Cara mengamati emosi

Started by tula, 27 June 2008, 09:12:17 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

delima259

sejak gabung di sini sih..
udah beberapa e-book jadi santapan sehari-hari..
and mulai belajar juga menenangkan diri lewat meditasi.. :D

mostly kemarahan  hanya karena gemes ngeliat org yg tdk bekerja dengan benar..
tapi kembali lagi.. how the hell Iam sih.. gw jg terkadang bekerja nga perfect.

yahh.. thanks too this forum.. udah mulai bisa bersantai dikit lah..

**ada yg bilang.. gw lahir di tahun naga dan hari naga.. makanya jadi gampang marah**
hohohoo..

johan3000

Quote from: Felix Thioris on 28 June 2008, 06:33:35 AM
Quote from: Kemenyan on 27 June 2008, 10:23:03 PM
Um...
Saya juga termasuk orang yg gampang emosi :hammer: ....

Kalau saya, sesaat sebelum emosi melesat...
ada sesuatu yang naek (mungkin bahasa kerennya: naek darah) dari bulu kuduk ke ubun2x...

Kalau saya selama ini,
Selalu telat menyadari kalau emosi udah naek ke ubun2x,
Sehingga action setelahnya tidak bisa dicegah lage... (gubrak meja lah... dinding lah...)
Selalu nyadarnya setelah ngegubrak meja en dada mendidih...

Kalau masalah cara menyadari...
Um... Meditasi bisa... nampaknya...
tapi meditasi yg style'nya melepas...
Kalau boleh kasih saran sich...
Coba lirik Thread MMD

Hm.. Sama nich... Emosi sesaat banyak ruginya... Gw dah pernah pecahin kaca pintu akhirnya keluar duit ganti kaca 400 rb, hajar meja tangan patah Rp. 7 juta, hm... Parah... Bukan menyelesaikan masalah malah menambah masalah baru. Itulah kerugian dari emosi sesaat yg tidak di kendalikan ...

Belum bisa memberi saran apa2 saat ini, karna masih belajar untuk mengendalikan emosi. Yah intinya emosi itu merugikan bukan hanya diri sendiri, tetapi jg mempengaruhi lingkungan sekitar menjadi tidak nyaman jg.

:)

Boleh posting gambar tangannya yg lagi patah... beserta nota tagihannya...
supaya lebih mengingatkan kita BAHAYA KEMARAHAAN.....

7jt.....(= nice DSLR....)

thanks sebelumnya
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Forte

Quote from: delima259 on 11 November 2008, 11:52:44 AM
**ada yg bilang.. gw lahir di tahun naga dan hari naga.. makanya jadi gampang marah**
hohohoo..

ya.. kadang dengan mengetahui itu.. bisa ada guna ngerem dikit..
"wah.. gw ini pemarah.. maka gw coba kendalikan marah.."
awal2 jebol itu biasa.. tapi keep practise.. practise make perfect..
ya salah satunya dengan cara seperti cerita suhu tadi..


candra_mukti19

Quote from: tula on 27 June 2008, 09:12:17 PM
alo cmua .. tula mau nitip nanya .. mengenai sala 1 artikel yg ada di dc ini ....
from this artikel link :
http://dhammacitta.org/artikel/wi-tjong/sharing-batin-yg-belum-dewasa

Quote
Oleh karena itu, mulailah berlatih. Jagalah batin kita masing-masing agar tetap tenang dan seimbang. Ketahui lalu diamatilah setiap reaksi batin sekecil apapun seperti gelisah, takut, khawatir, benci, marah, bosan, birahi dsb. Reaksi ini semakin lama akan semakin jarang muncul, mulai hilang kekuatannya, batin akhirnya menjadi seimbang dan kebahagian sejatilah yg kita rasakan dalam batin yg telah dewasa. Jangan hanya percaya atau mengerti saja, tetapi buktikan dan alamilah sendiri.

nah .. yg tula bold itu .... gimana cara ngamatin reaksi emosi jiwa itu ? karena selama ini yg tula rasain .. ya tiba2 aja muncul, diamati gmana kurang ngerti ...
ada yg bilang (beberapa sepuh dc ...) harus uda terbiasa dan terlatih meditasi, meditasi yg mana ?

