Siangnya Mengemis - Malam Hari Makan di Fastfood

Started by sanjiva, 12 December 2012, 12:22:39 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

kullatiro

balik ke asal; semua mahluk ingin bahagia, lepas dari derita, lepas dari kebencian, lepas dari ganguan, lepas dari perlakuan buruk.

Tidak ada salah nya biar pun bila photo tersebut memperlihat kan si ibu makan fastfood dan anak nya makan fastfood apakah karena dia mengemis di kereta api maka dia kehilangan hak  sebagai mahluk untuk bahagia dan hak sebagai manusia untuk makan enak di resto fastfood tersebut bila dia punya uang biarpun dari hasil mengemis?

Wolvie

Quote from: Rico Tsiau on 12 December 2012, 02:23:07 PM
kadang kasian aja, belakangan poto ini muncul dengan keterangan yang salah.
dan dimana-mana menjadi celaan..

bahkan ada yang bilang pengemis tak tau diri.. ckckckck...

padahal kan ini ibu cuman sekali-kali ngajak anaknya makan fast food, yang notabenenya juga bukan barang mewah. kasian, anak orang lain bisa makan barang ini dengan sering nah ini anak si ibu hanya bisa makan sekali ato dua kali aja. apa salahnya?
jaman sekarang memang banyak berita2 bohong alias hoax, hoax kesehatan, ato yang kemarin aja baru rame, kasus rohingya, gambar apa, kejadian sebenernya mah apa..

tapi meski udah sering, gw tetep terkaget2 klo tau itu berita bohong/diplintir..

sanjiva

#17
artikel lama sebelum tahun 2010an mungkin....


Kisah Pengemis Terkaya di Indonesia






Cak To, begitu dia biasa dipanggil. Besar di keluarga pengemis, berkarir sebagai pengemis, dan sekarang jadi bos puluhan pengemis di Surabaya. Dari jalur minta-minta itu, dia sekarang punya dua sepeda motor, sebuah mobil gagah, dan empat rumah. Berikut kisah hidupnya.

Cak To tak mau nama aslinya dipublikasikan. Dia juga tak mau wajahnya terlihat ketika difoto untuk harian ini. Tapi, Cak To mau bercerita cukup banyak tentang hidup dan ''karir''-nya. Dari anak pasangan pengemis yang ikut mengemis, hingga sekarang menjadi bos bagi sekitar 54 pengemis di Surabaya.

Setelah puluhan tahun mengemis, Cak To sekarang memang bisa lebih menikmati hidup. Sejak 2000, dia tak perlu lagi meminta-minta di jalanan atau perumahan. Cukup mengelola 54 anak buahnya, uang mengalir teratur ke kantong.

Sekarang, setiap hari, dia mengaku mendapatkan pemasukan bersih Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu. Berarti, dalam sebulan, dia punya pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 9 juta.

Cak To sekarang juga sudah punya rumah di kawasan Surabaya Barat, yang didirikan di atas tanah seluas 400 meter persegi. Di kampung halamannya di Madura, Cak To sudah membangun dua rumah lagi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk emak dan bapaknya yang sudah renta. Selain itu, ada satu lagi rumah yang dia bangun di Kota Semarang.

Untuk ke mana-mana, Cak To memiliki dua sepeda motor Honda Supra Fit dan sebuah mobil Honda CR-V kinclong keluaran 2004.

Tidak mudah menemui seorang bos pengemis. Ketika menemui wartawan harian ini di tempat yang sudah dijanjikan, Cak To datang menggunakan mobil Honda CR-V-nya yang berwarna biru metalik.

Meski punya mobil yang kinclong, penampilan Cak To memang tidak terlihat seperti ''orang mampu''. Badannya kurus, kulitnya hitam, dengan rambut berombak dan terkesan awut-awutan. Dari gaya bicara, orang juga akan menebak bahwa pria kelahiran 1960 itu tak mengenyam pendidikan cukup. Cak To memang tak pernah menamatkan sekolah dasar.

Dengan bahasa Madura yang sesekali dicampur bahasa Indonesia, pria beranak dua itu mengaku sadar bahwa profesinya akan selalu dicibir orang. Namun, pria asal Bangkalan tersebut tidak peduli. ''Yang penting halal,'' ujarnya mantap.

Cak To bercerita, hampir seluruh hidupnya dia jalani sebagai pengemis. Sulung di antara empat bersaudara itu menjalani dunia tersebut sejak sebelum usia sepuluh tahun. Menurtu dia, tidak lama setelah peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI.

Maklum, emak dan bapaknya dulu pengemis di Bangkalan. ''Dulu awalnya saya diajak Emak untuk meminta-minta di perempatan,'' ungkapnya.

Karena mengemis di Bangkalan kurang ''menjanjikan'', awal 1970-an, Cak To diajak orang tua pindah ke Surabaya. Adik-adiknya tidak ikut, dititipkan di rumah nenek di sebuah desa di sekitar Bangkalan. Tempat tinggal mereka yang pertama adalah di emprean sebuah toko di kawasan Jembatan Merah.

Bertahun-tahun lamanya mereka menjadi pengemis di Surabaya. Ketika remaja, ''bakat'' Cak To untuk menjadi bos pengemis mulai terlihat.

Waktu itu, uang yang mereka dapatkan dari meminta-minta sering dirampas preman. Bapak Cak To mulai sakit-sakitan, tak kuasa membela keluarga. Sebagai anak tertua, Cak To-lah yang melawan. ''Saya sering berkelahi untuk mempertahankan uang,'' ungkapnya bangga.

Meski berperawakan kurus dan hanya bertinggi badan 155 cm, Cak To berani melawan siapa pun. Dia bahkan tak segan menyerang musuhnya menggunakan pisau jika uangnya dirampas. Karena keberaniannya itulah, pria berambut ikal tersebut lantas disegani di kalangan pengemis. ''Wis tak nampek. Mon la nyalla sebet (Kalau dia bikin gara-gara, langsung saya sabet, Red),'' tegasnya.

Selain harus menghadapi preman, pengalaman tidak menyenangkan terjadi ketika dia atau keluarga lain terkena razia petugas Satpol PP. ''Kami berpencar kalau mengemis,'' jelasnya.

Kalau ada keluarga yang terkena razia, mau tidak mau mereka harus mengeluarkan uang hingga ratusan ribu untuk membebaskan.

Cak To tergolong pengemis yang mau belajar. Bertahun-tahun mengemis, berbagai ''ilmu'' dia dapatkan untuk terus meningkatkan penghasilan. Mulai cara berdandan, cara berbicara, cara menghadapi aparat, dan sebagainya.

Makin lama, Cak To menjadi makin senior, hingga menjadi mentor bagi pengemis yang lain. Penghasilannya pun terus meningkat. Pada pertengahan 1990, penghasilan Cak To sudah mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. ''Pokoknya sudah enak,'' katanya.

Dengan penghasilan yang terus meningkat, Cak To mampu membeli sebuah rumah sederhana di kampungnya. Saat pulang kampung, dia sering membelikan oleh-oleh cukup mewah. ''Saya pernah beli oleh-oleh sebuah tape recorder dan TV 14 inci,'' kenangnya.

Saat itulah, Cak To mulai meniti langkah menjadi seorang bos pengemis. Dia mulai mengumpulkan anak buah.

Cerita tentang ''keberhasilan'' Cak To menyebar cepat di kampungnya. Empat teman seumuran mengikutinya ke Surabaya. ''Kasihan, panen mereka gagal. Ya sudah, saya ajak saja,'' ujarnya enteng.

Sebelum ke Surabaya, Cak To mengajari mereka cara menjadi pengemis yang baik. Pelajaran itu terus dia lanjutkan ketika mereka tinggal di rumah kontrakan di kawasan Surabaya Barat. ''Kali pertama, teman-teman mengaku malu. Tapi, saya meyakinkan bahwa dengan pekerjaan ini, mereka bisa membantu saudara di kampung,'' tegasnya.

Karena sudah mengemis sebagai kelompok, mereka pun bagi-bagi wilayah kerja. Ada yang ke perumahan di kawasan Surabaya Selatan, ada yang ke Surabaya Timur.

Agar tidak mencolok, ketika berangkat, mereka berpakaian rapi. Ketika sampai di ''pos khusus'', Cak To dan empat rekannya itu lantas mengganti penampilan. Tampil compang-camping untuk menarik iba dan uang recehan.

Hanya setahun mengemis, kehidupan empat rekan tersebut menunjukkan perbaikan. Mereka tak lagi menumpang di rumah Cak To. Sudah punya kontrakan sendiri-sendiri.

Pada 1996 itu pula, pada usia ke-36, Cak To mengakhiri masa lajang. Dia menyunting seorang gadis di kampungnya. Sejak menikah, kehidupan Cak To terus menunjukkan peningkatan...

Setiap tahun, jumlah anak buah Cak To terus bertambah. Semakin banyak anak buah, semakin banyak pula setoran yang mereka berikan kepada Cak To. Makanya, sejak 2000, dia sudah tidak mengemis setiap hari.

Sebenarnya, Cak To tak mau mengungkapkan jumlah setoran yang dia dapatkan setiap hari. Setelah didesak, dia akhirnya mau buka mulut. Yaitu, Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu per hari, yang berarti Rp 6 juta hingga Rp 9 juta per bulan.

Menurut Cak To, dia tidak memasang target untuk anak buahnya. Dia hanya minta setoran sukarela. Ada yang setor setiap hari, seminggu sekali, atau sebulan sekali. ''Ya alhamdulillah, anak buah saya masih loyal kepada saya,'' ucapnya.

Dari penghasilannya itu, Cak To bahkan mampu memberikan sebagian nafkah kepada masjid dan musala di mana dia singgah. Dia juga tercatat sebagai donatur tetap di sebuah masjid di Gresik. ''Amal itu kan ibadah. Mumpung kita masih hidup, banyaklah beramal,'' katanya.

Sekarang, dengan hidup yang sudah tergolong enak itu, Cak To mengaku tinggal mengejar satu hal saja. ''Saya ingin naik haji,'' ungkapnya. Bila segalanya lancar, Cak To akan mewujudkan itu pada 2010 nanti.

Sumber :[spoiler]
http://yafi20.blogspot.com/2011/06/kisah-pengemis-terkaya-di-indonesia.html#ixzz1Owwz2llw
[/spoiler]
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

M14ka


sanjiva

Quote from: M14ka on 12 December 2012, 02:55:12 PM
Kenapa mrk mau nyetor ama Cakto ya?

Karena diberikan koordinasi, pengarahan, training, dan keamanan.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

juanpedro

mengemis itu... apakah merupakan mata pencaharian benar? ;D

kullatiro

Memang menyedihkan kadang bila kita berhadapan dengan keserakahan (greedy); greedy vs metta.

Di jembatan grogol 2 menuju ke citraland; ada pengemis cilik laki laki suka tidur di jembatan tersebut suatu ketika wa tidak membawa permen atau kue kue kecil kebetulan di jembatan tersebut ada yang jualan roti jadi wa berniat membelikan roti dari tukang roti tersebut wa tanyakan mau roti apa? di menggelengkan kepala mau nya uang nya saja bukan roti nya, wa tanya berapakali jawaban nya uang sambil menggelengkan kepalanya.

Tukang roti akhir bilang anak ini mau nya uang bukan roti, agak menyedihkan akhir nya wa tidak membelikan roti dan juga tidak memberikan uang ke pengemis cilik ini, wa memutuskan untuk anak kecil hanya memberikan makanan saja tidak dalam bentuk uang.

juanpedro

Quote from: kullatiro on 12 December 2012, 03:17:23 PM
Memang menyedihkan kadang bila kita berhadapan dengan keserakahan (greedy); greedy vs metta.

Di jembatan grogol 2 menuju ke citraland; ada pengemis cilik laki laki suka tidur di jembatan tersebut suatu ketika wa tidak membawa permen atau kue kue kecil kebetulan di jembatan tersebut ada yang jualan roti jadi wa berniat membelikan roti dari tukang roti tersebut wa tanyakan mau roti apa? di menggelengkan kepala mau nya uang nya saja bukan roti nya, wa tanya berapakali jawaban nya uang sambil menggelengkan kepalanya.

Tukang roti akhir bilang anak ini mau nya uang bukan roti, agak menyedihkan akhir nya wa tidak membelikan roti dan juga tidak memberikan uang ke pengemis cilik ini, wa memutuskan untuk anak kecil hanya memberikan makanan saja tidak dalam bentuk uang.
imo, berdana juga butuh kebijaksanaan. :)

bluppy

Quote from: kullatiro on 12 December 2012, 03:17:23 PM
Memang menyedihkan kadang bila kita berhadapan dengan keserakahan (greedy); greedy vs metta.

Di jembatan grogol 2 menuju ke citraland; ada pengemis cilik laki laki suka tidur di jembatan tersebut suatu ketika wa tidak membawa permen atau kue kue kecil kebetulan di jembatan tersebut ada yang jualan roti jadi wa berniat membelikan roti dari tukang roti tersebut wa tanyakan mau roti apa? di menggelengkan kepala mau nya uang nya saja bukan roti nya, wa tanya berapakali jawaban nya uang sambil menggelengkan kepalanya.

kalau pengemis cilik di jalan2 jakarta
banyak yang sudah dikoordinir geng preman dll,
jadi setiap hari pengemis mesti setor ke boss

kalau benar2 mau membantu anak jalanan/pengemis anak di jalanan
ada yg tau progam yg baik ngk ?
kalau ada, bisa tolong kasih tau nama yayasan, dll, cara mendukung, dll ?
seperti anak jalanan direhabilitasi ke panti asuhan
sekolah untuk anak jalanan dll ?
karena itu masalah jangka panjang, dan penolongan jangka panjang juga


M14ka

Tapi ga smua ada bosnya kan kayanya, kl nenek"?
Pernah liat yg tinggal di bwh jembatan mrk memakai air dr sungai" yg uda kotor itu ya?

bluppy

Quote from: M14ka on 12 December 2012, 03:45:29 PM
Tapi ga smua ada bosnya kan kayanya, kl nenek"?
Pernah liat yg tinggal di bwh jembatan mrk memakai air dr sungai" yg uda kotor itu ya?

yap, ngk semua ada boss nya
ada juga yg sekeluarga semuanya pengemis
dan tinggal di rumah2 kumuh

never ending story yag...
kembali ke kata2 bro adi lim dag "berlatih melepas"

M14ka

Quote from: juanpedro on 12 December 2012, 03:16:18 PM
mengemis itu... apakah merupakan mata pencaharian benar? ;D

Bhikkhu di hutan bknnya mengemis juga ya? CMIIW

Quote from: bluppy on 12 December 2012, 03:50:32 PM
yap, ngk semua ada boss nya
ada juga yg sekeluarga semuanya pengemis
dan tinggal di rumah2 kumuh

never ending story yag...
kembali ke kata2 bro adi lim dag "berlatih melepas"

Yup kl uda kasih sih pst hrs ikhlas, cm kl sebelum memberi mau pilih" dlu kan... Kdg sy suka beri pengemis yg itu" aja, entah napa, mgkn krn pernah liat ada yg kasi byk bngt ama pengemis lain jd ga pernah kasi yg itu....

FZ

Quote from: bluppy on 12 December 2012, 03:30:37 PM
kalau pengemis cilik di jalan2 jakarta
banyak yang sudah dikoordinir geng preman dll,
jadi setiap hari pengemis mesti setor ke boss

kalau benar2 mau membantu anak jalanan/pengemis anak di jalanan
ada yg tau progam yg baik ngk ?
kalau ada, bisa tolong kasih tau nama yayasan, dll, cara mendukung, dll ?
seperti anak jalanan direhabilitasi ke panti asuhan
sekolah untuk anak jalanan dll ?
karena itu masalah jangka panjang, dan penolongan jangka panjang juga
kadang ini masalah juga.. pengemis di jakarta khususnya kebanyakan sudah ada "sistem setoran"
jadi tidak jauh beda dengan sopir angkot yang tiap abis narik nyetor ke juragan..
dan dana yang dikasih juga gak sampai ke mereka dengan baik..

pemerintah pun sepertinya tidak ada tindakan apa2.. oleh karena itu saya pribadi, memberi dana ke "kebanyakan" pengemis sebenarnya juga tindakan "sia-sia" lebih baik memberi ke yang benar2 membutuhkan (misal contoh jadi orang tua asuh)

just my opinion

note : "kebanyakan" merujuk ke arti "pengemis dengan sistem setoran"

sanjiva

Pengemis Ini Memiliki Penghasilan Rp 15 Juta Sebulan!




Anda tertarik jadi pengemis? Ini sungguh temuan paling menarik tentang pengemis di Blok M, Jakarta. Melihat tampang memelas para pengemis membuat kita sering merogoh uang Rp 1,000 atau Rp 500. Para pengemis berkeliaran di tempat-tempat tertentu yang ramai. Khususnya tempat makan di pinggiran jalan.

Mari kita tengok sosok pengemis ini. Perempuan ini berusia sekitar 45 tahunan. Berpakaian kumuh dan berkerudung kumuh pula. Namun dia sehat wal afiat. Dia selalu membawa mangkuk plastik untuk mengemis. Tak lupa dia juga menggendong tas yang juga tidak bagus. Namun jangan salah. Tampang dan penampilan itu mengecoh. Soal penghasilan luar biasa.

Kalau Anda bergaji Rp. 10,000,000,- juta. Anda masih kalah dengan pengemis elit cerdas ini. Mari kita hitung penghasilannya. Menurut petugas parkir di Bulungan di samping Blok M Plaza, pengemis itu penghasilan per harinya tidak kurang dari Rp 500,000,- sampai Rp 700,000,- per hari. Saya pertama kali mendengar tidak percaya.

Namun pedagang gulai pinggir jalan malam hari di sekitar Blok M Plaza mengiyakan pernyataan tukang parkir itu. Saya penasaran menelusuri dan mengikuti dan menelusuri cara kerja pengemis kaya tersebut.Pagi hari itu saya sudah siap mengamati Pengemis Wanita ini. Saya sudah tiba pukul 05:00 di sekitar tempat parkir Bus Damri Bandara yang mangkal di dekat Blok M Plaza. Dengan muka memelas dia mulai menerima uang dari para dermawan bis Damri. Rata-rata penaik taksi yang akan ke Bandara akan memberi uang kecil Rp 1,000,-. Saya memakai kamera video untuk mengamati agar dari jarak jauh sekitar 200-300 meter saya bisa melihat secara dekat. Kadang saya berjalan mendekati dia. Tidak ada rasa curiga dari dia.

Selama sekitar 5 jam saya membuntuti pengemis itu. Sekitar pukul 10.00 Pengemis itu pergi ke tukang bakso menukarkan uang hasil usahanya. Yang dia tukarkan Rp. 65.000, ditukar dengan uang lima puluhan ribu, satu uang 10 ribuan dan satu uang 5 ribuan. Setelah menukarkan, di sekitar itu pula banyak orang makan. Tampak dalam hitungan menit tiga orang memberikan uang seribuan.

Saya ikuti pengemis itu pergi ke Taman Blok M. Ternyata dia istirahat sejenak di sana. Setelah itu dia berjalan ke arah Pasaraya Blok M. Di dekat pinggiran jalanan ke Gramedia banyak tempat makan di sana. Mulai pukul 12:00 sampai pukul 14:00 dia beroperasi di sana. Dari para pengunjung tempat makanan kaki lima itu ternyata pengemis itu mengeruk puluhan ribu rupiah dari para pekerja dan pengunjung warung atau gerobak makanan.

Saya juga capek mengamati dia. Saya juga perlu makan. Maka saya istirahat makan. Tak lupa pengemis itu minta uang kepada saya. Agar tak mencurigakan aku kasih dia uang Rp 1,000,-. Dia pergi ke warung kaki lima lainnya mengeruk uang dari pengunjung tempat makan.

Tak lupa saya menanyakan pada para pedagang makanan. Komentarnya sungguh mencengangkan saya. Kalau mau tukar uang receh ya ke pengemis itu. Banyak pedagang menukarkan uang ribuan pada pengemis itu. Langganan menukar uang juga datang dari karyawan toko minimarket, khusus untuk uang recehan Rp 500, 200 dan 100.

Saya iseng menanyakan ke minimarket yang dimaksud di sekitar Blok M yang menjadi langganan penukaran uang pengemis itu. Benar, dalam sehari tidak kurang dari Rp 200 ribu uang receh ditukar dengan dua lembar uang seratus ribuan.

Saya kembali membuntuti. Ternyata dia ada di sekitar Bus Damri lagi. Di tempat itu ada satu lagi pengemis lainnya. Laki-laki seumur perempuan itu. Sampai sekitar pukul 18:00 operasi pengemis itu ada di sekitaran Bus Damri, warung kali-lima dekat jembatan penyeberangan. Lalu ke sekitar depan dan samping SMA 70.

Sejak pukul 15:00 sampai dengan pukul 22:00 saya amati pengemis itu rata-rata setiap 2 menit mendapatkan 1 lembar uang seribu rupiah. Yang memberikan adalah para penikmat makanan malam seperti ayam bakar, gulai dan pekerja yang beristirahat dan pulang kerja.

Dari amatan saya, yang menjadi target diminta atau diemisi adalah: para pelanggan nasi gulai Blok M. Karakter penikmat makan ini selalu memberi kepada pengemis. Pelanggan ayam bakar yang berseberangan dengan penjaja gulai juga penyumbang setia pengemis itu. Juga para pekerja seks dan pasangannya.

Tampaknya pengemis itu memiliki kemampuan strategi dalam mengemis dalam menentukan sasaran. Yang paling sering memberi uang kepada pengemis ternyata pasangan muda. Juga keluarga suami istri dan anak. Hampir semua pasangan dan kelompok serta suami-istri apalagi bersama anaknya, akan memberikan uang selembar ribuan. Mungkin para pasangan - laki-laki - malu kalau tak memberi pada pengemis. Laki-laki yang sendirian makan jarang memberi uang pada pengemis.

Sampai pukul 02:00 dini hari saya mencatat tidak kurang 400 orang memberikan uang kepada pengemis itu. Daerah operasi pengemis itu cuma sekitaran Blok M Plaza.

Akhirnya saya temui tukang parkir di Bulungan yang tiga hari sebelumnya menyampaikan berita tentang pengemis berpenghasilan Rp 15,000,000,- per bulan. Dan ternyata benar adanya! Siapa tertarik menjadi pengemis? Daripada bekerja pakai dasi mendapat gaji Rp. 6 juta? Ternyata Jakarta luar biasa!

Sumber:
[spoiler]http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/01/menelisik-strategi-pengemis-blok-m-meraup-rp-15-juta-sebulan/[/spoiler]
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

kullatiro

Quote from: sanjiva on 12 December 2012, 04:40:15 PM
Pengemis Ini Memiliki Penghasilan Rp 15 Juta Sebulan!




Anda tertarik jadi pengemis? Ini sungguh temuan paling menarik tentang pengemis di Blok M, Jakarta. Melihat tampang memelas para pengemis membuat kita sering merogoh uang Rp 1,000 atau Rp 500. Para pengemis berkeliaran di tempat-tempat tertentu yang ramai. Khususnya tempat makan di pinggiran jalan.

Mari kita tengok sosok pengemis ini. Perempuan ini berusia sekitar 45 tahunan. Berpakaian kumuh dan berkerudung kumuh pula. Namun dia sehat wal afiat. Dia selalu membawa mangkuk plastik untuk mengemis. Tak lupa dia juga menggendong tas yang juga tidak bagus. Namun jangan salah. Tampang dan penampilan itu mengecoh. Soal penghasilan luar biasa.

Kalau Anda bergaji Rp. 10,000,000,- juta. Anda masih kalah dengan pengemis elit cerdas ini. Mari kita hitung penghasilannya. Menurut petugas parkir di Bulungan di samping Blok M Plaza, pengemis itu penghasilan per harinya tidak kurang dari Rp 500,000,- sampai Rp 700,000,- per hari. Saya pertama kali mendengar tidak percaya.

Namun pedagang gulai pinggir jalan malam hari di sekitar Blok M Plaza mengiyakan pernyataan tukang parkir itu. Saya penasaran menelusuri dan mengikuti dan menelusuri cara kerja pengemis kaya tersebut.Pagi hari itu saya sudah siap mengamati Pengemis Wanita ini. Saya sudah tiba pukul 05:00 di sekitar tempat parkir Bus Damri Bandara yang mangkal di dekat Blok M Plaza. Dengan muka memelas dia mulai menerima uang dari para dermawan bis Damri. Rata-rata penaik taksi yang akan ke Bandara akan memberi uang kecil Rp 1,000,-. Saya memakai kamera video untuk mengamati agar dari jarak jauh sekitar 200-300 meter saya bisa melihat secara dekat. Kadang saya berjalan mendekati dia. Tidak ada rasa curiga dari dia.

Selama sekitar 5 jam saya membuntuti pengemis itu. Sekitar pukul 10.00 Pengemis itu pergi ke tukang bakso menukarkan uang hasil usahanya. Yang dia tukarkan Rp. 65.000, ditukar dengan uang lima puluhan ribu, satu uang 10 ribuan dan satu uang 5 ribuan. Setelah menukarkan, di sekitar itu pula banyak orang makan. Tampak dalam hitungan menit tiga orang memberikan uang seribuan.

Saya ikuti pengemis itu pergi ke Taman Blok M. Ternyata dia istirahat sejenak di sana. Setelah itu dia berjalan ke arah Pasaraya Blok M. Di dekat pinggiran jalanan ke Gramedia banyak tempat makan di sana. Mulai pukul 12:00 sampai pukul 14:00 dia beroperasi di sana. Dari para pengunjung tempat makanan kaki lima itu ternyata pengemis itu mengeruk puluhan ribu rupiah dari para pekerja dan pengunjung warung atau gerobak makanan.

Saya juga capek mengamati dia. Saya juga perlu makan. Maka saya istirahat makan. Tak lupa pengemis itu minta uang kepada saya. Agar tak mencurigakan aku kasih dia uang Rp 1,000,-. Dia pergi ke warung kaki lima lainnya mengeruk uang dari pengunjung tempat makan.

Tak lupa saya menanyakan pada para pedagang makanan. Komentarnya sungguh mencengangkan saya. Kalau mau tukar uang receh ya ke pengemis itu. Banyak pedagang menukarkan uang ribuan pada pengemis itu. Langganan menukar uang juga datang dari karyawan toko minimarket, khusus untuk uang recehan Rp 500, 200 dan 100.

Saya iseng menanyakan ke minimarket yang dimaksud di sekitar Blok M yang menjadi langganan penukaran uang pengemis itu. Benar, dalam sehari tidak kurang dari Rp 200 ribu uang receh ditukar dengan dua lembar uang seratus ribuan.

Saya kembali membuntuti. Ternyata dia ada di sekitar Bus Damri lagi. Di tempat itu ada satu lagi pengemis lainnya. Laki-laki seumur perempuan itu. Sampai sekitar pukul 18:00 operasi pengemis itu ada di sekitaran Bus Damri, warung kali-lima dekat jembatan penyeberangan. Lalu ke sekitar depan dan samping SMA 70.

Sejak pukul 15:00 sampai dengan pukul 22:00 saya amati pengemis itu rata-rata setiap 2 menit mendapatkan 1 lembar uang seribu rupiah. Yang memberikan adalah para penikmat makanan malam seperti ayam bakar, gulai dan pekerja yang beristirahat dan pulang kerja.

Dari amatan saya, yang menjadi target diminta atau diemisi adalah: para pelanggan nasi gulai Blok M. Karakter penikmat makan ini selalu memberi kepada pengemis. Pelanggan ayam bakar yang berseberangan dengan penjaja gulai juga penyumbang setia pengemis itu. Juga para pekerja seks dan pasangannya.

Tampaknya pengemis itu memiliki kemampuan strategi dalam mengemis dalam menentukan sasaran. Yang paling sering memberi uang kepada pengemis ternyata pasangan muda. Juga keluarga suami istri dan anak. Hampir semua pasangan dan kelompok serta suami-istri apalagi bersama anaknya, akan memberikan uang selembar ribuan. Mungkin para pasangan - laki-laki - malu kalau tak memberi pada pengemis. Laki-laki yang sendirian makan jarang memberi uang pada pengemis.

Sampai pukul 02:00 dini hari saya mencatat tidak kurang 400 orang memberikan uang kepada pengemis itu. Daerah operasi pengemis itu cuma sekitaran Blok M Plaza.

Akhirnya saya temui tukang parkir di Bulungan yang tiga hari sebelumnya menyampaikan berita tentang pengemis berpenghasilan Rp 15,000,000,- per bulan. Dan ternyata benar adanya! Siapa tertarik menjadi pengemis? Daripada bekerja pakai dasi mendapat gaji Rp. 6 juta? Ternyata Jakarta luar biasa!

Sumber:
[spoiler]http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/01/menelisik-strategi-pengemis-blok-m-meraup-rp-15-juta-sebulan/[/spoiler]


wakaka, uang gaji wa perbulan kalah sama pengemis.