terjemahan Walshe ini sebagai terjemahan lebih moderen. Didalamnya banyak perbandingan dengan terjemahan2x lain juga utk sutta yang bersangkutan.

Quote from: http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/dn/index.html
An excellent modern translation of the complete Digha Nikaya is Maurice Walshe's The Long Discourses of the Buddha: A Translation of the Digha Nikaya (formerly titled: Thus Have I Heard) (Boston: Wisdom Publications, 1987). A fine anthology of selected suttas is Handful of Leaves (Vol. 1), by Thanissaro Bhikkhu (distributed by the Sati Center for Buddhist Studies).
There is no place like 127.0.0.1

williamhalim

Bagaimana kalau disingkat menjadi begini saja:

~ apakah jalan menuju pencerahan sesungguhnya sama, hanya rumusannya saja yg berbeda2 (tapi kalo ditilik akan kelihatan bahwa esensi-nya adalah sama). Secara tersurat berbeda, tapi secara tersirat sama.

atau

~ apakah jalan menuju pencerahan sesungguhnya "benar2 berbeda", sehingga rumusan A yg berbeda dengan rumusan B pun berbeda esensinya. Dengan kata lain, secara tersurat dan tersirat adalah berbeda.

----

Sy berpandangan pada defenisi yg pertama, sehingga JMB-8 atau jalan lain apapun yg bisa membawa pada pencerahan kandungannya adalah sama (selaras dengan sabda Sang Buddha di DN 16: paragraf 5.27).



::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

hudoyo

Terjemahan Walshe copyright 1987;
terjemahan Thanissaro (Bab 5 & 6) copyright 1995;
terjemahan Sister Vajira & Francis Story (revised) copyright 1998.
Situs Access to Insight memuat dua terjemahan terakhir.

Lalu di mana dikatakan terjemahan Walshe "lebih akurat"?

HokBen

Quote from: willibordus on 28 July 2008, 08:56:56 AM
Bagaimana kalau disingkat menjadi begini saja:

~ apakah jalan menuju pencerahan sesungguhnya sama, hanya rumusannya saja yg berbeda2 (tapi kalo ditilik akan kelihatan bahwa esensi-nya adalah sama). Secara tersurat berbeda, tapi secara tersirat sama.

atau

~ apakah jalan menuju pencerahan sesungguhnya "benar2 berbeda", sehingga rumusan A yg berbeda dengan rumusan B pun berbeda esensinya. Dengan kata lain, secara tersurat dan tersirat adalah berbeda.

----

Sy berpandangan pada defenisi yg pertama, sehingga JMB-8 atau jalan lain apapun yg bisa membawa pada pencerahan kandungannya adalah sama (selaras dengan sabda Sang Buddha di DN 16: paragraf 5.27).



::


gubrax
ga ngikutin 2 hari udah nambah sekian page aje...

[at] willi...
mungkin ga ada satu opsi lagi :

~ jalan yang ditempuh "benar2 berbeda" , baik secara tersirat ataupun tersurat, tapi pada satu titik, akan ada saat2 dimana apapun jalan yang ditempuh, akan terkondisikan si pelaku/orang yang berada di "jalur" pencerahan itu menjadi sosok dengan kualitas yang sama ( tapi masih belum "cerah" ), nah...kualitas ini yang dalam jalan Buddhism disebut dengan seseorang yang telah mempraktekkan JMB8...


hudoyo

Quote from: willibordus on 28 July 2008, 08:56:56 AM
Bagaimana kalau disingkat menjadi begini saja:
~ apakah jalan menuju pencerahan sesungguhnya sama, hanya rumusannya saja yg berbeda2 (tapi kalo ditilik akan kelihatan bahwa esensi-nya adalah sama). Secara tersurat berbeda, tapi secara tersirat sama.
atau
~ apakah jalan menuju pencerahan sesungguhnya "benar2 berbeda", sehingga rumusan A yg berbeda dengan rumusan B pun berbeda esensinya. Dengan kata lain, secara tersurat dan tersirat adalah berbeda.
----
Sy berpandangan pada defenisi yg pertama, sehingga JMB-8 atau jalan lain apapun yg bisa membawa pada pencerahan kandungannya adalah sama (selaras dengan sabda Sang Buddha di DN 16: paragraf 5.27).