kalo bisa pake contoh biar gampang ngerti nya ya para sepuh ... :D

contoh yg tula kira2 kaya gini
kita lakuin sesuatu kesalahan trus dimarain ... trus jadi emosi .. ya uda emosi ... diamatin apanya ? penyebab kesalahan ? tula pikir itu bukan mengamati kemarahan tp mencari penyebab kemarahan .. (lain kan), ada yg bilang ya itu di perhatikan timbul dan tenggelamnya kemarahan ... nah ini .. perhatiken gimana ? kalo mau amarah tenggelem ya selama ini alihkan pikiran dari hal tersebut

sebelumnya, kamcia, xie xie, tenkuy, tangs, arigator, sangkyu ...

ini postingan yang udah agak lama rupanya, tapi saya tertarik untuk mendiskusikannya.
saya belum baca semua postingan teman-teman mengenai "cara mengamati emosi". jadi, mungkin isi komentar saya ini sudah ada teman lain yang ngebahas. tapi gpp khan? ini berbagai pengalaman saja.

mengamati marah "misalnya". kita dapat sadar atau merasakan "marah" tersebut ketika "marah" itu muncul dalam diri kita. sebagian orang tidak sempat sadar kalau dirinya marah, dia hanya sadar kalau dirinya sangat ingin melakukan tindakan "menyerang" terhadap orang (misalnya)yang menyebabkan dirinya marah. dan sebagian orang tidak sempat pula menyadari keinginan untuk menyerang ini, dengan tiba-tiba dia sudah menyerang dan melakukan tindakan brutal, misalnya dengan memukul atau membunuh. lalu dia baru sadar kalau dirinya telah marah dan menyerang dengan brutal setelah hal itu usai terjadi. jadi , ketika kita dapat sadar bahwa diri kita sedang marah, maka itu sudah merupakan sesuatu yang "kondisi cukup baik".
tapi, ada kondisi kesadaran yang lebih baik lagi dari itu. yaitu ketika kita dapat sadar ketika marah tersebut, apa yang menyebabkan diri kita marah. jika saya bertanya kepda orang yang sedang marah, "mengapa kamu marah?" dia menjawab, "karena merka menghina saya". nah, dia sadar bahwa sebab kemarahannya adalah hinaan mereka. tapi di sini dia tidak sadar akan proses yang telah luput dari pengamatannya. yaitu "pikiran yang memproses ucapan yang menghina" tersebut. sekeras-kerasnya hinaan orang lain, mustahi dapat menimbulkan kemarahan dalam batin kita, jika di dalam batin kita tidak ada pikiran yang memproses. hal ini akan terbukti dalam praktik meditasi vippasana, dimana proses pemikiran harus dihentikan, dan kita hanya harus sadar dan mengamati segala sesuatu apa adanya. ketika tidak lagi muncul proses pemikiran dalam alam sadar maupun bawah sadar, maka kemarahan itu tidak dapat muncul lagi di dalam diri kita. itulah yang saya alami dan saya ketahui.

Reenzia

 [at] candra_mukti19
penjelasannya bagus sekali, intinya bila kita bisa sadar apa yang akan terjadi, bahkan sebelum orang tersebut menghina, anda sudah menyadari bahwa dia akan menghina akan lebih hebat lagi, intinya ya cuma satu, yaitu kesadaran

fabian c

Quote from: candra_mukti19 on 17 November 2008, 01:23:15 PM
Quote from: tula on 27 June 2008, 09:12:17 PM
alo cmua .. tula mau nitip nanya .. mengenai sala 1 artikel yg ada di dc ini ....
from this artikel link :
http://dhammacitta.org/artikel/wi-tjong/sharing-batin-yg-belum-dewasa

Quote
Oleh karena itu, mulailah berlatih. Jagalah batin kita masing-masing agar tetap tenang dan seimbang. Ketahui lalu diamatilah setiap reaksi batin sekecil apapun seperti gelisah, takut, khawatir, benci, marah, bosan, birahi dsb. Reaksi ini semakin lama akan semakin jarang muncul, mulai hilang kekuatannya, batin akhirnya menjadi seimbang dan kebahagian sejatilah yg kita rasakan dalam batin yg telah dewasa. Jangan hanya percaya atau mengerti saja, tetapi buktikan dan alamilah sendiri.

