News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Sekilas Buddhayana

Started by nyanadhana, 04 June 2008, 11:53:45 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

nyanadhana

 _/\_ ini adalah link yang saya copas

http://www.siddhi-sby.com/index.php?option=com_content&task=view&id=55&Itemid=32

btw, informasi ini juga sama seperti yang diajarkan di V. Ekayana ,dulu ada bukunya kalo ga salah di buku profil B.Ashin, saya masih ada bukunya,nanti saya akan cocokkan,setau saya mereka juga copas dari isi buku itu sendiri.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

hudoyo

Ayah Rekan Karuna Murti pada waktu berdirinya STI adalah Bhante Khemiyo.

hartono238

Quote from: hudoyo on 04 June 2008, 03:57:05 PM
Ayah Rekan Karuna Murti pada waktu berdirinya STI adalah Bhante Khemiyo.

LUAR BIASAAAAAAAAAAAAA INFONYA

hudoyo

Quote from: nyanadhana on 04 June 2008, 03:54:09 PM
_/\_ ini adalah link yang saya copas
http://www.siddhi-sby.com/index.php?option=com_content&task=view&id=55&Itemid=32

Saya kutip dari link di atas sejauh menyangkut berdirinya STI:

"Pada tanggal 12 Januari 1972 bhikkhu Girirakhito, bhikkhhu Sumanggalo, b. jinapiya (titatetuko), b. jinaratana (pandhit kaharudin), b. subhato (moctar rashid) memisahkan diri – membentuk yang kemudian dikenal dengan sebutan Sangha Theravada Indonesia. Pada tahun 1978 terbentuk Sangha Mahayana Indonesia, dipimpin oleh biksu Dharmasagaro akibat beliau berselisih dengan cucu murid bhikkhu ashin namun bhiksu Dharmasagaro tetap menganggap b. Ashin adalah gurunya. Kemudian Maha Sangha Indonesia dikenal dengan sebutan Sangha Agung Indonesia."

Ini persis sama dengan posting Rekan Nyanadhana pada awal thread ini. Saya tidak ada masalah dengan paragraf ini.

Yang saya permasalahkan adalah pernyataan Rekan Yong Cheng bahwa para Bhikkhu Theravada memisahkan diri dari Sangha pimpinan Bhante Ashin KARENA menganggap "HANYA Ajaran Theravada saja yang benar". Alasan sebenarnya para bhikkhu Theravada itu keluar ialah karena pemaksaan doktrin Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha oleh Bhante Ashin kepada semua bhikkhu dan umat Buddha di Indonesia.

Salam,
hudoyo

williamhalim

Akhirnya.....

Terjawab sudah rasa penasaran saya mengapa vihara Buddhayana masih bersikukuh sd sekarang dgn kalimat: "Semoga SangHyang Adi Buddha/Tuhan yang Maha Esa melindungi kita semua". Ternyata memang di doktrin begitu, dan jika ada pengikut Buddhayana yang tidak setuju berarti dia bukan 'Buddhayana', karena kata2 tsblah yg membedakan aliran Buddhayana dari aliran lainnya.

Yang saya tidak mengerti, mengapa Bhante Ashin bersikukuh mempertahankan kalimat tsb? Pertanyaan ini tidak mungkin terjawab karena YM Bhante Ashin sudah tidak ada. Dan biarlah, yang lalu biarlah berlalu.

Cuman, untuk kedepannya, dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada Beliau, saya masih menganggap kalimat tersebut tidak perlu lagi diajarkan kepada umat Buddha di Indonesia.

Apa tidak lebih bagus kalimat tsb diganti dengan: "Jadilah pulau untuk dirimu sendiri, jadikanlah dirimu sebagai tempat perlindungan dan jangan cari perlindungan pada tempat lain"


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

nyanadhana

 _/\_ Pak Hudoyo, yang bro Yong Cheng tulis juga adalah copas dari sebuah forum Buddhist,yang menulis adalah rekan senior di V.Ekayana. itulah yang mereka tahu dan mereka terima selama ini di Buddhayana. :) _/\_
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

williamhalim

Quote from: hudoyo on 04 June 2008, 04:07:01 PM

Saya kutip dari link di atas sejauh menyangkut berdirinya STI:

"Pada tanggal 12 Januari 1972 bhikkhu Girirakhito, bhikkhhu Sumanggalo, b. jinapiya (titatetuko), b. jinaratana (pandhit kaharudin), b. subhato (moctar rashid) memisahkan diri – membentuk yang kemudian dikenal dengan sebutan Sangha Theravada Indonesia. Pada tahun 1978 terbentuk Sangha Mahayana Indonesia, dipimpin oleh biksu Dharmasagaro akibat beliau berselisih dengan cucu murid bhikkhu ashin namun bhiksu Dharmasagaro tetap menganggap b. Ashin adalah gurunya. Kemudian Maha Sangha Indonesia dikenal dengan sebutan Sangha Agung Indonesia."


Maaf, Pak Hud, ini diluar topik:

~ Apakah Bhante Subhato (Mochtar Rashid) ini adalah orang Minang?

Karena di tempat saya beredar cerita ada seorang Minang (orang Bukittinggi) yang menjadi Bhante, akhirnya Beliau dikucilkan oleh keluarganya. Mengapa dikucilkan? Keluarganya bukannya tidak setuju, namun keluarganya malu, karena di Minangkabau berlaku hukum: Adat Basandi Sayrik, Syarik Basandi Kitabullah (Adat berdasarkat syariat. syariat berdasarkan Kitab Alquran).

Cerita ini hanya saya dengar samar2, karena hanya para ninik mamak Minang lama yg mengetahuinya dan mereka tidak mau terlalu terbuka soal ini.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

hudoyo

#22
Quote from: nyanadhana on 04 June 2008, 04:19:55 PM
_/\_ Pak Hudoyo, yang bro Yong Cheng tulis juga adalah copas dari sebuah forum Buddhist,yang menulis adalah rekan senior di V.Ekayana. itulah yang mereka tahu dan mereka terima selama ini di Buddhayana. :) _/\_

Terima kasih, Rekan Nyanadhana, atas informasinya. ... :)

Jadi saya telah mengoreksi tulisan yang bersumber dari V. Ekayana itu.

Saya kenal baik dengan Bhante Dharmavimala. Malah saya pernah diundang ceramah di sana. :)

Semoga beliau membaca tulisan saya, dan kesalahpahaman antar-kelompok Agama Buddha dapat diselesaikan dengan baik.

Salam,
hudoyo

hudoyo

Quote from: karuna_murti on 04 June 2008, 03:46:40 PM
_/\_ Sama seperti yang Pak Hudoyo katakan. Saya mendengar dari mulut ayah saya sendiri, yang pada waktu itu adalah salah satu dari lima Bhikkhu pendiri STI. Beliau berkata, "Kami tidak keberatan dengan Buddhayana, Yang jadi masalah adalah pada waktu itu Theravada dituduh atheis."

... karena tidak mau menerima doktrin Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha. :)

hudoyo

Quote from: willibordus on 04 June 2008, 04:21:20 PM
Maaf, Pak Hud, ini diluar topik:

~ Apakah Bhante Subhato (Mochtar Rashid) ini adalah orang Minang?

Karena di tempat saya beredar cerita ada seorang Minang (orang Bukittinggi) yang menjadi Bhante, akhirnya Beliau dikucilkan oleh keluarganya. Mengapa dikucilkan? Keluarganya bukannya tidak setuju, namun keluarganya malu, karena di Minangkabau berlaku hukum: Adat Basandi Sayrik, Syarik Basandi Kitabullah (Adat berdasarkat syariat. syariat berdasarkan Kitab Alquran).

Cerita ini hanya saya dengar samar2, karena hanya para ninik mamak Minang lama yg mengetahuinya dan mereka tidak mau terlalu terbuka soal ini.

::

Memang betul, alm Drs. Mochtar Rashid (a.k.a. Bhante Subhato) keturunan Minang. Memang betul, beliau dikucilkan oleh keluarganya yang Muslim. Tetapi beliau telah bertekad menerima segala konsekuensinya. Beliau hidup kesepian. Saya sangat salut kepada beliau. Pada waktu beliau meninggal, hanya satu orang sanak saudaranya yang menengok jasad beliau.

Seluruh hidup Romo Mochtar Rashid praktis diabdikan demi perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia. Beliau tinggal di Bandung, belajar Farmasi di ITB. Romo Mochtar, Romo Herman Endro, dan saya merupakan tiga murid dari Romo Maha Pandita Khemanyana Karbono. Di Jakarta ada Romo Maha Pandita Vidyadharma, dengan tiga murid utamanya, Romo dr Ratna Surya Widya, Romo dr Dharma Kumara Widya, dan Romo Ir. Ariya Chandra. Pada tahun 1970an itu pusat pemikiran Agama Buddha Theravada di Indonesia berada di Jakarta - Bandung, dengan porosnya kedua Romo Maha Pandita tersebut.

Adanya kedua Romo Maha Pandita beserta murid-muridnya yang aktif itulah yang memberi dorongan moril kepada para bhikkhu Theravada untuk mendeklarasikan berdirinya Sangha Theravada Indonesia, ketika menghadapi masa-masa sulit dihadapkan pada pilihan "menerima Sanghyang Adi Buddha" atau "dicap PKI" dan dikirim ke Pulau Buru.

Belakangan memang betul, pernah Sangha Theravada Indonesia dan Mapanbudhi (Majelis Pandita Buddha Dhamma Indonesia - sekarang menjadi Magabudhi) dipanggil pemerintah (Bakin) untuk didengar keterangannya mengenai ajaran Theravada yang kami anut. ... Alhamdulillah, semua rintangan bisa dilalui dengan selamat, dan akhirnya STI diakui sebagai salah satu sangha di Indonesia berdampingan sejajar dengan sangha-sangha lain yang ada di Indonesia.

Belakangan, STI dan sangha-sangha lain di Indonesia membentuk KASI (Konferensi Agung Sangha-Sangha di Indonesia), sebagai wujud persatuan di antara berbagai aliran/sekte/kelompok Agama Buddha di Indonesia.

Dalam semua ini, jasa alm Romo Mochtar Rashid tidak kecil artinya.

Salam,
hudoyo


hudoyo

#25
Quote from: willibordus on 04 June 2008, 04:14:06 PM
Yang saya tidak mengerti, mengapa Bhante Ashin bersikukuh mempertahankan kalimat tsb? Pertanyaan ini tidak mungkin terjawab karena YM Bhante Ashin sudah tidak ada. Dan biarlah, yang lalu biarlah berlalu.

Betul, pertanyaan ini juga menggelitik saya sampai sekarang. ... Dan memang kita tidak bisa lagi mengetahui secara pasti apa motivasi sebenarnya di balik doktrin Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha itu, karena setelah kami berpisah saya tidak bisa lagi menanyakan hal itu dari hati ke hati dengan Bhante Ashin. ... :)

Namun, saya punya spekulasi pribadi tentang motivasi apa sesungguhnya di balik 'move' itu. ... Sekali lagi, ini cuma SPEKULASI pribadi belaka. ... Mau diterima atau ditolak, ya tidak apa-apa ... Saya melihat motivasi beliau tidak lebih daripada motivasi politis semata-mata:

Seperti saya katakan, pada waktu saya masih mahasiswa FK Unpad di Bandung, saya aktif di Vihara Vimala Dharma sebelum sangha dan umat Buddha pecah pada tahun 1972. ... Jadi saya mengetahui dari dekat semua perkembangan yang terjadi di sana.

Bhante Ashin berdomilisi di Vihara Nagasena, Pacet, tapi beliau sering datang dan bermalam di Vihara Vimala Dharma, Bandung.

Pada waktu itu jumlah bhikkhu Indonesia (yang berjubah Theravada) sangat sedikit, bisa dihitung dengan jari tangan. Bhante Ashin, Bhante Girirakkhito, Bhante Subalaratana (yang waktunya banyak tersita untuk sekolah beliau), ... itu saja yang ada di Indonesia ... Bhante Subhato, Bhante Sumanggalo, Bhante Jinapiya (belakangan ditahbiskan ulang di Thailand menjadi Bhante Thitaketuko) semua banyak berada di luar negeri.

Nah, kelangkaan bhikkhu Indonesia yang mengerti Dhamma ini mendorong Bhante Ashin untuk menghubungi Sangha Thailand untuk mengirimkan 4 orang Dhammaduta ke Indonesia, untuk membantu pembinaan Agama Buddha di Indonesia. Ini kebijakan Bhante Ashin yang patut dipuji.

Pada tahun 1968, datanglah 4 orang Dhammaduta Thai ke Indonesia, langsung ke Vihara Vimala Dharma, Bandung. Saya mengorganisir teman-teman muda-mudi Buddhis untuk mengadakan upacara penyambutan para Dhammaduta itu. ...

Tiga dari keempat Dhammaduta itu hanya tinggal beberapa bulan di Indonesia. Tapi Dhammaduta yang ke-4, Bhante Win, menetap di Indonesia selama beberapa tahun. Setelah itu masih bolak-balik ke Indonesia, sampai meninggal beberapa tahun lalu.

Bhante Win sangat berjasa bagi perkembangan bhikkhu-bhikkhu Theravada di Indoesia ... Bhikkhu-bhikkhu muda seperti Bhante Subhato (Romo Mochtar Rashid), Bhante Khemiyo (ayah Rekan Karuna Murti), Bhante Aggabalo (Bpk Cornelis Wowor) dll, semua ditahbiskan di Thailand atas bantuan Bhante Win ... Perlahan-lahan tapi pasti, dari segi SDM Agama Buddha Theravada di Indonesia bertambah kuat.

Nah, inilah spekulasi saya:

Saya rasa, perkembangan yang tidak terduga ini mencemaskan Bhante Ashin ... Soalnya sering kali bhikkhu-bhikkhu muda itu langsung pergi ke Thailand begitu saja dengan bantuan Bhante Win, tanpa minta pertimbangan Bhante Ashin; seolah-olah Bhante Ashin di-bypass begitu saja. (Ketika pada 1969 saya ditahbiskan menjadi Samanera oleh Bhante Ashin, lalu pada 1970 dibantu oleh Bhante Win pergi ke Thailand untuk menerima upasampada, Bhante Ashin hanya dipamiti saja, tidak dimintai pendapat.) ...

Dugaan saya, inilah akar penyebab maka Bhante Ashin melontarkan doktrin Ketuhanan YME/Sanghyang Adi Buddha. ... Motifnya adalah politis sepenuhnya ... yaitu untuk mengimbangi pengaruh Bhante Win yang semakin besar di Indonesia ... Untuk itu dipilih satu isu yang memang sangat menakutkan bagi bangsa Indonesia pada tahun 1970-an, terutama bagi warga keturunan Tionghoa ... yakni isu ateisme. ...

Apa lagi, semua bhikkhu-bhikkhu muda itu ditahbiskan di Wat Bovoranives, garis keturunannya adalah Dhammayuttika. ... dengan demikian semua bhikkhu yang berasal dari satu garis keturunan boleh mengikuti upacara patimokkha ... bhikkhu yang bukan dari garis keturunan yang sama tidak boleh mengikuti patimokkha garis keturunan itu. ... Misalnya, alm Bhante Girirakkhito juga ditahbiskan di Thailand, tapi garis keturunannya adalah Maha Nikaya ... jadi beliau tidak bisa ikut patimokkha bhikkhu-bhikkhu Dhammayuttika. ... Bhante Jinapiya yang ditahbiskan di Sri Lanka, tidak bisa ikut patimokkha bhikkhu-bhikkhu Dhammayuttika ... sampai beliau bersedia ditahbiskan-ulang dalam garis keturunan Dhammayuttika sebagai Bhante Thitaketuko (saya tidak tahu, vassa beliau dihitung dari mana, dari penahbisan pertama atau dari penahbisan belakangan) ... Tapi bisa dibayangkan kelak, kalau bhikkhu-bhikkhu muda Dhammayuttika mengadakan patimokkha, maka Bhante Ashin tidak bisa ikut, karena berbeda garis keturunan ... :)

Ketika saya berangkat ke Thailand pada 1970, doktrin Sanghyang Adi Buddha belum saya dengar; ketika saya kembali pada 1971, Bhante Ashin sudah mulai mempromosikan doktrin itu.

Sekali lagi, apa yang saya paparkan di atas adalah sepenuhnya spekulasi saya. ... Bisa benar, bisa salah ... Adakah rekan-rekan yang mempunyai pendapat lain?

Salam,
hudoyo


williamhalim

Menarik sekali, Pak Hud....

Kisah2 seperti ini tidak akan kita peroleh dari buku2 sejarah.
Kisah2 seperti ini yang didengar langsung dari orang yg terlibat, menumbuhkan suatu rasa haru dan rasa... tali kekeluargaan diantara kita semua.

Meskipun perkembangannya sangat dinamis, bahkan berkesan organisasi terpecah, namun semua itu adalah proses yg normal, masing2 individu dapat mengkaji sendiri dan mengambil hikmahnya.

Anumodana Pak Hud, atas bukaan lembaran masa lalu ini.

PS: saya cukup bangga karena pernah ada seorang putra daerah Minang yg menjadi Bhikkhu.
Sejak Pak Mochtar Rasyid, tidak ada seorang pun putra Minang asli yg menjadi Dhammaduta, apalagi menjadi Bhikkhu.

_/\_

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

nyanadhana

 _/\_ Apakah bisa dibukukan sejarah perkembangan agama Buddha yang sesungguhnya di Indonesia? karena selama ini didominasi oleh satu pihak dan sedikit demi sedikit melakukan brainwash mengenai sejarah yang dibuatnya sehingga masyarakat mungkin melihat STI atau Theravada menjadi antipati dan lebih memilih cerita buatan daripada fakta.? Saya pikir ketika membaca history Buddhisme Indonesia sering kurang jelas, dan ceritanya sering dibuat untuk mencermelangkan pihak tertentu dan pihak lain dijelekkan.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

hudoyo

Quote from: nyanadhana on 05 June 2008, 10:00:36 AM
_/\_ Apakah bisa dibukukan sejarah perkembangan agama Buddha yang sesungguhnya di Indonesia? karena selama ini didominasi oleh satu pihak dan sedikit demi sedikit melakukan brainwash mengenai sejarah yang dibuatnya sehingga masyarakat mungkin melihat STI atau Theravada menjadi antipati dan lebih memilih cerita buatan daripada fakta.? Saya pikir ketika membaca history Buddhisme Indonesia sering kurang jelas, dan ceritanya sering dibuat untuk mencermelangkan pihak tertentu dan pihak lain dijelekkan.

hehe ... memang betul ... ketika para pujangga keraton Majapahit menulis buku sejarah Majapahit, "Negarakertagama" dan "Pararaton" ... dan ketika para pujangga keraton Mataram menulis buku sejarah Jawa, "Babad Tanah Jawi" ... ceritanya jelas dipoles hitam-putih untuk membenarkan segala kebijakan yang diambil oleh rajanya dan menjelekkan lawan-lawan politik dari sang raja. ... :)

Jelas penulisan seperti itu tidak bisa diterima dari segi historiografi. ...

Saya setuju para tokoh semua sekte/aliran/kelompok Agama Buddha duduk bersama untuk mengkaji seobyektif mungkin bahan-bahan sejarah Agama Buddha di Indonesia ... Mumpung banyak tokoh-tokoh tua yang masih hidup ... :)

Salam,
hudoyo

hartono238

Quote from: hudoyo on 04 June 2008, 04:26:49 PM
Quote from: nyanadhana on 04 June 2008, 04:19:55 PM
_/\_ Pak Hudoyo, yang bro Yong Cheng tulis juga adalah copas dari sebuah forum Buddhist,yang menulis adalah rekan senior di V.Ekayana. itulah yang mereka tahu dan mereka terima selama ini di Buddhayana. :) _/\_

Terima kasih, Rekan Nyanadhana, atas informasinya. ... :)

Jadi saya telah mengoreksi tulisan yang bersumber dari V. Ekayana itu.

Saya kenal baik dengan Bhante Dharmavimala. Malah saya pernah diundang ceramah di sana. :)

Semoga beliau membaca tulisan saya, dan kesalahpahaman antar-kelompok Agama Buddha dapat diselesaikan dengan baik.

Salam,
hudoyo

bagus sekali, pak hudoyo, jika anda kenal dengan bhante vim, tolong disampaikan informasi ini, saya rasa dengan nama pak hudoyo, pasti bhante menanggapi