News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Pencapaian Nibbana dan Terlahir kembali

Started by Sukma Kemenyan, 19 December 2011, 11:02:47 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Indra

Quote from: Choa on 21 December 2011, 01:38:26 PM
kesaradaran,

saya mengatakan tidak semua kamma buruk habis atau ahosi saat seorang arahat
parinibbana,
itu saja bedanya

disinilah letak perbedaan pandangan kita intinya

makanya dalam pertanyaan TS, saya menjawab mungkin

ref please

Choa

Quote from: will_i_am on 21 December 2011, 01:43:28 PM
disini anda mengatakan kalau proses terjadinya panca khandha(dalam hal ini kesadaran) dalam diri arahat dimungkinkan dalam suatu sebab..
nah, apa penyebab kesadaran itu muncul kalau bukan kebodohan??
kok dijawab kesadaran lagi?? muter deh...

apakah anda mau merevisi tulisan yang saya bolt???

will_i_am

Quote from: Choa on 21 December 2011, 01:54:05 PM
apakah anda mau merevisi tulisan yang saya bolt???
saya ganti...
disini anda mengatakan kalau proses terjadinya panca khandha(dalam hal ini kesadaran) dalam diri arahat dimungkinkan dalam suatu sebab..
nah, apa penyebab kesadaran itu muncul???
kok dijawab kesadaran lagi?? muter deh...
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Choa

Quote from: will_i_am on 21 December 2011, 01:59:07 PM
saya ganti...
disini anda mengatakan kalau proses terjadinya panca khandha(dalam hal ini kesadaran) dalam diri arahat dimungkinkan dalam suatu sebab..
nah, apa penyebab kesadaran itu muncul???
kok dijawab kesadaran lagi?? muter deh...

he he he
maaf membingungkan anda,
kesadaran itu ada karena existensi mahluk, karena adanya mahluk

metta cetana


K.K.

Choa,

Saya mau tanya, jadi maksudnya kalau sudah Arahat, kamma-nya masih ada tapi statis, khandanya juga padam. Namun ketika dia menginginkannya, dia bisa menjelma lagi. Betul begitu?

will_i_am

Quote from: Choa on 21 December 2011, 02:04:38 PM
kesadaran itu ada karena existensi mahluk, karena adanya mahluk
bukankah seorang arahat tidak lagi bisa didefenisikan sebagai ada(eksis), tidak ada, ada dan tidak ada, dan bukan ada dan bukan tidak ada??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Choa

Quote from: will_i_am on 21 December 2011, 02:10:09 PM
bukankah seorang arahat tidak lagi bisa didefenisikan sebagai ada(eksis), tidak ada, ada dan tidak ada, dan bukan ada dan bukan tidak ada??

ilustrasi ya,

buddha gotama "diam" saat di tanya jika beliau parinibanna ada atau tidak

artinya saya berbicara tentang "dhamma" yang seperti daun di dalam hutan
saya melihat dengan mata kepala sendiri dan berinteraksi, saya pernah menjadi
salah satu diantara mereka, lalu saya menuliskan

1, saya tidak pernah dan tidak pernah akan merubah kata-kata buddha Gotama
2, saya melihat artinya pengalaman saya sendiri

anda fell free untuk percaya apa tidak, itu hak anda
yang jadi masalah kan kalau apa yang saya tuliskan tidak sesuai sutta, itu saya hindari
tetapi kalau masalahnya tidak ada di sutta saya akui,

sebagai contoh saya katakan ada alam/langit 32 atau 33
sang buddha tidak pernah berkata " tidak ada langit/alam 32 atau 33"

betul tidak.
masalah perbedaan pemahaman tentang suatu sutta itu biasa karena level panna
masing-masing individu berbeda.

Indra

Quote from: Choa on 21 December 2011, 02:16:05 PM
ilustrasi ya,

buddha gotama "diam" saat di tanya jika beliau parinibanna ada atau tidak

artinya saya berbicara tentang "dhamma" yang seperti daun di dalam hutan
saya melihat dengan mata kepala sendiri dan berinteraksi, saya pernah menjadi
salah satu diantara mereka, lalu saya menuliskan

1, saya tidak pernah dan tidak pernah akan merubah kata-kata buddha Gotama
2, saya melihat artinya pengalaman saya sendiri

anda fell free untuk percaya apa tidak, itu hak anda
yang jadi masalah kan kalau apa yang saya tuliskan tidak sesuai sutta, itu saya hindari
tetapi kalau masalahnya tidak ada di sutta saya akui,

sebagai contoh saya katakan ada alam/langit 32 atau 33
sang buddha tidak pernah berkata " tidak ada langit/alam 32 atau 33"

betul tidak.
masalah perbedaan pemahaman tentang suatu sutta itu biasa karena level panna
masing-masing individu berbeda.

di halaman2 awal saya ada mengutipkan jawaban Sang Buddha pada vacchagota tentang parinibbana yg diumpamakan dengan api yg padam, Sang Buddha bukan diam pun bukan tidak menjawab, melainkan menjawab dengan tepat dan telak. jadi anda terbukti memelintir kata2 Sang Buddha di sini.

will_i_am

#278
Quote from: Choa on 21 December 2011, 02:16:05 PM
ilustrasi ya,

buddha gotama "diam" saat di tanya jika beliau parinibanna ada atau tidak

artinya saya berbicara tentang "dhamma" yang seperti daun di dalam hutan
saya melihat dengan mata kepala sendiri dan berinteraksi, saya pernah menjadi
salah satu diantara mereka, lalu saya menuliskan

1, saya tidak pernah dan tidak pernah akan merubah kata-kata buddha Gotama
2, saya melihat artinya pengalaman saya sendiri

anda fell free untuk percaya apa tidak, itu hak anda
yang jadi masalah kan kalau apa yang saya tuliskan tidak sesuai sutta, itu saya hindari
tetapi kalau masalahnya tidak ada di sutta saya akui,

sebagai contoh saya katakan ada alam/langit 32 atau 33
sang buddha tidak pernah berkata " tidak ada langit/alam 32 atau 33"

betul tidak.
masalah perbedaan pemahaman tentang suatu sutta itu biasa karena level panna
masing-masing individu berbeda.
sang buddha juga menjawab seperti yang saya katakan diatas, kenapa anda mengatakan sang buddha diam ketika ditanya?? kalau bisa, tolong tunjukkan di bagian mana sang buddha diam ketika ditanya tentang nibbana..
kalau sang buddha merasa tidak perlu mengungkapkan apa yang ia ketahui, kenapa anda merasa perlu mengungkapkannya?? apakah karena mana??
lalu, apa manfaat anda mengatakannya untuk kami??
sang buddha tidak mengatakan segala yang ia ketahui, karena ia merasa hal tersebut diak perlu, lalu, kenapa anda merasa perlu untuk memberitahukannya kepada kami??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

K.K.

"Ia Kusebut bodoh, Aggivessana, yang belum meninggalkan noda-noda yang mengotori, membawa penjelmaan baru, memberikan kesulitan, matang dalam kesengsaraan, dan mengarah menuju kelahiran, penuaan, dan kematian di masa depan..."

MN 36, Mahasaccakasutta.


YM Choa, bisa dijelaskan bagaimana penjelmaan kembali Arahat yang berujung pada tua, sakit, mati di masa depan, yang menurut anda adalah mulia, melampaui Theravadin di sini? Apakah Sutta di atas keliru dan Buddha Gotama juga berpandangan picik seperti Theravadin di sini?

K.K.

Betul, dalam Ajaran Theravada, khanda bisa seolah habis, didiamkan dengan kekuatan konsentrasi sehingga kammanya 'seolah' terhenti. Namun karena akar penjelmaan memang belum tercabut, maka ia tetap akan berlanjut kembali, menjelma kembali. 
"Sayangnya", makhluk tersebut disebut 'Asaññasattá', bukan 'Bodhisatva'. ;D

Kang_Asep

orang-orang berbicara sampai pada tingkat teori yang tinggi. tapi, bagaimanakah kiranya dalam hal praktikdan pengalaman? apakah telah sampai pada apa yang didiskusikan?

Indra

Quote from: Kang_Asep on 21 December 2011, 05:19:42 PM
orang-orang berbicara sampai pada tingkat teori yang tinggi. tapi, bagaimanakah kiranya dalam hal praktikdan pengalaman? apakah telah sampai pada apa yang didiskusikan?

praktik dan pengalaman bersifat pribadi dan tidak semua orang mengalami hal yg sama. yg bisa kita bahas hanyalah apakah praktik dan pengalaman itu sesuai dengan teori yg diajarkan atau tidak.

K.K.

Quote from: Kang_Asep on 21 December 2011, 05:19:42 PM
orang-orang berbicara sampai pada tingkat teori yang tinggi. tapi, bagaimanakah kiranya dalam hal praktikdan pengalaman? apakah telah sampai pada apa yang didiskusikan?

Di masa lampau, tersebutlah sekumpulan ilmuwan sedang berkumpul. Mereka memperhitungkan bahan bakar yang diperlukan agar cukup untuk melontarkan pesawat ulang-alik ke bulan, bagaimana sudutnya, kapan kah jarak terdekat antara stasiun dan bulan, bagaimana gesekan atmosfer, bagaimana astronot bertahan hidup di sana, bagaimana kembali ke bumi dengan selamat.

Lalu datanglah seorang 'brilian' dan berkata: "teori tinggi aja kalian, memang ada yang pernah ke bulan?"


Kang_Asep

Quote from: Kainyn_Kutho on 21 December 2011, 05:28:30 PM
Di masa lampau, tersebutlah sekumpulan ilmuwan sedang berkumpul. Mereka memperhitungkan bahan bakar yang diperlukan agar cukup untuk melontarkan pesawat ulang-alik ke bulan, bagaimana sudutnya, kapan kah jarak terdekat antara stasiun dan bulan, bagaimana gesekan atmosfer, bagaimana astronot bertahan hidup di sana, bagaimana kembali ke bumi dengan selamat.

Lalu datanglah seorang 'brilian' dan berkata: "teori tinggi aja kalian, memang ada yang pernah ke bulan?"



berbicara masalah teori yang tinggi tersebut bukanlah hal yang salah. tapi yng dipertanyakan adalah, "jarak antara teori dengan pelaksanaan" ? jika sekarang berbicara teori "terbang ke bulan", maka "jaraknya" tidak terlalu jauh sebagaimana apabila hal ini dibicarakan pada masa di mana pesawat terbang sekalipun belum ditemukan.

ilustrasinya, jika kita berbicara tentang 7 tangga, maka umumnya kita, berada ditangga manakah sekrang?