Menurut Pak Hud jalan mulia beruas 8 itu bisa membawa kebebasan tidak?

Started by hudoyo, 22 July 2008, 08:27:07 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hudoyo

Quote from: Kainyn_Kutho on 28 July 2008, 09:40:13 AM
Jadi maksudnya A mempraktekkan JMB 8, B mempraktekkan ajaran X, lalu pada satu titik, mereka memiliki kualitas yang sama?
Saya setuju, dengan catatan bahwa satu titik itu bukanlah bagian dari JMB 8, bukan juga bagian dari ajaran X.

Saya setuju dengan ini; pada dasarnya tidak berbeda dengan yang saya tulis:
"Saya berpendapat, semua jalan berangkat dari pikiran dan si aku, oleh karena itu, jelas berbeda; bahasa berbeda, rumusan berbeda.  ... Tapi semua jalan itu harus runtuh, pikiran & si aku harus diam, agar pencerahan tercapai."

hudoyo

Tambahan khusus untuk MMD:
Dalam MMD tidak disadari ada "jalan", karena tidak disadari ada "tujuan".
Kualitas pencerahan harus terjadi pada 'saat kini'. Pikiran harus berhenti sekarang juga. The first step is the last step.

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Seingat saya ada satu dua referensi lain yang mungkin berhubungan Pak Hudoyo, perumpamaan entah setetes air dengan sungai gangga, sebutir pasir dengan pasir di sungai gangga. Seingat saya terdapat di Sutta-Sutta yang "tua". Intinya kalau memang sangat jarang sekali guru-guru yang ada jalan mulia beruas delapan tersebut. Selain itu ada perumpamaan sedikit juga, artinya di ajaran guru-guru lain hampir tidak ada yang menuju kepada alam bahagia, apalagi terbebas dari samsara.

Ada yang menyebut ekayana magga sebagai referensi. Tetapi yang jadi masalah sering sekali orang menerjemahkan ekayana magga sebagai "jalan satu-satunya", tetapi yang benar adalah "jalan yang menuju kepada satu"

Dan juga seingat saya pada saat Buddha mengatakan hal itu di Mahaparinibbana Sutta, itu bukan hal normatif, melainkan pada saat itu di India tidak ada guru-guru yang sempurna ajarannya.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

hudoyo

 [at] Ryu
Lupakan saja MMD.
MMD itu artinya "sadarilah pikiranmu, sampai pikiran itu berhenti dengan sendirinya, tanpa dibuat berhenti."
Untuk itu tidak perlu mengingat-ingat MMD.

hudoyo

Quote from: karuna_murti on 28 July 2008, 09:57:26 AM
Seingat saya ada satu dua referensi lain yang mungkin berhubungan Pak Hudoyo, perumpamaan entah setetes air dengan sungai gangga, sebutir pasir dengan pasir di sungai gangga. Seingat saya terdapat di Sutta-Sutta yang "tua". Intinya kalau memang sangat jarang sekali guru-guru yang ada jalan mulia beruas delapan tersebut. Selain itu ada perumpamaan sedikit juga, artinya di ajaran guru-guru lain hampir tidak ada yang menuju kepada alam bahagia, apalagi terbebas dari samsara.

Satu-satunya yang mengajar JMB-8 hanya Sang Buddha. Mungkin jarang orang yang mencapai (tanpa bantuan guru) kebebasan sempurna, dan lebih jarang lagi yang mengajarkannya, tapi bukan tidak ada di luar Sang Buddha.

Tentang "alam bahagia" (entah apa itu) dan "pembebasan dari samsara" itu sudah masuk ke dalam salah satu sistem kepercayaan, dan tidak relevan dibicarakan di sini.

QuoteAda yang menyebut ekayana magga sebagai referensi. Tetapi yang jadi masalah sering sekali orang menerjemahkan ekayana magga sebagai "jalan satu-satunya", tetapi yang benar adalah "jalan yang menuju kepada satu"

Thanissaro menerjemahkan 'ekayano maggo' dengan "jalan langsung" ("the direct path").

QuoteDan juga seingat saya pada saat Buddha mengatakan hal itu di Mahaparinibbana Sutta, itu bukan hal normatif, melainkan pada saat itu di India tidak ada guru-guru yang sempurna ajarannya.

Kalau begitu saya setuju: jadi kata-kata Sang Buddha itu hanya berlaku untuk konteks terbatas (di India saja, pada waktu itu saja), tidak berlaku secara global dan universal.

