News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Pencapaian Nibbana dan Terlahir kembali

Started by Sukma Kemenyan, 19 December 2011, 11:02:47 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kang_Asep

Quote from: Indra on 21 December 2011, 05:23:42 PM
praktik dan pengalaman bersifat pribadi dan tidak semua orang mengalami hal yg sama. yg bisa kita bahas hanyalah apakah praktik dan pengalaman itu sesuai dengan teori yg diajarkan atau tidak.

agak sulit menangkap "apa yang dipermasalah" di thread ini. sebenarnya, inti permasalahannya apa sih?

Indra

Quote from: Kang_Asep on 21 December 2011, 05:43:45 PM
agak sulit menangkap "apa yang dipermasalah" di thread ini. sebenarnya, inti permasalahannya apa sih?

biasakan baca dari awal. ini permasalahan yg sering terjadi bagi orang yg langsung nimbrung tanpa mengikuti dari awal

Kang_Asep

Quote from: Indra on 21 December 2011, 05:48:28 PM
biasakan baca dari awal. ini permasalahan yg sering terjadi bagi orang yg langsung nimbrung tanpa mengikuti dari awal

barangkali aja ada yang mau membantu menjelaskan. tapi kalau tidak, ya sudah. lewatkan aja!

K.K.

Quote from: Kang_Asep on 21 December 2011, 05:42:44 PM
berbicara masalah teori yang tinggi tersebut bukanlah hal yang salah. tapi yng dipertanyakan adalah, "jarak antara teori dengan pelaksanaan" ? jika sekarang berbicara teori "terbang ke bulan", maka "jaraknya" tidak terlalu jauh sebagaimana apabila hal ini dibicarakan pada masa di mana pesawat terbang sekalipun belum ditemukan.

ilustrasinya, jika kita berbicara tentang 7 tangga, maka umumnya kita, berada ditangga manakah sekrang?
Kalau dihubungkan dengan ilustrasi di atas, keadaan topik ini adalah, Buddha mengajarkan, 'ke bulan pake pesawat ulang-alik'. Lalu datang seseorang dan mengatakan, 'ke bulan itu naik becak, bukan ulang-alik seperti perkiraan kalian. Kalian adalah orang berwawasan sempit.'

Lalu kami mempertanyakan atas dasar apa ia membuat pernyataannya yang menganulir Ajaran Buddha dan dia jawab, 'ini pengalaman saya secara langsung, naik becak sampe ke bulan.'

Sekarang saya mau tanya anda, apakah kita semua yang belum ke bulan ini, masih cetek2 ilmunya, tidak boleh meminta penjelasan dan hanya percaya saja padanya bahwa dia sudah naik becak ke bulan?

Kang_Asep

Quote from: Kainyn_Kutho on 21 December 2011, 05:59:38 PM
Kalau dihubungkan dengan ilustrasi di atas, keadaan topik ini adalah, Buddha mengajarkan, 'ke bulan pake pesawat ulang-alik'. Lalu datang seseorang dan mengatakan, 'ke bulan itu naik becak, bukan ulang-alik seperti perkiraan kalian. Kalian adalah orang berwawasan sempit.'

Lalu kami mempertanyakan atas dasar apa ia membuat pernyataannya yang menganulir Ajaran Buddha dan dia jawab, 'ini pengalaman saya secara langsung, naik becak sampe ke bulan.'

Sekarang saya mau tanya anda, apakah kita semua yang belum ke bulan ini, masih cetek2 ilmunya, tidak boleh meminta penjelasan dan hanya percaya saja padanya bahwa dia sudah naik becak ke bulan?

oh, begitu!

Sepertinya orang itu mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dhamma, cuma sepertinya juga dia kurang memiliki pengetahuan di dalam metode "berkomunikasi", dan mungkin kita lebih dulu terperangkap di dalam "kesan kesombongannya", jadi sulit menangkap maksud yang disampaikan oleh dia.

Indra

Quote from: Kang_Asep on 21 December 2011, 05:55:33 PM
barangkali aja ada yang mau membantu menjelaskan. tapi kalau tidak, ya sudah. lewatkan aja!

cuma 20 pages, masih blm terla,bat utk mulai dari page 1,  anda beruntung tdk nimbrung di thread yg 500 pages.

K.K.

Quote from: Kang_Asep on 21 December 2011, 06:08:07 PM
oh, begitu!

Sepertinya orang itu mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dhamma, cuma sepertinya juga dia kurang memiliki pengetahuan di dalam metode "berkomunikasi", dan mungkin kita lebih dulu terperangkap di dalam "kesan kesombongannya", jadi sulit menangkap maksud yang disampaikan oleh dia.
;D Mungkin saja. Untuk itu, coba anda ambil intisari pengetahuannya tentang dhamma, dan jelaskan kepada saya. Barangkali saya bisa ubah cara pandang saya terhadap dia. 

Kang_Asep

Quote from: Kainyn_Kutho on 21 December 2011, 06:12:51 PM
;D Mungkin saja. Untuk itu, coba anda ambil intisari pengetahuannya tentang dhamma, dan jelaskan kepada saya. Barangkali saya bisa ubah cara pandang saya terhadap dia. 

intisarinya terletak pada logika. Kita harus diskusi dengan logika yang benar. tapi logika ini harus berdiri diatas ketenangan, kedamaian, dan pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih. Dengan demikian, logika akan dapat dicerna.

empat kediaman luhur, yakni dhamma chariya, itulah yang harus diwujudkan, sebelum berbicara dengan logika. kegagalan menempatkan pikiran pada kediaman luhur tersebut, akan menimbulka kegagalan "saling memahami". kita tidak akan dpat memahami dia. dan dia tidak akan dapat memahami kita.

berbicara masalah "apakah setelah parinibana terlahir lagi atau tidak" mungkin merupakan hal penting seperti ilmuwan zaman dulu yang membicarakan cara terbang ke bulan, tapi ketika diskusi telah berkesan seperti perslisihan yang tidak indah, berarti teori itu telah terlalu tinggi untuk dibicarakan. membicarakan dhamma yang lebih mudah dibuktikan adalh mungkin lebih berguna, seperti misalnya metta, karuna, muditta dan upekkha. Bila dia sudah terbukti dapat berdiam pada empat kediaman luhur tersebut, demikian pula dengan kita, maka dengan mudha terwujud kondisi "saling memahami".

DragonHung

Setuju dengan Kang Asep, terlepas benar atau tidaknya pengakuan saudara Choa sebagai seorang bodhisatva.  Jika tidak benar, biar saudara Choa yang menanggung akibat buruknya.

Tapi harap secara logika perlu kita ingat "apakah di dunia ini hanya ada satu bodhisatva maitreya dan tidak ada bodhisatva yang lain?"
Banyak berharap, banyak kecewa
Sedikit berharap, sedikit kecewa
Tidak berharap, tidak kecewa
Hanya memperhatikan saat ini, maka tiada ratapan dan khayalan

Choa

Quote from: will_i_am on 21 December 2011, 02:36:41 PM
sang buddha juga menjawab seperti yang saya katakan diatas, kenapa anda mengatakan sang buddha diam ketika ditanya?? kalau bisa, tolong tunjukkan di bagian mana sang buddha diam ketika ditanya tentang nibbana..
kalau sang buddha merasa tidak perlu mengungkapkan apa yang ia ketahui, kenapa anda merasa perlu mengungkapkannya?? apakah karena mana??
lalu, apa manfaat anda mengatakannya untuk kami??
sang buddha tidak mengatakan segala yang ia ketahui, karena ia merasa hal tersebut diak perlu, lalu, kenapa anda merasa perlu untuk memberitahukannya kepada kami??

apakah anda merasa tulisan saya tidak bermanfaat
kalau iya mohon abaikan,

saya katakan saya tidak menentang dan menyetujui isi ajaran seluruh TIPITAKA pali.
yang menurut saya intinya untuk melepaskan atau terbebas dari samsara.
memang yang saya tulis sesuai pertanyaan topik thread ini mengacu pada mahluk
yang sudah mencapai nibbana, lalu saya menjawabnya

penting, atau tidak penting saya hanya merespon pertanyaan lalu saya menjawab
dan mempertahankan jawaban saya

sekali lagi kalau menurut anda tidak penting, saya memaklumi
tentang Nibbana, ada baiknya anda membaca sutta dengan lengkap

anumodana

Choa

Quote from: Kang_Asep on 21 December 2011, 05:19:42 PM
orang-orang berbicara sampai pada tingkat teori yang tinggi. tapi, bagaimanakah kiranya dalam hal praktikdan pengalaman? apakah telah sampai pada apa yang didiskusikan?

itu dia masalahnya bro

merasa well educated tampa praktek menimbulkan arogansi yang tidak bermanfaat
tanya pada mereka yang mengangap mereka "pintar dan yang paling benar" dalam memahami
dharma,

apakah mereka sudah membuktikan kata-kata buddha Gotama yang terangkai dalam sutta???

sebagai contoh apakah mereka sudah membuktikan sendiri ada 31 alam, coba jawab?
baru satu hal tidak dapat membuktikannya sendiri

berani mengklain sebagai pewaris dhamma???
memalukan Sang Guru, jika benar orang semacam ini di akui sebagai "murid" nya.


adi lim

Quote from: DragonHung on 21 December 2011, 07:52:42 PM
Setuju dengan Kang Asep, terlepas benar atau tidaknya pengakuan saudara Choa sebagai seorang bodhisatva.  Jika tidak benar, biar saudara Choa yang menanggung akibat buruknya.

Tapi harap secara logika perlu kita ingat "apakah di dunia ini hanya ada satu bodhisatva maitreya dan tidak ada bodhisatva yang lain?"

karena ada tradisi yg tidak membahas dan tidak mengakui serta tidK tahu ada alam khusus penghuni bodisatwa.
tentunya tidak membicarakan bodisatwa lainnya.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

Quote from: Kang_Asep on 21 December 2011, 06:21:34 PM
intisarinya terletak pada logika. Kita harus diskusi dengan logika yang benar. tapi logika ini harus berdiri diatas ketenangan, kedamaian, dan pikiran yang dipenuhi dengan cinta kasih. Dengan demikian, logika akan dapat dicerna.

empat kediaman luhur, yakni dhamma chariya, itulah yang harus diwujudkan, sebelum berbicara dengan logika. kegagalan menempatkan pikiran pada kediaman luhur tersebut, akan menimbulka kegagalan "saling memahami". kita tidak akan dpat memahami dia. dan dia tidak akan dapat memahami kita.

berbicara masalah "apakah setelah parinibana terlahir lagi atau tidak" mungkin merupakan hal penting seperti ilmuwan zaman dulu yang membicarakan cara terbang ke bulan, tapi ketika diskusi telah berkesan seperti perslisihan yang tidak indah, berarti teori itu telah terlalu tinggi untuk dibicarakan. membicarakan dhamma yang lebih mudah dibuktikan adalh mungkin lebih berguna, seperti misalnya metta, karuna, muditta dan upekkha. Bila dia sudah terbukti dapat berdiam pada empat kediaman luhur tersebut, demikian pula dengan kita, maka dengan mudha terwujud kondisi "saling memahami".

mungkin bro asep, bisa baca dari page 1-20, sesudah itu mohon jelaskan sesosok guru arahat sang choa, penjabaran dharma modelnya, supaya bisa saling memahami. seprti pengharapan anda.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Choa

Quote from: Kang_Asep on 21 December 2011, 06:08:07 PM
oh, begitu!

Sepertinya orang itu mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang dhamma, cuma sepertinya juga dia kurang memiliki pengetahuan di dalam metode "berkomunikasi", dan mungkin kita lebih dulu terperangkap di dalam "kesan kesombongannya", jadi sulit menangkap maksud yang disampaikan oleh dia.

dulu Buddha Gotama pernah dikatakan sombong saat sudah merealisasikan pencerahan agung
dan bertemu dengan seorang petapa, dan di tanya

apakah anda seorang manusia?
bukan jawab Buddha Gotama

apakah anda seorang deva?
bukan Jawab Buddha Gotama.

lalu orang itu berlalu sambil menguman, sungguh sombong bhikkhu ini,
mengaku lebih mulia dari seorang deva sekalipun,

ada dua masalah
1, bisa jadi buddha Gotama memang sombong dan dia bukanlah semulia mahluk deva
2, ternyata dia mengatakan kebenaran, tetapi kesan yang di dapat si penanya pada saat itu
sunguh luar biasa arogan menyamakan diri bahkan mengklaim lebih tinggi dari deva

saya hanya mengatakan saya sudah mempraktekan dharma, dan merealisasikanya
pada kehidupan lampau

bisa jadi saya sakau, mabok, berhalusinasi, atau hanya punya kemampuan supra atauabhinna
so what?, take it eazy cerap, kalau tidak mampu mencerapnya angap angin lalu, ini hanya dunia maya
bagaimana jika yang saya katakan kebenaran??

btw, siapa yang bisa merealisasikan dhamma dan membuktikan dhamma, saya tunggu.

Choa

Quote from: DragonHung on 21 December 2011, 07:52:42 PM
Setuju dengan Kang Asep, terlepas benar atau tidaknya pengakuan saudara Choa sebagai seorang bodhisatva.  Jika tidak benar, biar saudara Choa yang menanggung akibat buruknya.

Tapi harap secara logika perlu kita ingat "apakah di dunia ini hanya ada satu bodhisatva maitreya dan tidak ada bodhisatva yang lain?"

saya bersedia menangung kamma buruknya saudara DragonHung jika saya musavada
saya tidak menentang ajaran buddha yang tercakup dalam TIPITAKA, bahkan saya
menyetujuinya dan mempraktekanya

tetapi mereka yang menentang saya bukan saya menentang mereka,

btw, saya tidak ada masalah kok mereka anda, semua umat mau percaya atau tidak