biksu mahayana melanggar kaga kek gini?

Started by ryu, 28 February 2013, 12:46:51 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Indra

Quote from: dato' tono on 04 March 2013, 09:16:26 AM
badut, belut, t*l*l, b*d*h ? koq bs sampe di panggil gtu... astagabuddha...

ini yg masalah, si om ato si lawan bicara ya ? hmmm...
gpp lah, ambil sisi positifnya, thomas alfa edison dulu nya jg dikatakan gila, b*d*h tp berhasil menemukan sesuatu n jd ilmuwan hebat, sapa tau om ntar bs jd spiritual hebat menemukan cara mencapai kesucian express... ;D

:hammer: dato gak salah orang kah?

dipasena

Quote from: Indra on 04 March 2013, 09:22:09 AM
:hammer: dato gak salah orang kah?

loh, kita sedang bahas om sunya toh ?

[quote author=sunya]
Semua keputusan pemanggilan ada pada subyek (dalam hal ini M14ka). Kalau saya pribadi mau dipanggil apa juga tidak masalah. Dulu saya pernah dipanggil belut, badut, bahkan bod*h dan tol*l, juga tetap saya layani pembicaraannya. Bagi saya yang salah bukan pada yang dipanggil, tapi pada subyek yang memberi panggilan tersebut, sebab itu adalah proyeksi dari pikiran dia dalam menilai sesuatu. :)
[/quote]

tulisan sy bukan di tujukan ke dewa indra, mungkin salah quote aja, mksd nya melanjutkan pembicaraan aja... ;D

Sunya

Quote from: Indra on 04 March 2013, 08:50:36 AM
saya pikir kita ngomong soal melihat semut dan gajah. dalam melihat, mata yg tertutup debu tentu beda dengan mata yg tertutup gajah.

ya selama ia benar2 memiliki, tapi sangat layak untuk dipermasalahkan jika hal itu adalah kebohongan, apalagi jika bertujuan untuk menjaring pengikut demi mencari kehidupan mewah tanpa bekerja, spt yg dilakukan oleh seorang badut hidup.

Pepatah itu kiasan, rekan Indra. :)

Saya kira kurang relevan. Bohong atau tidak bohong setelah ditelusuri baru ditemukan. Sedangkan jika baru sebatas klaim, atau bahkan dugaan, saya rasa kurang layak jika dicemooh, dicela atau ditertawakan.

Bagi saya badut mati juga ada, toh dia sudah meninggal lebih dari dua abad yang lalu. Kalau ini bagaimana?

Bahas begini jangan emosi ya, saya bahas masih ikut alur diskusi Anda. Salam.  _/\_

Sunya

Quote from: Indra on 04 March 2013, 08:53:49 AM
saya ingin bertanya ulang karena pertanyaan ini sudah saya tanyakan dan tidak dijawab.

di mana anda dipanggil "badut" di forum ini? saya selalu mengikuti semua diskusi di forum ini, tapi kenapa yg satu ini bisa terlewat ya? awas, anda akan dianggap memfitnah jika tidak bisa membuktikan.

Jangan mengancam, Sdr. Indra. :)

Jika Anda selalu mengikuti diskusi, bagaimana Anda bisa melewatkan tulisan Anda sendiri:

Quote from: Indra on 11 January 2013, 07:16:05 PM
maaf saya tidak memberi salam pada badut, dan anda bukan pengecualian di sini.

Indra, Indra... belajar mengingat dan bertanggung jawab.  _/\_

Indra

Quote from: Sunya on 04 March 2013, 10:18:15 AM
Jangan mengancam, Sdr. Indra. :)

Jika Anda selalu mengikuti diskusi, bagaimana Anda bisa melewatkan tulisan Anda sendiri:


oh, ternyata persis sesuai dugaan saya, jika tulisan saya yg anda maksudkan, sebutan "badut" itu bukan ditujukan pada anda. dan saya percaya bahwa semua member di sini yg bergabung sebelum tahun 2012 tahu persis siapa yg saya maksudkan, ternyata dibalik segala omong besar etika berbahasa, anda sama sekali tidak memahami bahasa.

Quote
Indra, Indra... belajar mengingat dan bertanggung jawab.  _/\_

saya sudah mempertanggungjawabkan bagian saya, mana bagian anda?

dhammadinna

#200
Quote from: Sunya on 01 March 2013, 05:10:14 PM
Pengecualian misalnya memegang wanita saat banjir atau kebakaran (dengan maksud menolong). Jika ini tidak dipermasalahkan dalam Vinaya, maka pertanyaan tentang pengecualian ini gugur.

Ini tetap merupakan pelanggaran.

Menurut saya, jika ada wanita yang terhanyut/terbakar, pertama-tama ia seharusnya mencari cara untuk menolong tanpa harus melakukan pelanggaran vinaya. Misalnya meminta bantuan orang lain untuk menolong.

Jika tidak ada cara lain untuk menolong dan JIKA bhikkhu tersebut pada akhirnya memutuskan untuk melanggar vinaya demi menolong wanita tsb, maka setelah itu ia harus mengakui pelanggaran ini di hadapan bhikkhu lain. Dan, intropeksi diri agar kelak terhindar dari keadaan yang membuat ia 'terpaksa' melanggar vinaya lagi.

QuoteBisa dijelaskan makna dari kata "hanyut" atau "terbakar" yang Anda maksud...

Keadaan "hanyut" atau "terbakar": diliputi nafsu/kebencian, dan diliputi penyesalan.

Sunya

Quote from: Indra on 04 March 2013, 10:27:16 AM
oh, ternyata persis sesuai dugaan saya, jika tulisan saya yg anda maksudkan, sebutan "badut" itu bukan ditujukan pada anda. dan saya percaya bahwa semua member di sini yg bergabung sebelum tahun 2012 tahu persis siapa yg saya maksudkan, ternyata dibalik segala omong besar etika berbahasa, anda sama sekali tidak memahami bahasa.

saya sudah mempertanggungjawabkan bagian saya, mana bagian anda?

Saya kira makna dari kalimat tersebut sudah jelas, ternyata masih mau berkelit. :)

Saya tidak berurusan dengan siapa yang Anda sebut badut. Yang saya lihat, Anda memasukkan lawan bicara Anda sebagai "bukan pengecualian", yang artinya sama dengan obyek dan predikat yang Anda berikan sebelumnya. Jika ini Anda maksud bahwa saya tidak paham bahasa, maaf saja saya kebetulan dari jurusan Bahasa. Untuk memahami kalimat seperti ini, saya kira anak sekolah dasar pun sudah bisa mengerti.

Mari kita lihat lagi kalimat yang sudah jelas tapi tidak mau Anda akui maknanya:
"Maaf saya tidak memberi salam pada badut, dan anda bukan pengecualian di sini."

:)

Salam keberanian saja, rekan Indra. Hal sekecil ini Anda mau cuci tangan? :)

_/\_

Indra

Quote from: Sunya on 04 March 2013, 11:15:07 AM
Saya kira makna dari kalimat tersebut sudah jelas, ternyata masih mau berkelit. :)

Saya tidak berurusan dengan siapa yang Anda sebut badut. Yang saya lihat, Anda memasukkan lawan bicara Anda sebagai "bukan pengecualian", yang artinya sama dengan obyek dan predikat yang Anda berikan sebelumnya. Jika ini Anda maksud bahwa saya tidak paham bahasa, maaf saja saya kebetulan dari jurusan Bahasa. Untuk memahami kalimat seperti ini, saya kira anak sekolah dasar pun sudah bisa mengerti.

Mari kita lihat lagi kalimat yang sudah jelas tapi tidak mau Anda akui maknanya:
"Maaf saya tidak memberi salam pada badut, dan anda bukan pengecualian di sini."

:)

Salam keberanian saja, rekan Indra. Hal sekecil ini Anda mau cuci tangan? :)

_/\_

saya klarifikasi ya, bukan bermaksud cuci tangan, tapi jika anda adalah target saya, maka sebutan "badut" itu pun menurut saya sudah terlalu mulia buat anda.

"Maaf saya tidak memberi salam pada badut, dan anda bukan pengecualian di sini."--> pengecualian dalam kalimat itu adalah dalam konteks "memberi salam", bukan "badutnya"

jika saya mengatakan "badut" pada anda, itu berarti saya sangat memuji anda, dan itu adalah kebohongan.

sanjiva

Menurut gw, diskusi di thread ini sudah jauh melenceng dari topiknya yang semula, menjadi ngalor ngidul dan acara berbalas pantun.

Kemana tuhan dan para punggawanya yang menjadi moderator di DC ini?   Ataukah memang sengaja membiarkan diskusi 14 halaman sementara yang menjawab pertanyaan topik hanya 3 orang saza ?

Saran gw: sudahlah, yang waras ngalah saja^-^ ;D


Disclaimer:
Gw berkomentar ini tidak merasa terbebani lho. :whistle:
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Indra

Quote from: sanjiva on 04 March 2013, 11:50:21 AM
Menurut gw, diskusi di thread ini sudah jauh melenceng dari topiknya yang semula, menjadi ngalor ngidul dan acara berbalas pantun.

Kemana tuhan dan para punggawanya yang menjadi moderator di DC ini?   Ataukah memang sengaja membiarkan diskusi 14 halaman sementara yang menjawab pertanyaan topik hanya 3 orang saza ?

Saran gw: sudahlah, yang waras ngalah saja^-^ ;D


Disclaimer:
Gw berkomentar ini tidak merasa terbebani lho. :whistle:

payah deh, mengganggu keasikan orang aja. tapi ok lah, karena saya waras maka saya mundur (baca: ngalah) dari topik ini.

Indra

Quote from: Sunya on 04 March 2013, 10:11:43 AM
Pepatah itu kiasan, rekan Indra. :)

Saya kira kurang relevan. Bohong atau tidak bohong setelah ditelusuri baru ditemukan. Sedangkan jika baru sebatas klaim, atau bahkan dugaan, saya rasa kurang layak jika dicemooh, dicela atau ditertawakan.

Bagi saya badut mati juga ada, toh dia sudah meninggal lebih dari dua abad yang lalu. Kalau ini bagaimana?

Bahas begini jangan emosi ya, saya bahas masih ikut alur diskusi Anda. Salam.  _/\_

saya tidak emosi, dan mari kita lanjutkan diskusinya.

saya tidak tahu soal badut mati itu, bisa tolong informasi yg lebih jelas, apakah badut itu yg sudah matek lebih dari 200 tahun lalu itu punya nama yg cukup bisa diidentifikasikan orangnya?

[at] Sanjiva, sekarang udah mulai diskusi beneran, jadi gak ada hubungan soal ngalah2an

sanjiva

Quote from: Indra on 04 March 2013, 12:42:38 PM
saya tidak emosi, dan mari kita lanjutkan diskusinya.

saya tidak tahu soal badut mati itu, bisa tolong informasi yg lebih jelas, apakah badut itu yg sudah matek lebih dari 200 tahun lalu itu punya nama yg cukup bisa diidentifikasikan orangnya?

[at] Sanjiva, sekarang udah mulai diskusi beneran, jadi gak ada hubungan soal ngalah2an

Kalau mau lanjut berduaan, silahkan buka kamar aja bro.  ^-^ :whistle:

Ada baiknya dibuka thread baru soal badut atau apalah, biar fokus diskusi tentang topiknya itu. Tapi memang sih kalo sengaja buka topik baru kayaknya jadi sepi yah tanggapannya?  :))  Enakan main pingpong dithread yang sudah ada.  ^:)^

I'm out now.  Moga2 kuat nih gw, semoga tetap waras.  >:D
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

M14ka

Quote from: Sunya on 04 March 2013, 06:44:14 AM
Semua keputusan pemanggilan ada pada subyek (dalam hal ini M14ka). Kalau saya pribadi mau dipanggil apa juga tidak masalah. Dulu saya pernah dipanggil belut, badut, bahkan bod*h dan tol*l, juga tetap saya layani pembicaraannya. Bagi saya yang salah bukan pada yang dipanggil, tapi pada subyek yang memberi panggilan tersebut, sebab itu adalah proyeksi dari pikiran dia dalam menilai sesuatu. :)

Untuk panggilan pada Pak Hadi, kalau tanya saran saya, sebaiknya tanyakan pada yang bersangkutan lebih nyaman dan baik.

Sebelum ini, sudah pernah saya postingkan tentang sikap moral orang bule, bahwa walau mereka tidak punya etika panggilan baku untuk orang lebih tua, tapi mereka bisa menanyakan, "Bagaimana saya harus memanggilmu?", atau "Kau lebih nyaman kupanggil apa?"

Itu sekedar pengalaman saja, bisa saja kurang relevan dan tepat.

Ya, terima kasih untuk referensi panggilan Om dari M14ka dan Sdr. Sunyata.  _/\_

Kl ga masalah np pembahasannya panjang banget yaa....  ^-^  Jadi kl dipanggil om juga uda ga masalah donk ya kk? ;D

Indra

Quote from: M14ka on 04 March 2013, 12:59:07 PM
Kl ga masalah np pembahasannya panjang banget yaa....  ^-^  Jadi kl dipanggil om juga uda ga masalah donk ya kk? ;D

:hammer: om lagi om lagi ... cpddd

M14ka