Sumedho

"lebih akurat" mungkin karena beliau menerjemahkan lengkap dan sehingga lebih bisa melihat secara lebih luas dan.... ini pendapat pribadi loh.

eniwe, memang benar pak hud, tidak ada perbedaan dari 3 penerjemahan itu.

Quote from: Thanisaro
"Yes, lord," Subhadda answered, and the Blessed One said, "In any doctrine & discipline where the noble eightfold path is not found, no contemplative of the first... second... third... fourth order [stream-winner, once-returner, non-returner, or arahant] is found. But in any doctrine & discipline where the noble eightfold path is found, contemplatives of the first... second... third... fourth order are found. The noble eightfold path is found in this doctrine & discipline, and right here there are contemplatives of the first... second... third... fourth order. Other teachings are empty of knowledgeable contemplatives. And if the monks dwell rightly, this world will not be empty of arahants."

Quote from: Sister Vajira & Francis Story61. And the Blessed One spoke, saying: "In whatsoever Dhamma and Discipline, Subhadda, there is not found the Noble Eightfold Path, neither is there found a true ascetic of the first, second, third, or fourth degree of saintliness. But in whatsoever Dhamma and Discipline there is found the Noble Eightfold Path, there is found a true ascetic of the first, second, third, and fourth degrees of saintliness.54 Now in this Dhamma and Discipline, Subhadda, is found the Noble Eightfold Path; and in it alone are also found true ascetics of the first, second, third, and fourth degrees of saintliness. Devoid of true ascetics are the systems of other teachers. But if, Subhadda, the bhikkhus live righteously, the world will not be destitute of arahats.

Quote from: Walshe5.27. "Dalam Dhamma dan disiplin apapun dimana tidak ditemukan Jalan Mulia berfaktor delapan, tidak akan ditemukan pertapa tingkat pertama, kedua, ketiga atau keempat.81 Tetapi pertapa demikian, tingkat pertama, kedua, ketiga atau keempat dapat ditemukan dalam Dhamma dan disiplin Jalan Mulia berfaktor delapan. Sekarang, Subhadda, dalam Dhamma dan disiplin ini Jalan Mulia berfaktor delapan ditemukan, dan di dalamnya dapat ditemukan pertapa-pertapa tingkat pertama, kedua, ketiga dan keempat. Dalam aliran-aliran lainnya tidak ada pertapa-pertapa [sejati]; tetapi jika di dalam yang satu ini para bhikkhu hidup menjalani kehidupan sempurna, dunia ini tidak akan kekuarangan Arahat.

Sama semua pak. Di ajaran dan disiplin manapun yg tidak ada JMB8, maka tidak ada para mahluk suci (1-4). Jadi mau ajaran apapun, atau tidak pakai ajaran, selama ada JMB8 maka terbuka lah jalan pencerahan.

Jadi bukan ekslusif milik Buddhis kan?
There is no place like 127.0.0.1

hudoyo

 [at] Sumedho
Faktanya JMB-8 itu sepanjang kita ketahui adalah khas Buddhis.

K.K.

JMB 8 sendiri saya belom lihat rumusannya yang dikatakan langsung oleh Buddha Gotama. Kalau untuk pedoman dan panduan kehidupan, tentu saja JMB 8 itu sangat baik, tetapi tidak bisa menjadi ukuran/harga mati jalan mencapai kesucian. Sederhananya saja samma vacca, atau ucapan benar. Dijelaskan secara sistematik bahwa ucapan benar termasuk tidak bohong, gossip, ... dan tidak berkata kasar. Sementara Pilinda Vaccha, yang dikatakan Buddha Gotama sebagai Arahat yang paling dicintai para Devata, memiliki kebiasaan memanggil orang dengan "Vasala/Paria", yang tentu saja tidak termasuk Ucapan Benar.

Sumedho

 [at] pak hud & Bro Kainyn,

nah itu dia, definisi JMB8 itu sering kali dibuat oleh kelompok tertentu jadi berbeda dan terdengar ekslusif. coba kita intip dalam sutta

ini ada terjemahan dari SN45.8 Magga-vibhanga Sutta - Sebuah analisa dari sang Jalan oleh bhikkhu Thannisaro
http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html

yah mungkin terdengar khas buddhis karena di "rangkum" oleh sang buddha saja. bisa saja diluaran sana tetap ada. seperti perhitungan phytagoras. tetap ada diluaran sana.

seperti keadaan "Diam"  "Tanpa Aku" yg dijabarkan JK, terdengar JK sekali dan diluar sana tetap ada walaupun tidak tahu jk

bro kainyn, bisa minta rujukan utk Pilinda Vaccha? mau baca jg nih
There is no place like 127.0.0.1

Kelana

 
Quote from: hudoyo on 22 July 2008, 11:49:11 PM
"Tujuannya adalah sadar"? ... hehehe, 'sadar' jangan dijadikan "tujuan", seperti 'nibbana' adalah tujuan Anda. ... Kalau 'sadar' dijadikan "tujuan", maka Anda tidak akan pernah sadar. ... 'Sadar' itu harus ada SEKARANG, pada SAAT KINI, biarpun hanya sebentar, hanya sementara. ... Dan apa yang 'ada sekarang' tidak bisa dibilang "tujuan". :)

Pak Hud, kalau saya mengatakan seperti Pak Hud katakan: 'sadar' jangan dijadikan "tujuan", berarti saya berbicara mengenai penerapan 'sadar' itu sendiri. Dan saat ini saya tidak berbicara mengenai penerapan 'sadar'. Saya hanya menjawab pertanyaan yang bersifat puthujjana dengan pikiran puthujjana. Dan saya pun yakin anda menggunakan pikiran puthujjana dan tidak sedang dalam penerapan 'sadar' alias sedang berteori.  Bahkan sekarang saya meragukan teori anda, Pak Hud. Ketika Pak Hud mengatakan: 'Sadar' itu <b>harus ada</b> SEKARANG, ini menandakan adanya usaha, upaya, ada syarat. Ini bukti bahwa Pak Hud tidak dalam penerapan 'sadar'. Hal ini berbeda dengan teori yang Pak Hud sampaikan di topik MMD.
Terlepas dari itu semua, saya memahami maksud Pak Hud, namun sayang tidak mengena bagi mereka yang masih awam akan hal ini.

QuoteApa yang Anda katakan itu adalah AJARAN agama Buddha. Jangan dicampuradukkan dengan KEBENARAN. Kebenaran--yang bukan milik Buddha, bukan milik siapa pun--ada di balik 4KM/JMB-8 itu. -- Ketika Sang Buddha mencapai pencerahan, ia melihat apa adanya (yathabhutam nyanadassanam), yaitu KEBENARAN, lalu mengajarkan SESUATU yang kemudian berkembang menjadi agama Buddha dan dikenal sebagai AJARAN 4KM/JMB-8. Tetapi 4KM/JMB-8 itu bukanlah Kebenaran itu. Kebenaran bukanlah rumusannya; karena Kebenaran itu satu dan rumusan kebenaran itu banyak. The word is not the thing. -- Saya pribadi tidak lagi menganut 4KM/JMB-8 sebagai rumusan kebenaran. Saya pribadi merasa lebih cocok dengan sabda Sang Buddha: "Para bhikkhu, saya hanya mengajarkan dukkha dan lenyapnya dukkha." Titik. Tidak ada JMB-8 di situ. Bagi saya, sabda Sang Buddha itu lebih cocok dengan pengalaman vipassana saya; tidak terlalu banyak kata-kata, pikiran digunakan di situ seperti dalam 4KM/JMB-8. -- Bahkan saya lebih cocok lagi dengan sabda Sang Buddha, "Pafra bhikkhu, seperti samudra mempunyai satu rasa yakni rasa asin, begitu pula Dhamma ini mempunyai satu rasa, yakni rasa pembebasan." Dhamma adalah pembebasan, dan pembebasan adalah sadar. Titik. Tidak bertele-tele dengan kata-kata, rumusan, bahasa.

Pertama, dari penjelasan Pak Hud disini, jelas dan menjadi jelas adanya jalan yaitu  AJARAN 4KM/JMB-8 apapun yang Pak Hud istilahkan, apakah rumusan, ajaran dll. Benar bahwa Sang Buddha melihat apa adanya (yathabhutam nyanadassanam), yaitu KEBENARAN lalu mengajarkan SESUATU. Sampai sini nampaknya Pak Hud tidak tegas menjelaskan SESUATU itu apa, tapi dalam Dhammacakkapavatana Sutta jelas Sang Buddha menyampaikan 4KM/JMB-8. Pak Hud tidak memiliki alasan untuk menyanggah bahwa yang disampaikan Sang Buddha kepada 5 petapa itu adalah 4KM/JMB-8. Singkatnya Sang Buddha melihat apa adanya (yathabhutam nyanadassanam) KEBENARAN dan menyampaikannya dengan rumusan-rumusan yaitu 4KM/JMB-8. Jadi 4KM/JMB-8 BUKAN ajaran agama Buddha tetapi PERNYATAAN BUDDHA yang kemudian menjadi pondasi agama Buddha.

Kedua, adalah benar bahwa 4KM/JMB-8 bukanlah KEBENARAN SESUNGGUHnya, tetapi ia adalah JALAN. Oleh karena itu sampai saat ini saya tidak pernah mengatakan bahwa 4KM/JMB-8 adalah KEBENARAN itu sendiri. Tetapi di ujung JALAN itulah KEBENARAN  itu ada. Tanpa memberikan, menerapkannya pada 4KM/JMB-8 orang tidak akan melihat KEBENARAN SESUNGGUHNYA. Jadi Pak Hud salah sasaran jika menganggap saya mencampuradukan. Jadi tetap bagi saya bahwa ada JALAN, dan jalan inilah yang dipertanyakan dalam thread, bukan masalah KEBENARAN tidak sama dengan 4KM/JMB-8, yang justru menegaskan adanya JALAN karena terpisahnya DHAMMA sebagai KEBENARAN dengan 4KM/JMB-8 sebagai Rumusan/JALAN.

Quote
Silakan. Sikap saya sudah jelas dalam thread ini. Kalau sadar itu terjadi pada saat sekarang, tidak ada tujuan di masa depan, dan tidak ada jalan untuk mencapai tujuan itu.

Yup, dengan demikian Pak Hud tidak menjawab pertanyaan thread yaitu mengenai Jalan tetapi justru mengenai apa itu sadar. Saya tidak tahu motivasi Pak Hud memunculkan post yang dijawab dengan tidak sesuai. Bagi saya OTT, Pak Hud. Sorry. Tapi semoga bermanfaat bagi yang lain.


QuoteBila Anda benar-benar mengenali aku, tidak ada lagi konsep-konsep "pandangan benar, pikiran benar, samadhi benar" dll itu, Bahkan tidak ada lagi konsep "BENAR" (SAMMA-) dan "TIDAK BENAR" (MICCHA-). Tidak ada lagi 4KM/JMB-8.

Sekali lagi saya sampaikan Pak Hud, saya sebagai seorang puthujjana , tidak sedang menerapkan 'sadar', kecuali mungkin Pak Hud sekarang sedang (menggunakan) 'sadar'. Tapi jika (menggunakan) 'sadar' mengapa masih mempermasalahkan (terganggu) dengan pernyataan "ada jalan.", masih mempermasalahkan keberadaan "konsep-konsep "pandangan benar, pikiran benar, samadhi benar" dengan berusaha mengatakan tidak ada 4KM/JMB-8. Ketika dinyatakan ADANYA JALAN mengapa menolak. ::)

QuotePerkara 'narkoba', silakan saja main-main dengan narkoba. Saya tidak.

Narkoba dalam kedokteran pun tidak digunakan untuk main-main, Pak Hud, tetapi dengan penggunaan yang hati-hati untuk kasus-kasus tertentu. Bagi Pak Hud mungkin tidak perlu, tapi mungkin orang lain perlu. Bagi saya menggeneralisasikan sesuatu adalah wujud dari AKU yang tidak melihat dan menerima perbedaan apa adanya.

Yaa... bagaimana ya Pak Hud...kadangkala beberapa orang yang sedang menggunakan narkoba tidak sadar bahwa ia telah menggunakan narkoba sehingga mengatakan:  'Saya tidak' menggunakan. :)

Selanjutnya saya tidak bisa berkomentar lagi karena bagi saya ternyata sudah beda bahasan dan akhiran.
_/\_
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Kelana

Quote from: Suchamda on 26 July 2008, 10:47:59 AM
QuoteBTW, kutipan Drukpa Kunley itu apa maksudnya yah? Ada yang bisa jelasin?


Artinya :
- Tidak perlu sesuai dengan idealisme 8JM juga bisa mencapai Kebuddhaan.
- "Suci" pun tak perlu didefinisikan atau dikhayalkan ini itu sesuai dengan kemauanku sendiri.
- Demikian pula p*n*s (=ego) bisa membesar ataupun mengecil, tergantung kebutuhan apakah ada 'wanita' (=orang yg perlu dicerahkan) yang sedang birahi (=nafsu berdebat).  ;D
- Apakah perlu menilai ego orang itu besar atau kecil? Itu berarti masih dalam dualisme. Dalam pencerahan, tidak masalah apakah ego besar atau tidak punya ego. Sama saja. Mengatakan bahwa untuk tercerahkan perlu meniadakan ego, itupun masih dualisme (eg: ada tujuan; Pak Hud mengatakan tidak perlu tujuan).
- Drukpa Kunley menjadi santo, karena menyadarkan orang-orang yang melekat pada "kesucian" palsu (yg muncul dari pikiran dualistik).
- Pencerahan itu bukan sekedar memeluk yang baik2 dan melepas yg buruk2, tapi pada intinya adalah melepas kemenduaan (dualisme). Itulah sumber segala konflik. Akar dari LDM adalah pikiran dualistik.


akhirnya menggunakan kata-kata yang bisa dimengerti juga :whistle: ;D
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Suchamda

Quote from: Kelana on 28 July 2008, 11:17:11 AM
Quote from: Suchamda on 26 July 2008, 10:47:59 AM
QuoteBTW, kutipan Drukpa Kunley itu apa maksudnya yah? Ada yang bisa jelasin?


Artinya :
- Tidak perlu sesuai dengan idealisme 8JM juga bisa mencapai Kebuddhaan.
- "Suci" pun tak perlu didefinisikan atau dikhayalkan ini itu sesuai dengan kemauanku sendiri.
- Demikian pula p*n*s (=ego) bisa membesar ataupun mengecil, tergantung kebutuhan apakah ada 'wanita' (=orang yg perlu dicerahkan) yang sedang birahi (=nafsu berdebat).  ;D
- Apakah perlu menilai ego orang itu besar atau kecil? Itu berarti masih dalam dualisme. Dalam pencerahan, tidak masalah apakah ego besar atau tidak punya ego. Sama saja. Mengatakan bahwa untuk tercerahkan perlu meniadakan ego, itupun masih dualisme (eg: ada tujuan; Pak Hud mengatakan tidak perlu tujuan).
- Drukpa Kunley menjadi santo, karena menyadarkan orang-orang yang melekat pada "kesucian" palsu (yg muncul dari pikiran dualistik).
- Pencerahan itu bukan sekedar memeluk yang baik2 dan melepas yg buruk2, tapi pada intinya adalah melepas kemenduaan (dualisme). Itulah sumber segala konflik. Akar dari LDM adalah pikiran dualistik.


akhirnya menggunakan kata-kata yang bisa dimengerti juga :whistle: ;D

Yang mengerti itu cuman pikiran anda. Buat apa??
Kelihatannya anda tetap tidak mengerti. :))
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

K.K.

Quote from: Sumedho on 28 July 2008, 10:37:25 AM
...
bro kainyn, bisa minta rujukan utk Pilinda Vaccha? mau baca jg nih

Saya pernah baca di sutta lain, tapi tidak ingat. Yang saya ingat hanya di Dhammapada Atthakata, Brahmana Vagga, 408. Untuk "status" sebagai "yang paling dicintai devata", disebutkan dalam Anguttara Nikaya I, 14, Etadaggavagga.

hudoyo

Quote from: Sumedho on 28 July 2008, 10:37:25 AM
[at] pak hud & Bro Kainyn,
nah itu dia, definisi JMB8 itu sering kali dibuat oleh kelompok tertentu jadi berbeda dan terdengar ekslusif. coba kita intip dalam sutta
ini ada terjemahan dari SN45.8 Magga-vibhanga Sutta - Sebuah analisa dari sang Jalan oleh bhikkhu Thannisaro
http://dhammacitta.org/tipitaka/sn/sn45/sn45.008.than.html
yah mungkin terdengar khas buddhis karena di "rangkum" oleh sang buddha saja. bisa saja diluaran sana tetap ada. seperti perhitungan phytagoras. tetap ada diluaran sana.

Saya sudah membaca isi Maggavibhanga-sutta, yang juga terdapat dalam banyak sutta. Jelas sekali isi sutta itu merupakan intisari ajaran Buddha dan TIDAK TERDAPAT dalam ajaran lain.

Tidak perlu berbicara secara abstrak, tolong, di dalam agama-agama & ajaran-ajaran spiritual yang ada di dunia ini, silakan tunjukkan, lengkap dengan referensinya, mana yang merumuskan jalannya sebagai JMB-8 selain Buddhisme ?

Quoteseperti keadaan "Diam"  "Tanpa Aku" yg dijabarkan JK, terdengar JK sekali dan diluar sana tetap ada walaupun tidak tahu jk

Ini benar, karena kata 'diam' & 'tanpa aku' itu tidak pernah diidentikkan secara eksklusif dengan ajaran JK, tidak seperti JMB-8 yang di mana pun di dunia ini selalu diidentikkan dengan ajaran Buddha. Jadi 'diam', 'tanpa aku' itu bersifat universal (juga terdapat di dalam Buddhisme); lain dengan JMB-8 yang bersifat eksklusif Buddhis.

hudoyo