News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Rendah Diri Adalah Kesombongan?

Started by Indra, 29 June 2011, 08:49:46 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

sobat-dharma

Quote from: dilbert on 01 July 2011, 04:29:46 PM
Demikian juga pemikiran, saya lebih suci, berbuat baik / berdana lebih banyak, lebih mengetahui dhamma, lebih menguasai praktek meditasi dibandingkan dengan orang lain... (membanding-bandingkan)...

Sudah pasti termasuk... Selain itu juga: agamaku lebih benar, aliran ajaranku lebih benar, guruku lebih benar, dll.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

wang ai lie

rendah diri bukan kesombongan, rendah diri timbul karena rasa minder / malu pada diri seseorang atas kekurangan yang dia miliki , memang ada sikap membandingkan dengan orang lain, tetapi tidak dapat di samakan dengan kesombongan , karena menurut saya kesombongan adalah sifat / sikap mengunggulkan diri sendiri , kalau tidak salah ya ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

sobat-dharma

Quote from: wang ai lie on 01 July 2011, 11:35:24 PM
rendah diri bukan kesombongan, rendah diri timbul karena rasa minder / malu pada diri seseorang atas kekurangan yang dia miliki , memang ada sikap membandingkan dengan orang lain, tetapi tidak dapat di samakan dengan kesombongan , karena menurut saya kesombongan adalah sifat / sikap mengunggulkan diri sendiri , kalau tidak salah ya ;D

Memang pengertian arti kata "kesombongan" dalam masyarakat kita seperti itu. Namun, yang kita bicakan adalah makna "kesombongan" (mana) sebagaimana dalam Abhidhamma.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

wang ai lie

Quote from: sobat-dharma on 02 July 2011, 09:25:54 AM
Memang pengertian arti kata "kesombongan" dalam masyarakat kita seperti itu. Namun, yang kita bicakan adalah makna "kesombongan" (mana) sebagaimana dalam Abhidhamma.
oleh sebab itu saya bilang "rendah diri" bukanlah kesombongan bro, tetapi jika orang tersebut "merendahkan diri" dalam tanda kutip secara sengaja untuk menunjukan kelebihan sesungguhnya yang dia miliki bisa dikatakan itu adalah kesombongan :)
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

hemayanti

saya baru saja membaca syair dhammapada 129 dan 130, dalam syair itu tertulis bahwa:

Semua orang takut akan hukuman; semua orang takut akan kematian. Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri, hendaklah seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan.

Semua orang takut akan hukuman; semua orang mencintai kehidupan. Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri, hendaklah seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan.

dalam kalimat2 diatas, saya menangkap bahwa boleh2 saja membandingkan orang lain dengan diri sendiri, asal dengan tujuan yang baik  ;D
bagaimana hubungan kalimat diatas dengan thread ini?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Indra

Quote from: hemayanti on 02 July 2011, 03:15:36 PM
saya baru saja membaca syair dhammapada 129 dan 130, dalam syair itu tertulis bahwa:

Semua orang takut akan hukuman; semua orang takut akan kematian. Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri, hendaklah seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan.

Semua orang takut akan hukuman; semua orang mencintai kehidupan. Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri, hendaklah seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan.

dalam kalimat2 diatas, saya menangkap bahwa boleh2 saja membandingkan orang lain dengan diri sendiri, asal dengan tujuan yang baik  ;D
bagaimana hubungan kalimat diatas dengan thread ini?

hubungannya ada pada postingan anda ini, Sis. sebelum anda memposting ini, tidak ada hubungannya sama sekali

hemayanti

Quote from: Indra on 02 July 2011, 03:17:14 PM
hubungannya ada pada postingan anda ini, Sis. sebelum anda memposting ini, tidak ada hubungannya sama sekali
hehehe...
begini loh om indra..
rendah diri itu kan adalah kesombongan, dan sikap rendah diri itu seperti yang telah dibicarakan sebelumnya merupakan hasil dari membandingkan diri sendiri dengan orang lain..
nah dalam kutipan di atas, ada kalimat membandingkan orang lain dengan diri sendiri..
tapi sepertinya emang agak jauh sih hubungannya ya..   ;D
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Indra

Quote from: hemayanti on 02 July 2011, 03:44:58 PM
hehehe...
begini loh om indra..
rendah diri itu kan adalah kesombongan, dan sikap rendah diri itu seperti yang telah dibicarakan sebelumnya merupakan hasil dari membandingkan diri sendiri dengan orang lain..
nah dalam kutipan di atas, ada kalimat membandingkan orang lain dengan diri sendiri..
tapi sepertinya emang agak jauh sih hubungannya ya..   ;D

sepertinya kata "membandingkan" bukanlah kata yg terlarang dalam buddhisme.

sejauh diskusi ini saya menangkap bahwa "membandingkan" dapat mengarah pada kesombongan tapi bukan kesombongan ini sendiri. jadi, jika "membandingkan" yg mengarah pada hal yg positif, sepertinya baik juga

dipasena

Quote from: wang ai lie on 01 July 2011, 11:35:24 PM
rendah diri bukan kesombongan, rendah diri timbul karena rasa minder / malu pada diri seseorang atas kekurangan yang dia miliki , memang ada sikap membandingkan dengan orang lain, tetapi tidak dapat di samakan dengan kesombongan , karena menurut saya kesombongan adalah sifat / sikap mengunggulkan diri sendiri , kalau tidak salah ya ;D

rendah diri bukan berarti kesombongan, malah justru rendah diri jauh dr kesan sombong, karena seseorang merasa tidak perlu menunjukkan 'power' (materi/kuasa/jabatan/prestasi) yg dimiliki nya.

rendah diri jg belum tentu seseorang merasa minder/malu pada orang lain. jika seseorang dengan sadar/sengaja merendahkan diri dalam suatu komunitas/pertemuan dengan tujuan pura2 terhadap 'power' yg dimiliki, maka bs dikatakan seseorang tersebut agak bersikap sombong, rendah diri yg bersifat pura2...

berbeda pula dengan sikap rendah diri yg di ajarkan didalam buddhism, seseorang yg pandai akan dhamma/meditasi, dengan penuh kesadaran yg terjaga, seseorang akan bersikap rendah diri dan tidak bersikap sombong, seperti yang tertulis di karaniyametta sutta : "Dan telah mencapai ketenangan bathin. Ia harus pandai, jujur, sangat jujur. Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong."

sobat-dharma

Quote from: wang ai lie on 02 July 2011, 01:58:45 PM
oleh sebab itu saya bilang "rendah diri" bukanlah kesombongan bro, tetapi jika orang tersebut "merendahkan diri" dalam tanda kutip secara sengaja untuk menunjukan kelebihan sesungguhnya yang dia miliki bisa dikatakan itu adalah kesombongan :)

Yang ini namanya "merendahkan diri untuk meninggikan mutu" bro, jadi sebenarnya adalah merasa diri lebih tinggi dari orang lain meski terkesan merendahkan diri.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

sobat-dharma

#100
Quote from: hemayanti on 02 July 2011, 03:15:36 PM
saya baru saja membaca syair dhammapada 129 dan 130, dalam syair itu tertulis bahwa:

Semua orang takut akan hukuman; semua orang takut akan kematian. Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri, hendaklah seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan.

Semua orang takut akan hukuman; semua orang mencintai kehidupan. Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri, hendaklah seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan.

dalam kalimat2 diatas, saya menangkap bahwa boleh2 saja membandingkan orang lain dengan diri sendiri, asal dengan tujuan yang baik  ;D
bagaimana hubungan kalimat diatas dengan thread ini?

Kata "membandingkan orang lain dengan diri sendiri" tidak bermakna sama dengan "membanding-bandingkan" dalam kata mana.

Dalam pengertian kutipan yang di atas, tidak ada soal lebih tinggi, lebih rendah atau setara, tapi "membandingan" dalam konteks kalimat ini hanya berarti bahwa adanya kesamaan pada semua manusia dalam hal tertentu, yang tercermin dalam kalimat: "Semua orang takut akan hukuman; semua orang takut akan kematian." "Kesamaan" dalam hal ini bukan berarti "setara", melainkan hanya mendeskripsikan adanya kualitas universal yang ada pada setiap manusia. 

Sedangkan kalimat selanjutnya, yaitu yang dimulai dari pembuka: "Setelah membandingkan orang lain dengan diri sendiri [...]", hanyalah berarti bahwa karena semua orang takut akan hukuman dan takut akan kematian, maka konsekuensinya adalah saya juga demikian, begitu juga orang lain: sama-sama takut akan hukuman dan kematian. Oleh karena itu, apabila saya takut dengan hukuman dan kematian, sedangkan manusia lain juga sudah pasti  demikian, maka jangan melakukan apa yang tidak disukai oleh saya kepada manusia lainnya, jadi: "hendaklah seseorang tidak membunuh atau mengakibatkan pembunuhan."

Dengan demikian, membandingkan pada kalimat ini bukan berarti "mana" (kesombongan). Selain itu sebenarnya, kata "membandingkan" di sini tidak memiliki makna perbandingan dalam arti yang sesungguhnya, yaitu seperti membandingkan untuk menentukan mana yang lebih tinggi atau mana yang lebih rendah atau setara, namun "membandingkan" di sini berarti berempati dengan keadaan orang lain berdasarkan keadaan diri sendiri, dengan landasan suatu keadaan yang telah dimiliki oleh semua manusia. 

Jadi ini bukan soal tujuannya baik atau bukan. Berempati  tidak bisa disamakan dengan perbandingan antara diri dengan orang lain dalam pengertian "mana" atau "kesombongan."  Menggunakan kata "membandingkan" dalam menyebutkan "berempati" hanya sekadar masalah gaya bahasa belaka, bukan membandingkan dalam arti yang sesungguhnya: karena tanpa dibandingkan pun seharusnya kita menyadari bahwa saya dan orang lain sama-sama takut akan hukuman dan kematian.  Untuk berempati dengan keadaan orang lain kita sebenarnya tidak perlu membandingkan keadaan kita dengan orang lain, namun yang dibutuhkan adalah menyadari bahwa kita dan orang lain memiliki kesamaan yang tak terbantahkan sebagai sesama manusia.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

wang ai lie

Quote from: dato' tono on 02 July 2011, 04:17:24 PM
rendah diri bukan berarti kesombongan, malah justru rendah diri jauh dr kesan sombong, karena seseorang merasa tidak perlu menunjukkan 'power' (materi/kuasa/jabatan/prestasi) yg dimiliki nya.

rendah diri jg belum tentu seseorang merasa minder/malu pada orang lain. jika seseorang dengan sadar/sengaja merendahkan diri dalam suatu komunitas/pertemuan dengan tujuan pura2 terhadap 'power' yg dimiliki, maka bs dikatakan seseorang tersebut agak bersikap sombong, rendah diri yg bersifat pura2...

berbeda pula dengan sikap rendah diri yg di ajarkan didalam buddhism, seseorang yg pandai akan dhamma/meditasi, dengan penuh kesadaran yg terjaga, seseorang akan bersikap rendah diri dan tidak bersikap sombong, seperti yang tertulis di karaniyametta sutta : "Dan telah mencapai ketenangan bathin. Ia harus pandai, jujur, sangat jujur. Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong."

itulah nabe, kenapa saya cenderung mengatakan "rendah diri" bukanlah kesombongan, karena itu adalah perasaan yang muncul pada saat kita merasakan tidak sebanding dengan komunitas atau seseorang atau tidak ingin menunjukan kelebihan yang seseorang miliki dengan tujuan yang baik  ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

hemayanti

Quote from: dato' tono on 02 July 2011, 04:17:24 PM
rendah diri bukan berarti kesombongan, malah justru rendah diri jauh dr kesan sombong, karena seseorang merasa tidak perlu menunjukkan 'power' (materi/kuasa/jabatan/prestasi) yg dimiliki nya.

rendah diri jg belum tentu seseorang merasa minder/malu pada orang lain. jika seseorang dengan sadar/sengaja merendahkan diri dalam suatu komunitas/pertemuan dengan tujuan pura2 terhadap 'power' yg dimiliki, maka bs dikatakan seseorang tersebut agak bersikap sombong, rendah diri yg bersifat pura2...

berbeda pula dengan sikap rendah diri yg di ajarkan didalam buddhism, seseorang yg pandai akan dhamma/meditasi, dengan penuh kesadaran yg terjaga, seseorang akan bersikap rendah diri dan tidak bersikap sombong, seperti yang tertulis di karaniyametta sutta : "Dan telah mencapai ketenangan bathin. Ia harus pandai, jujur, sangat jujur. Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong."
mungkin ada perbedaan antara rendah diri dan rendah hati om, seperti yang telah dibahas oleh rekan2 sebelumnya.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

wang ai lie

Quote from: hemayanti on 02 July 2011, 10:19:32 PM
mungkin ada perbedaan antara rendah diri dan rendah hati om, seperti yang telah dibahas oleh rekan2 sebelumnya.

ya memang berbeda cc hema, rendah hati adalah sifat welas asih bukan suatu sifat atau sikap minder/malu terhadap orang lain
sedangkan rendah diri adalah sikap/sifat minder/malu terhadap sesuatu atau orang lain bisa juga dikatakan tidak PD  ;D
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

sobat-dharma

#104
Mungkin salah satu persoalan dalam dikusi kita ini adalah pertanyaan apakah benar rendah diri adalah kesombongan. Dalam hal ini terdapat keyakinan pada sebagian member bahwa rendah diri bukan kesombongan, dan kemudian menyamakan "merasa diri lebih rendah" pada mana dengan "kerendahan hati yang pura-pura."

Secara kultural, dalam budaya kita, merasa diri lebih rendah memang aneh apabila disebut sebagai kesombongan, yang artinya adalah "merasa diri lebih tinggi dari orang lain." Jadi tidak mungin perasaan lebih rendah dari orang lain sama dengan merasa diri lebih tinggi dari orang lain. Argumen demikian memang masuk akal dan tidak keliru.

Akan tetapi, makna mana tidak sekadar apabila seseorang merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain, tapi juga ketika seseorang merasa dirinya lebih rendah atau setara dengan orang lain dengan membanding-bandingkan dirinya dan orang lain. Memang agak rancu kalau mana diterjemahkan sebagai "kesombongan", yang dalam bahasa kita secara eksklusif hanya berarti "lebih tinggi dari orang lain."

Namun, hal ini tidak terlau bermasalah jika mana atau "kesombongan" kita artikan sebagai "ego yang berlebihan", bukan sekadar "merasa diri lebih tinggi".  Dalam hal ini, orang yang dikatakan memiliki "ego yang berlebihan" bisa termasuk juga orang yang merasa dirinya lebih tinggi, lebih rendah ataupun setara dengan orang lain.

Dalam hal ini, apabila kita menolak bahwa orang yang merasa dirinya lebih rendah dari orang lain berrati beranggapan bahwa orang demikian memiliki ego yang kecil. Benarkah orang yang merasa dirinya lebih rendah, secara otomatis,  egonya lebih kecil pula dibandingkan dengan orang yang merasa dirinya lebih tinggi dan setara dengan orang lain?

Kenyataannya tidaklah demikian. Orang yang merasa dirinya lebih rendah dari orang lain sebenarnya egonya sama besarnya dengan orang yang merasa dirinya lebih dari orang lain. Mengapa demikian?

Orang yang merasa dirinya lebih rendah dari orang lain dapat juga disebut sebagai low self-esteem. Orang dengan low self-esteem, meskipun cenderung tidak suka dengan dirinya sendiri dan merasa tidak percaya diri, namun sebenarnya memiliki beberapa gejala yang justru menunjukkan ego mereka cenderung besar, antara lain:

1.  Hypersensitivity to criticism, yaitu kecenderungan untuk merasa mudah diserang dan sulit menerima kritik dari orang lain. Dalam hal ini, orang yang merasa dirinya lebih rendah dari orang lain akan cepat tersinggung dan lekas marah, bahkan pada situasi yang sebenarnya tidak bermaksud untuk menjatuhkan dirinya. Hal ini dikarenakan mereka cenderung mudah menafsirkan perilaku orang lain terhadapnya sebagai hal yang negatif, yang mana penafsiran itu dipicu oleh rasa rendah diri itu sendiri. Dengan demikian, sikap demikian sebenarnya adalah "kesombongan" dan sangat jauh dari kerendah-hatian ( yang dalam hal ini rendah hati  berarti kesediaan untuk dilkritik oleh orang lain).

2. Self-esteem yang rendah (atau merasa dirinya kurang dibandingkan orang lain) juga memicu munculnya Perfectionism , yaitu tuntutan pada diri sendiri untuk melakukan segala sesuatu dengan sempurna tanpa sedikitpun kesalahan, dengan tujuan untuk menutupi-tutupi  kekurangan dirinya. Hal ini, selain menimbulkan rasa frustrasi dan tidak puas terhadap diri sendiri, juga menguatkan ego seseorang. Hal mana sebenarnya Perfectionism adalah bentuk "keangkuhan" karena tidak mau mengakui keterbatasan dirinya, sehingga dapat dikategorikan sebagai "kesombongan."

3. Selain itu orang dengan self-estem yang rendah sebenarnya selalu ingin menarik perhatian orang lain, meskipun takut dievaluasi secara negatif. Ini yang namanya Hedgehog Dilemma atau Dilema Landak, yaitu dilemma antara keinginan untuk dicintai yang sekaligus takut akan penolakan. Orang dengan self-esteem rendah biasanya memanfaatkan ketidakberdayaannya untuk mendapatkan perhatian dan cinta dari orang-orang tertentu yang dianggapnya dapat mengurangi kecemasannya akibat rasa rendah diri itu. Ia menuntut orang lain menerima dirinya apa adanya dan tidak mengeluh terhadap kekurangan dirinya, tanpa merasa harus melakukan hal yang sama kepada orang lain. Sebaliknya, orang yang merasa rendah diri mudah sekali menjadi sangat melecehkan orang yang dianggapnya lebih rendah lagi daripada dirinya. Oleh karena itu, orang yang terbiasa untuk merasa dirinya lebih rendah daripada orang lain sebenarnya memiliki ego yang besar, yang dalam hal ini juga berarti suatu bentuk keangkuhan dan kesombongan.

Oleh karena itu, menurut saya, perasaan bahwa dirinya lebih rendah dari orang lain bukan kondisi di mana ego seseorang malah mengecil, tetapi justru dalam kondisi demikian, egonya malah membesar. Maka, saya melihat  rendah diri (tidak sama dengan "rendah hati" ataupun "sekadar berpura-pura rendah hati") adalah bentuk ekangkuhan atau kesombongan (mana).


Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek