biksu mahayana melanggar kaga kek gini?

Started by ryu, 28 February 2013, 12:46:51 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sunyata

Quote from: Sunya on 02 March 2013, 04:51:18 AM
Saya tidak merasa memulai sesuatu yang keluar topik. Dalam dua postingan terakhir saja, setidaknya ada 3-4 unsur OOT yang Anda angkat, diantaranya masalah kesucian, sindir-menyindir, memberi pilihan A, B, C yang tidak relevan dengan tulisan sebelumnya, serta bahkan panggilan formal dan etis (umum) yang masih Anda sangkal dan tolak penggunaannya. Apa susahnya mengakui kesalahan dan belajar berbahasa dengan baik? Kita selain pandai secara intelektual dan akademis, bukankah kita juga harus etis dalam berkomunikasi, yang salah satunya menghargai lawan bicara?
Jangan menghindar rekan, anda menanggapi reply OOT dan anda juga melayani reply OOT. Kedua ini jelas OOT. Apa susahnya mengakui kesalahan dan belajar dengan baik? Saya semata tidak ingin menggunakan Bu dan Pak dan Saudari dan Saudara kepada anda, tetapi rekan? Apakah selain Om saya juga tidak boleh memanggil anda sebagai rekan saya? Kalau ya, fine!

QuoteKalau bersosialisasi dengan orang Barat saja, mereka bisa menanyakan, "Seharusnya saya panggil kamu apa? Apakah boleh saya memanggilmu seperti ini? Apakah kamu senang saya panggil begini?"

Apa budaya Timur sedemikian merosotnya hingga menghargai teman komunikasi saja dianggap sebelah mata dan disepelekan?

Jangan katakan OOT, tapi berusahalah untuk berdiskusi yang baik. Tanpa bahasa benar dan kesantunan, apa yang mau Anda diskusikan?

_/\_
Saya memang Junker dengan pengetahuan tidak tinggi. Saya bahkan tidak dapat mengerti tulisan anda. Apakah anda terbebani? Apakah anda terguncang? Apa maksud anda menanggapi =_=" saya? Anda tidak suka candaan? Anda ingin buat chaos di sini? Apa maksud anda mereply postingan OOT? Maksud anda datang ke forum ini apa? Memecah belah? Mengadu domba? Why? Oh, ok. Fine!

Kelana

Pertanyaannya terlalu bias.

Jika yang ditanyakan adalah apakah bhiksu Mahayana melanggar vinaya jika melakukan perbuatan seperti dalam foto tersebut, jawabannya ya untuk beberapa foto.

Tapi jika pertanyaannya adalah apakah orang yang berpakaian bhiksu Mahayana yang di dalam foto melanggar vinaya? Jawabannya: Tidak Tahu. Mengapa? Karena saya pribadi tidak tahu apakah orang itu seorang bhiksu atau bukan.

Sebelum saya membaca topic ini saya sudah membaca berita di bawah ini sehingga membuat saya lebih cenderung waspada terlebih dulu dari pada buru-buru menilai.

Berita:

[spoiler]http://berita.bhagavant.com/2013/02/28/hong-kong-serukan-tindak-keras-bagi-visa-para-bhiksu-palsu.html[/spoiler]
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Indra

Quote from: Kelana on 02 March 2013, 10:46:32 AM
Pertanyaannya terlalu bias.

Jika yang ditanyakan adalah apakah bhiksu Mahayana melanggar vinaya jika melakukan perbuatan seperti dalam foto tersebut, jawabannya ya untuk beberapa foto.



IMO, pertanyaan pada subject persis spt quote di atas

seniya

Soal Vinaya yang dipakai dalam aliran Mahayana, setahu saya memakai Vinaya aliran Dharmaguptaka (untuk bhiksu Mahayana Cina) yang tidak banyak perbedaan dengan Vinaya Theravada (hanya perbedaan kecil pada aturan-aturan minor, misalnya pada aturan sekhiya Dharmaguptaka yang mengatur penghormatan pada stupa: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,23774.msg434504.html#msg434504)

Btw, ternyata di sini ada link ttg Vinaya yang dipakai dalam Mahayana: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18114.0
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

innocent baby



menurut bebi.....yg satu ini blm tentu melanggar.......bisa saja foto di atas adalah teknik meditasi terajana tingkat tinggi terbaru....coba perhatikan bhikhu tersebut seolah2 energynya sdh menyatu dan selaras dgn alam semesta sekitarnya  _/\_



Top1

Quote from: innocent baby on 02 March 2013, 01:15:13 PM


menurut bebi.....yg satu ini blm tentu melanggar.......bisa saja foto di atas adalah teknik meditasi terajana tingkat tinggi terbaru....coba perhatikan bhikhu tersebut seolah2 energynya sdh menyatu dan selaras dgn alam semesta sekitarnya  _/\_

Bahasa-nya tinggi sekali. Maksudnya tidur^-^

Sunya

Quote from: Sunyata on 02 March 2013, 10:06:25 AM
Itu menurut rekan.
Saya rasa sebelum ngomongin orang lain kita harus ngaca terlebih dahulu.
Apakah rekan menyimpan rasa tidak senang terhadap member di forum ini? Ataupun Buddhis teoritis di forum ini? Kalau memang anda tidak suka dengan lelucon anda bisa skip. Fine?
Ya, semoga saya hidup berbahagia. Terima kasih.

Menurut saya? Saya sedang bertanya: Situasi dan kondisi seperti apa yang jadi pertimbangan Anda dalam memberi panggilan tertentu? Lalu dimana letak permasalahan pribadinya?
Bagi saya ini etika, sebuah hal umum. Namun bagi Anda situasional dan masalah pribadi, jadi saya tanya apa situasinya dan dimana letak persoalan pribadinya?

Berkaca? Saya sudah beberapa kali menyatakan bahwa saya yang salah, jadi Anda maunya saya bagaimana? :)

Tidak senang? Darimana lagi hipotesis ini? Kita sedang membahas bahwa Anda menyindir dan membuat lelucon tentang orang lain. Lalu bagaimana relevansinya sampai Anda berkata saya tidak senang? :)
Jika ada yang senang dengan sindiran dan lelucon tentang dirinya, jadi Anda juga senang hati membuat sindiran dan lelucon kepada dia? Saya ingin tahu logika Anda sampai dimana. :)

Ya, semoga berbahagia. Salam sukses selalu.  _/\_

Indra

aih ... panggilan OM aja diributin, saya juga dipanggil OM sama nak Sunyata, padahal saya lebih muda dari dia, tapi saya gak keberatan tuh

Sunya

Quote from: Sunyata on 02 March 2013, 10:34:37 AM
Jangan menghindar rekan, anda menanggapi reply OOT dan anda juga melayani reply OOT. Kedua ini jelas OOT. Apa susahnya mengakui kesalahan dan belajar dengan baik? Saya semata tidak ingin menggunakan Bu dan Pak dan Saudari dan Saudara kepada anda, tetapi rekan? Apakah selain Om saya juga tidak boleh memanggil anda sebagai rekan saya? Kalau ya, fine!
Saya memang Junker dengan pengetahuan tidak tinggi. Saya bahkan tidak dapat mengerti tulisan anda. Apakah anda terbebani? Apakah anda terguncang? Apa maksud anda menanggapi =_=" saya? Anda tidak suka candaan? Anda ingin buat chaos di sini? Apa maksud anda mereply postingan OOT? Maksud anda datang ke forum ini apa? Memecah belah? Mengadu domba? Why? Oh, ok. Fine!

Hm, jadi bukan tipe ksatria rupanya. Jadi diskusi ini seperti saling melempar handuk? Anda yang mulai lalu Anda menyalahkan yang menanggapi, lalu yang menanggapi juga kembali menyalahkan Anda. Apa Anda maunya sikap Buddhis seperti itu? Belajarlah akui kesalahan, jika memang salah akui sehingga masalah cepat selesai dan jernih kembali.

Saya tidak pernah menyatakan Anda tidak boleh memanggil saya sebagai rekan. :) Ini pun OOT baru yang Anda buat. Persoalan panggilan tersebut saya hanya menjelaskan etika dan sopan santun dalam berdiskusi, dan sampai detik ini Anda menolak ideologi tersebut. Seharusnya jika Anda orang Timur, dan mengerti etika pergaulan, Anda tahu bahwa persoalan ini tidak perlu dibuat panjang. Seandainya terjadi di dunia nyata, apa Anda juga akan sekeras ini melawan arus pergaulan secara umum? :)

Hm, tudingan demi tudingan dilayangkan... saya kira kita disini santai saja, saya tidak menganggap Anda musuh, dan juga saya anggap diskusi ini cuma saling tukar wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang ajaran Buddha praktis dan juga teoritis. Kalau lalu diskusi menyempit pada saling koreksi dan satu pihak tidak terima, saya kira terlalu jauh untuk mengaitkan ke masalah adu domba atau memecah belah. Ini sangkaan Anda terhadap saya? :)

Jadi bagaimana, Anda menulis pernyataan tentu bisa menuai tanggapan. Jika Anda tidak bersedia ditanggapi, mungkin ada dua solusi:
1. Jangan menulis pernyataan.
2. Menulis pernyataan di laman (website) sendiri.

Atau, ada nomor 3, yakni hanya mengutip ucapan/sabda/ayat dari orang suci. Jadi posibilitas dikritisi amat kecil (karena faktor sakral-psikis dan informasi non-interaktif, satu arah).

Yang terpenting, tenanglah... tidak selalu prasangka Anda benar. Saya (dalam posisi saya) sama sekali tidak ada niat menyinggung, apalagi menyakiti (I mean no harm). Tapi jika Anda berpikir begitu, Anda sendiri yang sakit, benar? :)

Salam kekeluargaan dan cinta kasih. Kita berpelukan saja tanda saudara, do you trust me_/\_

Sunya

Quote from: Indra on 02 March 2013, 06:59:17 PM
aih ... panggilan OM aja diributin, saya juga dipanggil OM sama nak Sunyata, padahal saya lebih muda dari dia, tapi saya gak keberatan tuh

Memangnya saya keberatan? Membahas etika bahasa yang kebetulan sampelnya adalah peristiwa yang kita alami, bukan berarti keberatan toh? Membahas dharma juga kerap terkait dengan kehidupan sehari-hari, dan belum tentu kita kaitkan dengan subyektivitas kita (senang dan tidak senang, keberatan dan tidak keberatan). Kita bahas sesuai referensi/rujukan (misalnya kitab suci atau norma umum), bukan atas dasar perasaan subyektif kita. :)

Salam obyektivitas dan semoga berbahagia.  _/\_

Indra

Quote from: Sunya on 02 March 2013, 07:16:43 PM
Memangnya saya keberatan? Membahas etika bahasa yang kebetulan sampelnya adalah peristiwa yang kita alami, bukan berarti keberatan toh? Membahas dharma juga kerap terkait dengan kehidupan sehari-hari, dan belum tentu kita kaitkan dengan subyektivitas kita (senang dan tidak senang, keberatan dan tidak keberatan). Kita bahas sesuai referensi/rujukan (misalnya kitab suci atau norma umum), bukan atas dasar perasaan subyektif kita. :)

Salam obyektivitas dan semoga berbahagia.  _/\_

kalau itu bukan ekspresi keberatan seharusnya tidak perlu mengacaukan diskusi dengan komentar2 OOT, jika salah satu lebih bijaksana, ia seharusnya bisa berinisiatif untuk mengakhiri perdebatan yg tidak perlu, karena untuk berdebat minimal diperlukan 2 orang, dan hanya diperlukan 1 orang untuk mengakhirinya

will_i_am

cuma masalah panggilan aja sampai terbeban begitu... =))

ternyata orang suci masih memikul beban... :P
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Indra

Quote from: will_i_am on 02 March 2013, 07:28:04 PM
cuma masalah panggilan aja sampai terbeban begitu... =))

ternyata orang suci masih memikul beban... :P

ada orang suci yg telah menurunkan beban, dan ada juga orang suci tertentu (baca: spesies belut) yg memikul beban

Indra

 [at] Sunyata,

kalau boleh saya mau kasih saran pada anda. Sepengamatan saya, umumnya orang tidak terlalu mempermasalahkan kesalahan panggilan yg berhubungan dengan umur, tapi orang akan merasa sangat terganggu jika ada kesalahan panggilan sehubungan dengan gender, anda bisa melihat di forum ini, di mana member baru biasanya protes jika terjadi kesalahan pada Bro/Sis. jadi saran saya mungkin anda bisa mencoba mengganti panggilan OM menjadi MBAK, mungkin hal ini bisa mendamaikan kalian.

Disclaimer: saran boleh tidak diterima.


Sunya

Quote from: Indra on 02 March 2013, 07:22:40 PM
kalau itu bukan ekspresi keberatan seharusnya tidak perlu mengacaukan diskusi dengan komentar2 OOT, jika salah satu lebih bijaksana, ia seharusnya bisa berinisiatif untuk mengakhiri perdebatan yg tidak perlu, karena untuk berdebat minimal diperlukan 2 orang, dan hanya diperlukan 1 orang untuk mengakhirinya

Saya ulangi: Saya sedang berdiskusi masalah etika bahasa. Itu saja. Jika Anda anggap mengacaukan diskusi, saya bisa menerima sanksi apapun yang diberikan. Jika Anda masih menganggap saya keberatan, berarti Anda dipenuhi prasangka. Pada faktanya, saya sering dipanggil lebih parah dari sebutan Om tersebut, nama-nama binatang dan pemain sirkus pun pernah saya terima di forum ini. Ucapan Om itu sebuah panggilan kepada saudara Ayah atau Ibu, bukan sesuatu yang bisa membuat siapapun keberatan. Sekali lagi: Etika penggunaan bahasa yang benar. Jika memang Anda minimal lulus sekolah atas, pasti Anda bisa membedakan topik akademis dan juga masalah pribadi (personal).

Salam bijak dan arif dalam dharma. Semoga berbahagia.  _/\_