nah .. yg tula bold itu .... gimana cara ngamatin reaksi emosi jiwa itu ? karena selama ini yg tula rasain .. ya tiba2 aja muncul, diamati gmana kurang ngerti ...
ada yg bilang (beberapa sepuh dc ...) harus uda terbiasa dan terlatih meditasi, meditasi yg mana ?

kalo bisa pake contoh biar gampang ngerti nya ya para sepuh ... :D

contoh yg tula kira2 kaya gini
kita lakuin sesuatu kesalahan trus dimarain ... trus jadi emosi .. ya uda emosi ... diamatin apanya ? penyebab kesalahan ? tula pikir itu bukan mengamati kemarahan tp mencari penyebab kemarahan .. (lain kan), ada yg bilang ya itu di perhatikan timbul dan tenggelamnya kemarahan ... nah ini .. perhatiken gimana ? kalo mau amarah tenggelem ya selama ini alihkan pikiran dari hal tersebut

sebelumnya, kamcia, xie xie, tenkuy, tangs, arigator, sangkyu ...

ini postingan yang udah agak lama rupanya, tapi saya tertarik untuk mendiskusikannya.
saya belum baca semua postingan teman-teman mengenai "cara mengamati emosi". jadi, mungkin isi komentar saya ini sudah ada teman lain yang ngebahas. tapi gpp khan? ini berbagai pengalaman saja.

mengamati marah "misalnya". kita dapat sadar atau merasakan "marah" tersebut ketika "marah" itu muncul dalam diri kita. sebagian orang tidak sempat sadar kalau dirinya marah, dia hanya sadar kalau dirinya sangat ingin melakukan tindakan "menyerang" terhadap orang (misalnya)yang menyebabkan dirinya marah. dan sebagian orang tidak sempat pula menyadari keinginan untuk menyerang ini, dengan tiba-tiba dia sudah menyerang dan melakukan tindakan brutal, misalnya dengan memukul atau membunuh. lalu dia baru sadar kalau dirinya telah marah dan menyerang dengan brutal setelah hal itu usai terjadi. jadi , ketika kita dapat sadar bahwa diri kita sedang marah, maka itu sudah merupakan sesuatu yang "kondisi cukup baik".
tapi, ada kondisi kesadaran yang lebih baik lagi dari itu. yaitu ketika kita dapat sadar ketika marah tersebut, apa yang menyebabkan diri kita marah. jika saya bertanya kepda orang yang sedang marah, "mengapa kamu marah?" dia menjawab, "karena merka menghina saya". nah, dia sadar bahwa sebab kemarahannya adalah hinaan mereka. tapi di sini dia tidak sadar akan proses yang telah luput dari pengamatannya. yaitu "pikiran yang memproses ucapan yang menghina" tersebut. sekeras-kerasnya hinaan orang lain, mustahi dapat menimbulkan kemarahan dalam batin kita, jika di dalam batin kita tidak ada pikiran yang memproses. hal ini akan terbukti dalam praktik meditasi vippasana, dimana proses pemikiran harus dihentikan, dan kita hanya harus sadar dan mengamati segala sesuatu apa adanya. ketika tidak lagi muncul proses pemikiran dalam alam sadar maupun bawah sadar, maka kemarahan itu tidak dapat muncul lagi di dalam diri kita. itulah yang saya alami dan saya ketahui.

benar sekali.. saudara Candra Mukti.. GRP untuk anda..tetapi ada perbedaan sedikit, pikiran yang muncul apabila diperhatikan dia akan berhenti sendiri, tak perlu dihentikan. Bila berusaha dihentikan maka ada pemaksaan dan kita sudah terlibat lagi dalam proses berpikir tanpa kita sadari..

semoga batin kita semua tetap maju.

sukhi hotu
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

candra_mukti19

Quote from: febian
benar sekali.. saudara Candra Mukti.. GRP untuk anda..tetapi ada perbedaan sedikit, pikiran yang muncul apabila diperhatikan dia akan berhenti sendiri, tak perlu dihentikan. Bila berusaha dihentikan maka ada pemaksaan dan kita sudah terlibat lagi dalam proses berpikir tanpa kita sadari..