Saya berpendapat, semua jalan berangkat dari pikiran dan si aku, oleh karena itu, jelas berbeda; bahasa berbeda, rumusan berbeda. Tentang "esensi jalan", apa itu, saya tidak mengerti? ... Tapi semua jalan itu harus runtuh, pikiran & si aku harus diam, agar pencerahan tercapai.

Yang disebut "sabda Sang Buddha" dalam DN 16 para 5.27 menurut saya bukan berasal dari mulut Sang Buddha, melainkan disisipkan ke dalam sutta itu oleh bhikkhu penulis Tipitaka, yang bermaksud baik untuk menjunjung tinggi ajaran Sang Guru.

Tapi ini sudah beberapa kali muncul dalam thread ini. Dengan ini saya mengundurkan diri khusus dari topik ini.

Salam,
hudoyo

hudoyo

Quote from: HokBen on 28 July 2008, 09:17:30 AM
~ jalan yang ditempuh "benar2 berbeda" , baik secara tersirat ataupun tersurat, tapi pada satu titik, akan ada saat2 dimana apapun jalan yang ditempuh, akan terkondisikan si pelaku/orang yang berada di "jalur" pencerahan itu menjadi sosok dengan kualitas yang sama ( tapi masih belum "cerah" ), nah...kualitas ini yang dalam jalan Buddhism disebut dengan seseorang yang telah mempraktekkan JMB8...

Ini pun sudah beberapa kali muncul dalam thread ini, pada dasarnya sama dengan apa yang dikatakan Rekan Willibordus: apa pun jalan yang ditempuh akhirnya akan sampai pada (mengandung esensi) JMB-8. Saya katakan, ini namanya mencocok-cocokkan kebenaran kepada konsep. Sama seperti klaim seorang teolog Keristen: apa pun jalan yang ditempuh orang, pada akhirnya ia diselamatkan oleh Kristus.

Saya akhiri saja diskusi ini.
Hudoyo

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Pak Hudoyo,

Setahu saya Thanissaro memang mengerti Pali, tetapi karena otodidak, kadang-kadang agak bertentangan dengan yang lain. Selain itu beliau memang mengerti, tetapi kadang-kadang rasa "Puitis" beliau sering mengalahkan arti yang sesungguhnya. Contohnya terjemahan beliau di Dhammapada, selain itu dukkha jadi "stress".

Kalau terjemahan Walshe memang sering dipakai, dan setahu saya rekan-rekan di milis asing lebih cenderung menggunakan terjemahan Walshe. Terjemahan beliau hampir setara dengan Bhikkhu Bodhi, yang dianggap oleh beberapa orang terbaik, karena tidak mencantumkan sentimen pribadi (pandangan klasik atau modern). Bhikkhu Bodhi kalau punya pendapat bertentangan dengan isi terjemahan, akan menulis di catatan kaki agar tidak bentrok dengan maksud sesungguhnya, yaitu penerjemahan.

Yang terakhir saya tidak familiar.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

K.K.

Quote~ jalan yang ditempuh "benar2 berbeda" , baik secara tersirat ataupun tersurat, tapi pada satu titik, akan ada saat2 dimana apapun jalan yang ditempuh, akan terkondisikan si pelaku/orang yang berada di "jalur" pencerahan itu menjadi sosok dengan kualitas yang sama ( tapi masih belum "cerah" ), nah...kualitas ini yang dalam jalan Buddhism disebut dengan seseorang yang telah mempraktekkan JMB8...

Jadi maksudnya A mempraktekkan JMB 8, B mempraktekkan ajaran X, lalu pada satu titik, mereka memiliki kualitas yang sama?
Saya setuju, dengan catatan bahwa satu titik itu bukanlah bagian dari JMB 8, bukan juga bagian dari ajaran X.


hudoyo

 [at] Karuna_murti

Terima kasih atas uraiannya tentang para penerjemah itu.
Kembali pada posting Rekan Sumedho tentang "lebih akurat", khususnya mengenai paragraf Mahaparinibbana-sutta yang dipermasalahkan, saya belum melihat perbedaan makna antara terjemahan Thanissaro, Walshe, dan Sister Vajira.