Sekilas Buddhayana

Started by nyanadhana, 04 June 2008, 11:53:45 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hudoyo

Quote from: hartono238 on 05 June 2008, 03:02:06 PM
Romo, saya cuma mau beritahu, bahwa anda terbiasa terlalu cepat ambil kesimpulan dalam satu kasus tertentu,

Maaf, saya cuma menimpali ucapan Anda bahwa "saya bicara berputar-putar", yang juga saya nilai "terlalu cepat ambil kesimpulan".  


Quote[...]tapi kayaknya sudah keluar dari topik, alo,moderator, back to topik :)) 

Saya melihat masalah ini masih tetap pada alur topik.

Salam,
hudoyo

williamhalim

Quote from: aditya on 05 June 2008, 02:54:28 PM

So kan sy jadi nanya....Jadi 'propaganda' diperbolehkan dengan alasan aturan yang berlaku ya?

Trus jadi marah....


Bro Aditya,

Saya mungkin dapat menyampaikan secara netral, karena saya tidak berpihak ke vihara manapun. Di kota saya cuma ada vihara Buddhayana, dan kalo ke kota lain terkadang saya ada ke vihara Theravada.

Satu hal yg membingungkan saya:
Di Vihara Buddhayana Kalimat "Semoga Shanghyang AdiBuddha/Tuhan YME melindungi kita semua":
~ Diucapkan di setiap kebaktian
~ Dituliskan di semua surat2 undangan, permintaan dana, surat terima kasih, surat pemberitahuan, juga surat2 panggilan rapat.

Bedanya dengan aliran lainnya, di aliran lain kalimat tsb tidak dimunculkan setiap saat, sehingga berkesan menjadi doktrin utama. Hanya mungkin terkadang muncul seperti peristiwa diatas, peristiwa Nasional, yg pasti jadi sorotan umum. Kita musti maklum.

Yang saya persoalkan, dogma ini, diucapkan terus menerus, diulang2: berkah perlindungan Tuhan YME. Sedangkan Sang BUddha jelas2 mengajarkan: Tiada Perlindungan lain selain dirimu sendiri, jangan berlindung kepada yang lain.

Kenapa tidak mengulang2 ajaran Buddha saja, tetapi malah mengulang2 sesuatu yang membingungkan (kalo nggak mau dibilang miccha ditthi).

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

bond

QuoteSatu hal yg membingungkan saya:
Di Vihara Buddhayana Kalimat "Semoga Shanghyang AdiBuddha/Tuhan YME melindungi kita semua":
~ Diucapkan di setiap kebaktian
~ Dituliskan di semua surat2 undangan, permintaan dana, surat terima kasih, surat pemberitahuan, juga surat2 panggilan rapat.

Sesuai referensi bro wili jelas sekali Sanghyang AdiBuddha yg dimaksud adalah Tuhan YME ada "/" yg berarti "atau" berbeda dengan pesan waisak nasional oleh bhante Jotidhammo "Tuhan YME, Triratna.."


_/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

chingik

Quote
Yang saya persoalkan, dogma ini, diucapkan terus menerus, diulang2: berkah perlindungan Tuhan YME. Sedangkan Sang BUddha jelas2 mengajarkan: Tiada Perlindungan lain selain dirimu sendiri, jangan berlindung kepada yang lain.

Kalo gitu kenapa masih mengucapkan 'Aku Berlindung pada Buddha , Dhamma dan Sangha"
Kok masih berlindung pada yang lain?
Hehe...tenang bro Will, semua ini harus dikembalikan pada konteksnya masing-masing..

hudoyo

Quote from: aditya on 05 June 2008, 02:54:28 PM
Waduh....marah ya? Maafkan sy kalo sudah membuat anda marah.... That's not a good point :)
Sy hy membaca dan mencoba merangkai kata :)

Katanya doktrin ttg tuhan di buddhisme tuh hanya propaganda...
dan terlalu mengada-ada kalo katanya hanya untuk mempertahankan eksistensi buddhisme di negara ini
seperti yang dinyatakan thd bung sutra....

Trus ternyata surat dari STI juga ada 'tuhan' nya
Tapi katanya tuh emang sudah dipersiapkan dengan sangat matang dan hati-hati...
Hanya agar mematuhi aturan yang berlaku di negara ini....

So kan sy jadi nanya....Jadi 'propaganda' diperbolehkan dengan alasan aturan yang berlaku ya?

Trus jadi marah....

Dah ah ..., mau cari tahu kok malah jadi nambah kekotoran bathin
Sy minta maaf dengan tulus kalo memang saya dianggap salah.
Semoga ini mengakhiri kebencian dihati kita semua, yang selama ini terbawa terus-menerus dari generasi ke generasi....
Namaste.  _/\_

Yang ditentang oleh pihak Theravada sejak sebelum pecah dengan Bhante Ashin pada tahun 1972 sampai sekarang adalah penggunaan kata "Sanghyang Adi Buddha" yang mau dipaksakan kepada semua umat Buddha Indonesia sebagai sinonim dari "Tuhan YME".

Pihak Theravada tidak keberatan dengan istilah "Tuhan YME" itu sendiri, karena punya tafsirannya sendiri, sekalipun itu tidak sentral dalam ajaran Theravada.

Saya juga minta maaf bila reaksi saya dirasakan terlalu keras dalam diskusi ini. Saya setuju dengan harapan Anda, semoga semua ganjalan dari masa lalu bisa diakhiri.

Salam,
hudoyo

aditya

Bro Will,
Thanks untuk kembalinya diskusi ini ke mencari solusi... :)

Sy copy dari footnote message anda...
Oleh diri sendiri kejahatan dilakukan,
oleh diri sendiri seseorang menjadi suci.
Suci atau tidak suci tergantung pada diri sendiri.
Tak seseorang pun yang dapat mensucikan orang lain. (Dhammapada 165)


Di kota sy dulu juga hanya ada vihara buddhayana...
sy dibesarkan dgn tradisi buddhisme yang ada di vihara tsb...

Saat ini sy sudah tak punya 'vihara' lagi...
Sy hy mencoba share sedikit dhamma yg sy tau,
di berbagai vihara dan organisasi buddhist,
yang kebanyakan adalah vihara2 theravada...
di surabaya, malang, sampai ke lembang bandung

Dan hanya diri sendirilah ...
yang bisa menentukan apakah kita bingung ato 'terkotorkan' bathin kita...
Bukan kondisinya...
Bukan tradisinya...
Bukan segala macam doktrin dan perbedaan kepentingan,
Bahkan bukan AGAMA BUDDHA itu sendiri....
Tapi DIRI SENDIRI.

Anyway,
Saya setuju dengan pandangan anda tentang tuhan tuh bukan perlindungan bagi diri kita.
_/\_


bond

Emank nih kata "tuhan" jadi biang kerok, agama2 perang juga karena nama satu ini, gua rasa yg jadi Tuhan juga gerah and kapok kali ye...tapi manusianye kagak kapok2 ;D
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

sv.chandra71

Itulah yang saya maksudkan bahwa permasalahannya bukan semata2 urusan kata TYME saja..
Soal istilah namanya SAB.. yg menurut bung/romo Hudoyo tantra.. saya malah mengganggapnya sebagai penggalian akar budaya.. karena memang istilah itu sudah dikenal dari jaman dulu.. cmiiw..

Maaf.. bukan meragukan keterangan romo.. Cuma saya menduga.. bagi romo sendiri mungkin ini bukan forum yang tepat juga untuk menguak fakta sesungguhnya dibalik perpecahan sangha itu.. Atau bagaimanapun juga.. yang namanya sejarah, apalagi yang melibatkan pribadi.. selalu nuasanya subyektif.. akan selalu ada keberpihakan.. dan pastinya akan selalu ada perdebatan..
Jadi romo sengaja tidak mau mengungkapkan lebih detail.. (maaf kalau saya salah duga..)

Soal pengakuan pemerintah..
Saya termasuk yang tidak merasa sedikitpun bangga atas pengakuan pemerintah itu..
Bagi saya.. Itu adalah kesalahan pemerintah yang paling besar.. mencampuri urusan pribadi orang beragama..
Dan akibat2 pengakuan2 itu.. sudah banyak tragedi yang timbul.. Kasus terakhir.. Ahmadiyah.. dan Monas..
Kebanggan kita atas pengakuan itu, secara tidak langsung merupakan p*n*staan atas agama dan kepercayaan lain yang tidak / belum diakui..

Tapi kalaupun itu yang mau kita coba kedepankan..
Soal sejak kapan Buddha diakui sebagai agama di negara ini.. mestinya jawabnya sejak nenek moyang bangsa indonesia itu sendiri.. Dan kalau kita mau jujur mengakuinya.. Agama Buddha yang dulu berkembang di bumi Nusantara ini.. maaf.. sama sekali bukan 'buddha-thailand' yang di copas (istilah yg baru saya dpt di milis ini).. menjadi Theravada Indonesia..

salam..
sutra


hudoyo

Quote from: bond on 05 June 2008, 03:26:25 PM
Emank nih kata "tuhan" jadi biang kerok, agama2 perang juga karena nama satu ini, gua rasa yg jadi Tuhan juga gerah and kapok kali ye...tapi manusianye kagak kapok2 ;D

;D ;D ;D

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

QuoteMaaf.. bukan meragukan keterangan romo.. Cuma saya menduga.. bagi romo sendiri mungkin ini bukan forum yang tepat juga untuk menguak fakta sesungguhnya dibalik perpecahan sangha itu..

Maaf, hal ini bukan Sangha Bheda. Semata-mata Bhikkhu yang ada di suatu negara mendirikan vihara sendiri, ditandai dengan penandaan sima. Hal ini lumrah, bahkan di negara-negara Buddhis.

Jika anda bilang ini adalah Sangha Bheda, apakah anda bersedia bertanggung jawab bilang Bhante Ashin, atau 5 Bhikkhu Theravada pada waktu itu melakukan akusala garuka kamma?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

bond

#85
QuoteAgama Buddha yang dulu berkembang di bumi Nusantara ini.. maaf.. sama sekali bukan 'buddha-thailand' yang di copas (istilah yg baru saya dpt di milis ini).. menjadi Theravada Indonesia..

Yg dibold maksudnye apa nih?--> sama sekali bukan buddha-thailand yg di copas menjadi Theravada Indonesia? emangknye ade buddha-thailand? :o

Theravada emanknye identik dengan Thailand? ::)

_/\_

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

williamhalim

#86
Quote from: chingik on 05 June 2008, 03:17:11 PM
Kalo gitu kenapa masih mengucapkan 'Aku Berlindung pada Buddha , Dhamma dan Sangha"
Kok masih berlindung pada yang lain?
Hehe...tenang bro Will, semua ini harus dikembalikan pada konteksnya masing-masing..


Sy lebih prefer kata BERNAUNG ketimbang BERLINDUNG.

BTW, bernaung/berlindung kepada Buddha, Dhamma, Sangha adalah menjadikan Sang Guru, Ajaran dan Murid2 Beliau yg suci sebagai pembimbing kita.

Sedangkan Berlindung kepada Tuhan YME, pengertiannya apa? Kenapa Kepada Tuhan, tidak kepada Buddha dan ajarannya? Dan sepengetahuan saya Buddhayana tidak menerangkan soal Adi Buddha ini kepada umatnya. Saya pernah ikut KDAB (Kursus Dasar Agama Buddha), ketika sampai pada topik Adi Buddha, keterangannya: Adi Buddha adalah sesuatu yg mutlak, bla... (= Nibbana). Ketika sy tanyakan "Jadi, apakah Adi Buddha = Nibbana?" dijawab "Ya begitulah...."
Kemudian ada peserta lain yg tanya: Jadi Tuhan ada atau tidak? Dijawab "Tuhan dalam agama Buddha adalah Adi Buddha" 

Itu pemikiran sy, jika memang ada "pengertian lain yg lebih dalam", ya okelah...
tapi kenyataan dilapangan sy melihat umat berlindung kepada Tuhan YME dengan mengangkat hio ke langit, hampir tidak ada yg mengerti 'makna tersurat' itu (jika ada)
::


Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

sv.chandra71

Quote from: karuna_murti on 05 June 2008, 03:48:56 PM
QuoteMaaf.. bukan meragukan keterangan romo.. Cuma saya menduga.. bagi romo sendiri mungkin ini bukan forum yang tepat juga untuk menguak fakta sesungguhnya dibalik perpecahan sangha itu..

Maaf, hal ini bukan Sangha Bheda. Semata-mata Bhikkhu yang ada di suatu negara mendirikan vihara sendiri, ditandai dengan penandaan sima. Hal ini lumrah, bahkan di negara-negara Buddhis.

Jika anda bilang ini adalah Sangha Bheda, apakah anda bersedia bertanggung jawab bilang Bhante Ashin, atau 5 Bhikkhu Theravada pada waktu itu melakukan akusala garuka kamma?

Terimakasih bung karuna telah mengingatkan..
Entah istilahnya benar atau tidak.. 'Perpecahan'.. Tentu tidak dimaksudkan sebagai Sanghabeda..

salam..
sutra

hudoyo

#88
Quote from: sv.chandra71 on 05 June 2008, 03:30:55 PM
Itulah yang saya maksudkan bahwa permasalahannya bukan semata2 urusan kata TYME saja..
Soal istilah namanya SAB.. yg menurut bung/romo Hudoyo tantra.. saya malah mengganggapnya sebagai penggalian akar budaya.. karena memang istilah itu sudah dikenal dari jaman dulu.. cmiiw..

Salah satu propaganda pihak Buddhayana adalah bahwa "Sanghyang Adi Buddha" sudah dikenal sejak zaman Majapahit bahkan sejak zaman Borobudur. ... Memang benar, Buddhisme yang berkembang di Indonesia pada waktu itu adalah Vajrayana/Tantrayana ... salah satu ciri Borobudur sebagai mandala, adalah Buddha Vairocana yang di tengah, itu ciri dari Vajrayana/Tantrayana ... Salah satu kitab suci yang "asli" Indonesia dari zaman itu adalah "Sanghyang Kamahayanikan" yang tertulis dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) ... Dalam kitab itu satu kali saya temukan istilah 'Adi Buddha' sebagai sinonim dari 'Vajradhara' (Buddha tertinggi) ...

Sekarang mari kita lihat bagaimana FAKTA dari apa yang dinamakan "penggalian akar budaya" itu ... Apakah di vihara-vihara Buddhayana diajarkan kepada umat isi dari Kitab "Sanghyang Kamahayanikan"? ... Apakah dalam kebaktian-kebaktian Buddhayana dibacakan paritta-paritta dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi)? ...

Ternyata tidak ... Ternyata isi kitab "Sanghyang Kamahayanikan" hampir tidak dikenal oleh umat Buddhayana ... cmiiw ... ternyata yang diajarkan adalah sutta-sutta dari Tipitaka Pali ditambah sutra-sutra atau dharani Mahayana (Sansekerta) ...

Ternyata 99% kebaktian Buddhayana menggunakan paritta-paritta Pali dari Theravada ... ditempeli "Namo Sanghyang Adi Buddhaya" dan "Namo Sabbe Bodhisattvaya Mahasattvaya" ... Ternyata 99% paritta-paritta Buddhayana berasal dari apa yang Anda namakan "Buddha-Thailand", yang sudah disanggah oleh Rekan Bond. ...

Jadi, kesimpulan saya: ternyata apa yang dipropagandakan sebagai "penggalian akar budaya" itu tidak lebih dari pencomotan kata "Adi Buddha" dan ditempelkan pada ritual yang hampir 100% berasal dari Theravada. ... Dan oleh Bhante Ashin itu mau dipaksakan kepada semua umat Buddha Indonesia sehingga menyebabkan para bhikkhu Theravada memisahkan diri dan membentuk STI.


QuoteMaaf.. bukan meragukan keterangan romo.. Cuma saya menduga.. bagi romo sendiri mungkin ini bukan forum yang tepat juga untuk menguak fakta sesungguhnya dibalik perpecahan sangha itu.. Atau bagaimanapun juga.. yang namanya sejarah, apalagi yang melibatkan pribadi.. selalu nuasanya subyektif.. akan selalu ada keberpihakan.. dan pastinya akan selalu ada perdebatan..
Jadi romo sengaja tidak mau mengungkapkan lebih detail.. (maaf kalau saya salah duga..)

Yang saya paparkan adalah semua yang saya ketahui sejauh ini ... Kalau Anda melihat ada yang "belum" atau "tidak" saya paparkan, silakan tampilkan di forum ini ... :)


QuoteSoal pengakuan pemerintah..
Saya termasuk yang tidak merasa sedikitpun bangga atas pengakuan pemerintah itu..
Bagi saya.. Itu adalah kesalahan pemerintah yang paling besar.. mencampuri urusan pribadi orang beragama..
Dan akibat2 pengakuan2 itu.. sudah banyak tragedi yang timbul.. Kasus terakhir.. Ahmadiyah.. dan Monas..
Kebanggan kita atas pengakuan itu, secara tidak langsung merupakan p*n*staan atas agama dan kepercayaan lain yang tidak / belum diakui..

Setuju. ... Ketika para bhikkhu Theravada pada tahun 1972 memisahkan diri dari Bhante Ashin dan membentuk STI, mereka juga tidak merisaukan pengakuan pemerintah itu. ... :)


QuoteTapi kalaupun itu yang mau kita coba kedepankan..
Soal sejak kapan Buddha diakui sebagai agama di negara ini.. mestinya jawabnya sejak nenek moyang bangsa indonesia itu sendiri.. Dan kalau kita mau jujur mengakuinya.. Agama Buddha yang dulu berkembang di bumi Nusantara ini.. maaf.. sama sekali bukan 'buddha-thailand' yang di copas (istilah yg baru saya dpt di milis ini).. menjadi Theravada Indonesia..
salam..
sutra

Dulu, lebih dari 1500 tahun lalu, sejak zaman Borobudur, di Indonesia berkembang Buddhisme Vajrayana/Tantrayana ... kemudian lenyap sama sekali dari bumi Indonesia ... Kemudian datanglah pendatang dari Cina ... mereka membawa budaya & agamanya, yang merupakan sinkretisme dari Buddhisme, Konfusianisme dan Taoisme ... budaya itu jelas terlihat dari tumbuhnya kelenteng-kelenteng di lingkungan pemukiman Cina di berbagai kota di Indonesia ... dengan maraknya upacara-upacara seperti bakar-bakar kertas, sembahyang Dewa Langit, Dewa Bumi, pesta Capgomeh, Ceng Beng, dsb. ... Kemudian pada abad ke-20, terutama setelah kemerdekaan ... masuklah berbagai sekte/aliran Buddhisme dari luar: Theravada dari Sri Lanka & Thailand, Zen, Vajrayana dari Nepal/Tibet (yang ajarannya dan ritualnya berbeda dengan Vajrayana di zaman Majapahit) ...

Manakah yang bisa dibilang "asli" Indonesia? ... Dikemanakan "Sanghyang Kamahayanikan"? ... tampaknya cuma dijadikan cantelan buat dicomot istilah "Adi Buddha"-nya, tanpa dipelajari sungguh-sungguh ... Apakah Buddhayana "asli" Indonesia? ... hehe ... saya ragukan itu, kalau melihat prakteknya di vihara-vihara Buddhayana sehari-hari.

Pertanyaan yang lebih mendasar adalah: apakah masih relevan bicara tentang Buddhisme yang "asli" dan "tidak asli"? ... Mana Buddhisme yang "asli"? ...

BTW ... untuk pertama kali dalam diskusi ini Rekan Sutra menampilkan istilah "Buddha-Thailand" ... :)  Jelas ini hasil propaganda Buddhayana ... padahal 99% dari ritual "Buddha-Thailand" itu, paritta-paritta Pali, dipakai sendiri oleh Buddhayana ...

Tapi, ngomong-ngomong, saya melihat justru propaganda "Buddha-Thailand" itu memperkuat spekulasi saya, bahwa motivasi utama Bhante Ashin mempromosikan doktrin "Adi Buddha" adalah persaingan pengaruh antara beliau dengan Bhante Win yang berasal dari Thailand ... Propaganda Buddhayana membuka kedok motivasi sebenarnya dari promosi "Sanghyang Adi Buddha" pada abad ke-20 ini di Indonesia. :)

Salam,
hudoyo

sv.chandra71

#89
Maaf kalau salah2 penempatan balasan diskusinya.. Masih mencoba2..
Dan maaf kalau ada yang dibuang.. agar menghemat..

Quote from: hudoyo on 05 June 2008, 04:41:18 PM

Salah satu propaganda pihak Buddhayana adalah bahwa "Sanghyang Adi Buddha" sudah dikenal sejak zaman Majapahit bahkan sejak zaman Borobudur. ... Memang benar, Buddhisme yang berkembang di Indonesia pada waktu itu adalah Vajrayana/Tantrayana ... salah satu ciri Borobudur sebagai mandala, adalah Buddha Vairocana yang di tengah, itu ciri dari Vajrayana/Tantrayana ... Salah satu kitab suci yang "asli" Indonesia dari zaman itu adalah "Sanghyang Kamahayanikan" yang tertulis dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) ... Dalam kitab itu satu kali saya temukan istilah 'Adi Buddha' sebagai sinonim dari 'Vajradhara' (Buddha tertinggi) ...

Apapun istilahnya.. propaganda atau bukan..
Fakta mengatakan bahwa Agama Buddha yang telah mengakar dari jaman dulu oleh nenek moyang bangsa ini adalah tantrayana..

Quote
Sekarang mari kita lihat bagaimana FAKTA dari apa yang dinamakan "penggalian akar budaya" itu ... Apakah di vihara-vihara Buddhayana diajarkan kepada umat isi dari Kitab "Sanghyang Kamahayanikan"? ... Apakah dalam kebaktian-kebaktian Buddhayana dibacakan paritta-paritta dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi)? ...

Ternyata tidak ... Ternyata isi kitab "Sanghyang Kamahayanikan" hampir tidak dikenal oleh umat Buddhayana ... cmiiw ... ternyata yang diajarkan adalah sutta-sutta dari Tipitaka Pali ditambah sutra-sutra atau dharani Mahayana (Sansekerta) ...

Ternyata 99% kebaktian Buddhayana menggunakan paritta-paritta Pali dari Theravada ... ditempeli "Namo Sanghyang Adi Buddhaya" dan "Namo Sabbe Bodhisattvaya Mahasattvaya" ... Ternyata 99% paritta-paritta Buddhayana berasal dari apa yang Anda namakan "Buddha-Thailand", yang sudah disanggah oleh Rekan Bond. ...

Jadi, kesimpulan saya: ternyata apa yang dipropagandakan sebagai "penggalian akar budaya" itu tidak lebih dari pencomotan kata "Adi Buddha" dan ditempelkan pada ritual yang hampir 100% berasal dari Theravada. ... Dan oleh Bhante Ashin itu mau dipaksakan kepada semua umat Buddha Indonesia sehingga menyebabkan para bhikkhu Theravada memisahkan diri dan membentuk STI.

Setuju romo..
Memang ada yang salah dalam perkembangan belakangan ini..
Cita-cita untuk menggali agama Buddha Indonesia.. menjadi terkesampingkan..
Itu juga yang sangat disesalkan.. Umat Buddha di Jawa dan Lampung (trans dr jawa..) sudah banyak yang gak ngerti kebaktian bahasa jawa.. Tapi di beberapa wihara setahu saya masih ada yang pakai.. Jadi bukan punah sama sekali..

Tapi menggali budaya asli.. bukan berarti juga mesti menggunakan bahasa asli jaman dulu kala.. mesti disesuaikan dengan kondisi saat ini.. Idealnya malah berbahasa Indonesia saja..

Quote
Dulu, lebih dari 1500 tahun lalu, sejak zaman Borobudur, di Indonesia berkembang Buddhisme Vajrayana/Tantrayana ... kemudian lenyap sama sekali dari bumi Indonesia ... Kemudian datanglah pendatang dari Cina ... mereka membawa budaya & agamanya, yang merupakan sinkretisme dari Buddhisme, Konfusianisme dan Taoisme ... budaya itu jelas terlihat dari tumbuhnya kelenteng-kelenteng di lingkungan pemukiman Cina di berbagai kota di Indonesia ... dengan maraknya upacara-upacara seperti bakar-bakar kertas, sembahyang Dewa Langit, Dewa Bumi, pesta Capgomeh, Ceng Beng, dsb. ... Kemudian pada abad ke-20, terutama setelah kemerdekaan ... masuklah berbagai sekte/aliran Buddhisme dari luar: Theravada dari Sri Lanka & Thailand, Zen, Vajrayana dari Nepal/Tibet (yang ajarannya dan ritualnya berbeda dengan Vajrayana di zaman Majapahit) ...

Mungkin kita hanya beda istilah saja..
Bagi saya agama Buddha tidak benar2 lenyap.. Masih banyak pengikutnya..
Hanya karena desakan kondisi mereka tidak berani tampil..
Terbukti Biku Ashin yang notabene China kok bisa menarik mereka kembali.. selain tentu saja besar kemungkinan karena biku Ashin sendiri belajar banyak soal kejawen dan theosofi..

Justru itu romo.. Masuknya begitu banyak agama Buddha-import.. yang masing2 menjadi sektarian sendiri.. dan menganggap yang paling benar itulah yang merugikan perkembangan agama Buddha itu sendiri..

Quote
Manakah yang bisa dibilang "asli" Indonesia? ... Dikemanakan "Sanghyang Kamahayanikan"? ... tampaknya cuma dijadikan cantelan buat dicomot istilah "Adi Buddha"-nya, tanpa dipelajari sungguh-sungguh ... Apakah Buddhayana "asli" Indonesia? ... hehe ... saya ragukan itu, kalau melihat prakteknya di vihara-vihara Buddhayana sehari-hari.

Pertanyaan yang lebih mendasar adalah: apakah masih relevan bicara tentang Buddhisme yang "asli" dan "tidak asli"? ... Mana Buddhisme yang "asli"? ...

Saya sama sekali tidak bicara masalah mana yang asli dan palsu..
Bukan itu esensinya.. Kita boleh mengambil ajaran yang baik dari negara Buddhis yang jauh lebih maju ketimbang kita.. tetapi bukan untuk di 'copas' / disadur budayanya..

Buddhayana apakah asli Indonesia.. Untuk istilah mungkin iya.. karena setahu saya.. istilah Buddhayana yang berkembang di luarnegeri munculnya belakangan.. cmiiw.. tapi tentu bukan itu yang sedang kita bahas.. 

Quote
BTW ... untuk pertama kali dalam diskusi ini Rekan Sutra menampilkan istilah "Buddha-Thailand" ... :)  Jelas ini hasil propaganda Buddhayana ... padahal 99% dari ritual "Buddha-Thailand" itu, paritta-paritta Pali, dipakai sendiri oleh Buddhayana ...

Tapi, ngomong-ngomong, saya melihat justru propaganda "Buddha-Thailand" itu memperkuat spekulasi saya, bahwa motivasi utama Bhante Ashin mempromosikan doktrin "Adi Buddha" adalah persaingan pengaruh antara beliau dengan Bhante Win yang berasal dari Thailand ... Propaganda Anda membuka kedok motivasi sebenarnya dari promosi "Sanghyang Adi Buddha" pada abad ke-20 ini di Indonesia. :)

Salam,
hudoyo

Sama sekali bukan romo.. Istilah Buddha-Thailand itu sendiri bukan istilah baru.. yang sengaja saya ciptakan.. Itu sudah menjadi istilah umum.. sama halnya dengan Buddha-Jepang.. Buddha-Tibet.. Buddha-Taiwan.. Buddha-Korea.. Buddha-Srilanka.. Buddha-Burma.. dll.. (dengan ciri khas / keunikannya masing-masing)..
Hanya sayangnya hingga saat ini kita masih belum bisa menyebut Buddha-Indonesia.. karena memang tidak ada yang bisa menjadi acuannya.. bahkan bukan juga yang sedang di kembangkan oleh Buddhayana.. (masih jauh dari Buddha-indonesia)..

Sebagai catatan.. Saya yakin romo juga paham.. bahwa paritta Pali yang berkembang di Indonesia tidak sepenuhnya dari Thailand.. Ada pengaruh Srilanka dan juga Burma.. yang dialek dan intonasi pembacaannya pun berbeda2..
Jadi kurang pas.. kalau romo menyatakan bahwa pali = thailand..
Paritta pali memang dipakai juga oleh kelompok Buddhayana.. tapi bukan berarti sama persis dengan Thailand.. saya juga gak pasti itu gado2 juga atau bukan.. hehehe..

salam..
sutra


catatan perubahan (sumedho): ada diupdate quotingnya, seharusnya berpasangan
[quote] [/quote]