semoga batin kita semua tetap maju.

sukhi hotu

diantara 4 landasan perhatian, yaitu tubuh, perasaan, kesadaran dan bentuk-bentuk batin, maka bagi saya mengamati pikiran (salah satu bentuk batin), merupakan hal yang paling sulit dilakukan. saya dapat dengan mudah mengamati/memperhatikan perasaan,"inilah perasaan senang, netral dan tidak suka." untuk mengamati kesadaran, saya dapat melakukannya pula dengan mudah, "inilah kesadaran melihat, mendengar, dll". tapi, bagaimana teknik yang efektif untuk mengamati pikiran? pikiran yang bekerja seringkali lolos dari pengamatan, terutama ketika saya sedang berkomunikasi? ketika menulis naskah dan ketika berdiskusi seperti dalam forum diskusi ini. saya terlalu sibuk memperhatikan teks pada layar monitor, sibuk memperhatikan bahan tulisan, melihat sistematika tulisan, dll dan hal itu membuat saya tidak sempat memperhatikan bagaimana pikiran ini berproses. nah, apakah anda punya saran?

candra_mukti19

dan satu lagi yang ingin saya tanyakan. ada lima unsur diri manusia, yaitu tubuh, perasaan, kesadaran, pencerapan dan bentuk-bentuk mental. tapi mengapa landasan perhatian itu cuma 4, gak 5? mohon pencerahannya!

Lex Chan

menurut saya, tidak apa2 jika lolos dari pengamatan pada saat aktivitas kerja se-hari2..
biarkan saja secara alami.

justru keinginan untuk mengamati pikiran ini berproses adalah pikiran itu sendiri yang juga perlu disadari :)

barangkali jika ingin mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengamati secara utuh, perlu mengikuti semacam program retret.
"Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway"
-Mother Teresa-

fabian c

#54
Quote from: candra_mukti19 on 17 November 2008, 02:00:38 PM
Quote from: febian
benar sekali.. saudara Candra Mukti.. GRP untuk anda..tetapi ada perbedaan sedikit, pikiran yang muncul apabila diperhatikan dia akan berhenti sendiri, tak perlu dihentikan. Bila berusaha dihentikan maka ada pemaksaan dan kita sudah terlibat lagi dalam proses berpikir tanpa kita sadari..

semoga batin kita semua tetap maju.

sukhi hotu

diantara 4 landasan perhatian, yaitu tubuh, perasaan, kesadaran dan bentuk-bentuk batin, maka bagi saya mengamati pikiran (salah satu bentuk batin), merupakan hal yang paling sulit dilakukan. saya dapat dengan mudah mengamati/memperhatikan perasaan,"inilah perasaan senang, netral dan tidak suka." untuk mengamati kesadaran, saya dapat melakukannya pula dengan mudah, "inilah kesadaran melihat, mendengar, dll". tapi, bagaimana teknik yang efektif untuk mengamati pikiran? pikiran yang bekerja seringkali lolos dari pengamatan, terutama ketika saya sedang berkomunikasi? ketika menulis naskah dan ketika berdiskusi seperti dalam forum diskusi ini. saya terlalu sibuk memperhatikan teks pada layar monitor, sibuk memperhatikan bahan tulisan, melihat sistematika tulisan, dll dan hal itu membuat saya tidak sempat memperhatikan bagaimana pikiran ini berproses. nah, apakah anda punya saran?

Saudara Candra mukti yang baik,

Perhatian yang murni hanya memperhatikan dan tidak memproses input yang diterima, tapi dalam pekerjaan sehari hari kalau kita begitu (tidak menjawab bila dipanggil) maka nanti bisa dikirim ke psikiater kan...? disangka sakit jiwa..

oleh karena itu paling bagus memperhatikan pikiran dilakukan pada waktu kita sedang meditasi berdiam diri, karena pikiran itu justru adalah objek yang mau kita perhatikan, tetapi pada waktu di kantor lain lagi, pikiran itu kita perlukan untuk kita pergunakan menganalisa, membandingkan, berpikir dan sebagainya.

Kesadaran sebenarnya hanya bisa melakukan kegiatan hanya satu pada satu saat, tetapi pada orang yang pikirannya tidak terkonsentrasi maka pikiran berpindah-pindah dengan cepat sekali.

Jadi saran saya berpikirlah bila sedang bekerja atau sedang beraktivitas, tetapi bila sedang tidak ada kerjaan atau sedang istirahat...anda boleh mencoba berdiam diri dan berusaha mengamati pikiran...

Semoga keterangan ini membantu,

sukhi hotu
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

#55
Quote from: candra_mukti19 on 17 November 2008, 02:03:59 PM
dan satu lagi yang ingin saya tanyakan. ada lima unsur diri manusia, yaitu tubuh, perasaan, kesadaran, pencerapan dan bentuk-bentuk mental. tapi mengapa landasan perhatian itu cuma 4, gak 5? mohon pencerahannya!

Saudara Candra Mukti yang baik,

Karena yang satu lagi, yaitu kesadaran (kadang disebut dengan istilah knowing mind) justru diperlukan untuk menyadari ke empat faktor yang lain. Citta pada Vipassana adalah bentuk-bentuk pikiran. selama pengetahuan kita melihat bentuk-bentuk belum matang, mungkin kita belum mampu membedakan kesadaran dengan bentuk bentuk pikiran.

Ada penerjemahan yang saya rasa kurang akurat mengenai sanna yang sering diterjemahkan pencerapan, saya kira penerjemahan yang paling tepat dari sanna adalah persepsi atau ingatan. sedangkan sankhara dibilang sebagai bentuk-bentuk mental, saya rasa sankhara mungkin lebih tepat disebut sebagai impuls-impuls mental (batin). Jadi menurut saya Citta adalah gabungan sankhara dan sanna (untuk lebih tepatnya mungkin lebih baik cari rujukan dengan yang lebih ahli dalam Abhidhamma seperti Sis Lily.W. atau bro Markos Prawira.

Sedangkan vedana sama saja.

Dhamma dalam Vipassana adalah hal-hal yang tidak termasuk vedana, citta dan rupa, umpamanya tujuh faktor pencerahan (satta bhojanga), lima nivarana dll...

Jadi kesadaran diperlukan untuk mengamati keempat landasan perhatian yang lain.

atau dengan kata lain kesadaran diperlukan untuk mengamati keempat unsur diri manusia yang lain

Semoga keterangan ini membantu...

sukhi hotu.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

candra_mukti19

Quote from: febian
Saudara Candra mukti yang baik,

Perhatian yang murni hanya memperhatikan dan tidak memproses input yang diterima, tapi dalam pekerjaan sehari hari kalau kita begitu (tidak menjawab bila dipanggil) maka nanti bisa dikirim ke psikiater kan...? disangka sakit jiwa..

oleh karena itu paling bagus memperhatikan pikiran dilakukan pada waktu kita sedang meditasi berdiam diri, karena pikiran itu justru adalah objek yang mau kita perhatikan, tetapi pada waktu di kantor lain lagi, pikiran itu kita perlukan untuk kita pergunakan menganalisa, membandingkan, berpikir dan sebagainya.

Kesadaran sebenarnya hanya bisa melakukan kegiatan hanya satu pada satu saat, tetapi pada orang yang pikirannya tidak terkonsentrasi maka pikiran berpindah-pindah dengan cepat sekali.

Jadi saran saya berpikirlah bila sedang bekerja atau sedang beraktivitas, tetapi bila sedang tidak ada kerjaan atau sedang istirahat...anda boleh mencoba berdiam diri dan berusaha mengamati pikiran...

Semoga keterangan ini membantu,

sukhi hotu

o, gitu ya? saya kira kita harus memperhatikan pikiran ini setiap waktu setiap saat. masalahnya, kalau tidak diperhatikan seringkali gak sadar muncul proses pemikiran yang berbahaya. kesombongn, kemarahan, iri, benci yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari itu kan datangnya dari proses pemikiran yang kurang terperhatikan tersebut. jadi, kalo hanya memperhatikan pikiran-pikiran pada saat meditasi saja, lalu bagaimana caranya menjaga batin kita agar tidak ternoda dalam kegiatan sehari-hari?

candra_mukti19

Quote from: fabian c on 17 November 2008, 05:04:41 PM
Quote from: candra_mukti19 on 17 November 2008, 02:03:59 PM
dan satu lagi yang ingin saya tanyakan. ada lima unsur diri manusia, yaitu tubuh, perasaan, kesadaran, pencerapan dan bentuk-bentuk mental. tapi mengapa landasan perhatian itu cuma 4, gak 5? mohon pencerahannya!

Saudara Candra Mukti yang baik,

Karena yang satu lagi, yaitu kesadaran (kadang disebut dengan istilah knowing mind) justru diperlukan untuk menyadari ke empat faktor yang lain. Citta pada Vipassana adalah bentuk-bentuk pikiran. selama pengetahuan kita melihat bentuk-bentuk belum matang, mungkin kita belum mampu membedakan kesadaran dengan bentuk bentuk pikiran.

Ada penerjemahan yang saya rasa kurang akurat mengenai sanna yang sering diterjemahkan pencerapan, saya kira penerjemahan yang paling tepat dari sanna adalah persepsi atau ingatan. sedangkan sankhara dibilang sebagai bentuk-bentuk mental, saya rasa sankhara mungkin lebih tepat disebut sebagai impuls-impuls mental (batin). Jadi menurut saya Citta adalah gabungan sankhara dan sanna (untuk lebih tepatnya mungkin lebih baik cari rujukan dengan yang lebih ahli dalam Abhidhamma seperti Sis Lily.W. atau bro Markos Prawira.

Sedangkan vedana sama saja.

Dhamma dalam Vipassana adalah hal-hal yang tidak termasuk vedana, citta dan rupa, umpamanya tujuh faktor pencerahan (satta bhojanga), lima nivarana dll...

Jadi kesadaran diperlukan untuk mengamati keempat landasan perhatian yang lain.

atau dengan kata lain kesadaran diperlukan untuk mengamati keempat unsur diri manusia yang lain

Semoga keterangan ini membantu...

sukhi hotu.

saya rasa, saya sudah dapat membedakan antara kesadaran dengan bentuk-bentuk pikiran.

bukankah kesadaran itu sendiri dapat diperhatikan? ada 6 bentuk kesadaran, yaitu kesadaran melihat melihat,mendengar, meraba, menicum, pengecapan, dan kesan pemikiran. jika ini disebut kesadaran, maka yang memperhatikan kesadaran tersebut disebut apa?

saya faham, kalo sanna itu artinya persepsi. dan untuk menyebut perspsi ini sebagian orang menyebutnya dengan istilah pencerapan, karena pengetahuan-pengetahuan diserap melalui perspsi ini.

tapi saya kurang mengerti dengan apa yang anda maksud dengan citta. bukankah citta itu kesadaran? sedangkan sanna = persepsi, sankara = impuls-impuls batin. ketika kita sadar akan sesuatu, persepsi selalu muncul walaupun demikian kesadaran dengan persepsi itu lebih dulu muncul kesadaran. tul gak? kesdaran muncul, kemudian diikuti oleh persepsi, sankara dan terakhir perasaan. tul gak? dan bisakah anda menjelaskan bagaimana detailnya mengenai impuls-impuls batin itu? apa perbedaannya dengan dhamma?

Lily W

#58
Kaitan Abhidhamma dengan Pancakkhandha :

Pancakkhandha :                 Abhdihamma :
1. Rupakkhandha ----------> Rupa 28
2. Vedanakkhandha --------> Vedana Cetasika
3. Sannakkhandha ---------> Sanna Cetasika
4. Sankharakkhanda -------> Cetasika 50
5. Vinnanakkhandha -------> Citta 89 / 121

Cetasika ( bentuk-bentuk Pikiran/faktor-faktor batin) itu terdiri dari 52 macam yaitu Vedanakkhandha (Vedana cetasika), Sannakkhandha (sanna cetasika) dan Sankharakkhanda (cetasika 50).
Macam-macam cetasika bisa di liat di link http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=422.0

Sifat khas cetasika :
1.   Munculnya bersamaan dengan citta
2.   Padamnya bersamaan dengan citta
3.   Objeknya sama dengan citta
4.   Landasannya sama dengan citta


Citta (kesadaran) adalah bagian batin yang menyadari adanya objek.

Setiap citta selalu di ikuti 7 Cetasika Netral yaitu Kontak, perasaan, pencerapan, kehendak, konsentrasi, perhatian, dan vitalitas hidup.

_/\_ :lotus:


~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

fabian c

#59
Quote from: candra_mukti19 on 18 November 2008, 01:40:58 PM
Quote from: febian
Saudara Candra mukti yang baik,

Perhatian yang murni hanya memperhatikan dan tidak memproses input yang diterima, tapi dalam pekerjaan sehari hari kalau kita begitu (tidak menjawab bila dipanggil) maka nanti bisa dikirim ke psikiater kan...? disangka sakit jiwa..

oleh karena itu paling bagus memperhatikan pikiran dilakukan pada waktu kita sedang meditasi berdiam diri, karena pikiran itu justru adalah objek yang mau kita perhatikan, tetapi pada waktu di kantor lain lagi, pikiran itu kita perlukan untuk kita pergunakan menganalisa, membandingkan, berpikir dan sebagainya.

Kesadaran sebenarnya hanya bisa melakukan kegiatan hanya satu pada satu saat, tetapi pada orang yang pikirannya tidak terkonsentrasi maka pikiran berpindah-pindah dengan cepat sekali.

Jadi saran saya berpikirlah bila sedang bekerja atau sedang beraktivitas, tetapi bila sedang tidak ada kerjaan atau sedang istirahat...anda boleh mencoba berdiam diri dan berusaha mengamati pikiran...

Semoga keterangan ini membantu,

sukhi hotu

o, gitu ya? saya kira kita harus memperhatikan pikiran ini setiap waktu setiap saat. masalahnya, kalau tidak diperhatikan seringkali gak sadar muncul proses pemikiran yang berbahaya. kesombongn, kemarahan, iri, benci yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari itu kan datangnya dari proses pemikiran yang kurang terperhatikan tersebut. jadi, kalo hanya memperhatikan pikiran-pikiran pada saat meditasi saja, lalu bagaimana caranya menjaga batin kita agar tidak ternoda dalam kegiatan sehari-hari?

Saudara Candra Mukti yang baik..

setahu saya dalam teori meditasi Vipassana tidak dikatakan bahwa kita harus memperhatikan pikiran setiap saat, memang kalau kita sedang bermeditasi intensif kita dianjurkan untuk lebih waspada, tetapi bukan hanya pikiran yang harus diperhatikan. juga jasmani pada waktu kita sedang melakukan kegiatan-kegiatan.

Umpamanya anda adalah ahli sirkus peniti tali, apakah bijaksana untuk mengamati pikiran pada waktu anda sedang meniti tali dan dalam keadaan kritis demikian? Demikian juga pada waktu anda sedang membaca untuk mempelajari sesuatu, apakah anda akan berusaha memperhatikan pikiran, bukan menyelami arti dari artikel yang ditulis dalam buku tersebut...?

Sebenarnya kekotoran batin akan nampak dengan mudah bila kita memiliki konsentrasi yng baik (sebelum kekotoran batin meledak), tetapi bila kita berusaha memperhatikan dengan tanpa memiliki konsentrasi sekalipun kekotoran batin yang kasar mungkin tak nampak...

dalam kehidupan sehari-hari keadaannya juga sama saja. Konsentrasi diperlukan untuk melihat kekotoran batin.

Oleh karena itu kita memerlukan retret intensif untuk memperkuat konsentrasi, kewaspadaan juga akan meningkat bila konsentrasi meningkat, dengan bertambah kuatnya kewaspadaan maka kita mampu melihat kekotoran batin sebelum kita terseret.... karena kita tak terseret maka kekotoran batin akan lenyap sendirinya bila diperhatikan. Karena kekotoran batin lenyap sebelum menyeret kita maka batin kita tak ternoda....

semoga sharing ini membantu.....

sukhi hotu
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata