Pandangan Buddhism terhadap praktek "Shia Sen"

Started by dipasena, 30 April 2011, 11:27:03 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

blood_demon

Om guru lian shen sidhi hum

K.K.

Quote from: dhanuttono on 03 May 2011, 12:43:12 PM
tp yakkha n gandabha dikategorikan dalam kelompok alam apaya, beda dengan catumaharajika yg masuk dalam kelompok alam sugati...

klo kerasukan yg umum, meronta2/menangis/mengeliat/meraung2, marah2 dan lainnya kayaknya lebih ke mahluk petta dan asura (yakkha/gandabha)
Yakkha di utara, Gandhabba di timur, mereka termasuk golongan Catummaharajika.

No Pain No Gain

Quote from: blood_demon on 03 May 2011, 01:47:33 PM
=)) hebat wkwkwkww. bs tau matinya.

hussshhh..si demon nyemak akh di thread ;D

ku kan cuman nanya
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

No Pain No Gain

Quote from: Kainyn_Kutho on 03 May 2011, 01:48:51 PM
Yakkha di utara, Gandhabba di timur, mereka termasuk golongan Catummaharajika.

yang di barat? selatan? tenggara? barat daya? timur laut? dll?
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

blood_demon

Quote from: Kainyn_Kutho on 03 May 2011, 01:48:51 PM
Yakkha di utara, Gandhabba di timur, mereka termasuk golongan Catummaharajika.

sutta yg menceritakannya plsssssssss
Om guru lian shen sidhi hum

dilbert

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

blood_demon

ko dilbert saya td baru liat, itu sutta yg menceritakan ttg paritta perlindungan gt. tidak menjelaskan secara jelas soal dewa maupun asura dan jenis jenisnya
Om guru lian shen sidhi hum

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 May 2011, 04:54:20 PM
Saya bukan ahli sumpah-serapah, jadi hanya spekulasi saja.
Pengen lepas karena memang sudah tidak berlaku. Misalnya mungkin perangnya sudah selesai, negaranya sudah bubar. Tapi karena namanya sumpah setia, maka dimulai dan diakhiri oleh kedua belah pihak.

Bisa berbarengan sumpahnya terkabul karena mungkin sumpahnya juga barengan. Satu panglima 'kan pengawalnya bisa ribuan, bukan cuma seorang.

Soal kelahiran kembali, tentu saya tidak tahu. Tapi bisa saja jika memang dia melekat pada sumpahnya sebagai prajurit.
kalau sumpah dengan ikrar sama atau beda?

dan sumpah itu berlaku untuk 2 belah pihak atau 1 pihak saja?

misalkan "katanya" ada yang berikrar tidak akan lepas dari kelahiran kembali sebelum semua mahluk berhasil lepas dari samsara, jadi gimana nih?


Quote
Ini bukan ditujukan ke saya, tapi mau komentar. Saya pernah baca di sutta, ada keinginan yang mungkin, dan mungkin terjadi. Ada keinginan yang tidak mungkin, namun mungkin terjadi (karena kamma lain). Ada keinginan yang mungkin, namun tidak mungkin terjadi (karena terhalang kamma lain). Terakhir ada keinginan yang tidak mungkin dan tidak mungkin terjadi.

Bersumpah tidak terlahir kembali tanpa mengikis LDM termasuk kategori ke empat tersebut.
kalau ini  : 48 ikrar Buddha Amitabha

termasuk keinginan yang mungkin terjadi atau tidak?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: dtgvajra on 30 April 2011, 10:10:48 PM
Nah berikut ini pengalaman pribadi yang cukup menarik, berkaitan dengan Shia shen, yg terjadi 2 tahun yg lalu.

Waktu itu saya berkunjung ke Bali dan ketemu teman lama yang menikah dengan putri dari Bali.
Dia dengan background K******k, tapi setelah menikah menjadi tidak jelas orientasinya. Dari cerita bersambung cerita, dia bertanya: "mau ngga lihat sebuah pura milik pribadi, tetapi selain dewa dewi Hindu yg dipuja disitu , juga Bodhisattva Kuan Im. Pemiliknya sepasang suami istri asli Bali, dan sangat baik pada siapa saja." 
Karena tidak ada acara apa apa, keesokan harinya kita berdua meluncur ke desa yg cukup jauh dari Kuta, ada dibawah pura Besakih, Gn. Agung. 
Kami sampai di desa tersebut, sudah menjelang senja, dengan udara yang cukup dingin.

Ibu Jero, demikian biasa dipanggil oleh orang orang sekitarnya, menyambut kami dengan ramah, mempersilahkan duduk di serambi rumahnya disebelah kompleks pura pribadi, yang ternyata sedang ada acara sembahyangan.  Setelah saling berkenalan ibu Jero mohon maaf  untuk mohon diri karena upacara sudah akan dimulai, dan mempersilahkan kita untuk minum dan menikmati snack yang telah dihidangkan.

Kurang lebih satu jam kita menunggu, tiba tiba seorang pria keluar dari pura mendatangi kami, dan mengatakan bahwa kami berdua diundang untuk masuk ke pura, padahal kami tidak punya persiapan untuk masuk pura yaitu memakai sarung Bali dengan ikat pinggang putih. Waktu saya menyatakan bahwa kami tidak membawa sarong dan ikat pinggang; utusan ke dua datang dan mengatakan tidak perlu pakai sarung dan ikat pinggang. Akhirnya kami masuk kedalam pura dan diminta duduk di depan.

Ternyata ibu Jero yang sedang dalam kondisi trance, dengan mata terpejam dia berkata (suaranya berbeda dengan suara pada waktu berbincang bincang dengan kami). "Romo, saya hanya menyampaikan permintaan. Itu diluar pagar ada 2 panglima perang dengan ratusan prajuritnya yang memohon agar dapat dibebaskan dari sumpah setianya kepada romo".

Ditengah kebingungan, saya bilang : "Bu Jero, saya tidak melihat apa apa diluar pagar, dan saya tidak pernah punya prajurit"

Yang dijawab : "Bukan sekarang, tapi duluuu sudah lama sekali, romo ., kasihanilah mereka, karena terikat dengan sumpah setia mereka kepada romo, maka mereka tidak bisa meninggalkan dunia ini."

Selagi saya sedang bingung dan saling pandang dengan teman saya , tiba tiba suara Ibu Jero berubah menjadi suara pria dan ngoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami, kelihatannya seperti dialek salah satu etnis di Tiongkok.  Karena saya tidak paham, saya hanya bengong menatap. Lalu tiba tiba si Ibu Jero bernamaskara dihadapan saya sambil menangis dan masih mengoceh dalam bahasa yg tidak saya pahami.

Lalu ada seorang pedanda Hindu yang tampil dan mengatakan : "Pak, kalau yang diminta hanya pembebasan dari janji, berikan saja pak".  Karena bagi saya tidak pernah merasa menerima janji, maka saya sama sekali tidak keberatan.

Lalu saya katakan sambil menghadap ibu Jero : "Saya tidak keberatan, semua yang terikat dengan sumpah setia, saya bebaskan".  Kembali si Ibu Jero mengoceh dan namaskara berulang ulang.

Waktu saya katakan : "sudah cukup", tiba tiba suara si Ibu Jero berubah lagi, kembali ke suara wanita :"Romo , mereka minta pembebasannnya diresmikan dan ditunjukkan jalan untuk mereka."  Kembali saya dibuat bingung.  Dan si Ibu Jero berkata lagi :"Ini pesan dari mak Kwan Im, romo sdh tahu caranya".   Bingung bertambah bingung, tiba tiba saya teringat cara pelimpahan jasa disertai Mantra Hrdaya  Sutra.

Saya lalu meminta air untuk pemberkahan, yg selalu tersedia di setiap Pura, dan minta ditambah isinya, lalu seperti biasa merenungkan rasa enak, rasa nikmat, rasa kenyang yg telah saya rasakan pada waktu makan siang tadi (babi guling komplit hehehe), juga rasa segar dan puas waktu minum es jeruk sebagai penutup; lalu mengucapkan agar semua rasa tersebut dapat dinikmati oleh siapa saja yang berkumpul disitu dan membutuhkan.  Berikutnya bermeditasi Metta Bhavana sebentar dihadapan rupang Bodhisattva Kwan Yin, lalu saya bangun dan mulai berkeliling untuk memercikkan air pemberkahan sambil membaca mantra :"Gate, gate paragate Bodhi Svaha". 

Sekembalinya ke dalam pura, ibu Jero mengatakan :"Romo, sudah selesai, mereka semua gembira dan sudah berangkat, saya juga pamit".  Lalu ibu Jero duduk diam , tidak berapa lama, membuka mata dan bersuara dengan suara aslinya : "Wah Romo, baru pertama kali saya lihat orang begitu banyak kumpul disini".

Saya dan teman saya yg tidak melihat apa apa, bertanya pada ibu Jero : "Bu, saya tidak melihat apa apa, bisa ceritakan yang ibu lihat". Lalu si Ibu Jero berkata : "Tadi waktu badan saya dipinjam, saya hanya bisa mendengar dan melihat, saya melihat banyak sekali prajurit dari negeri Cina, mereka seperti baru selesai berperang, banyak yang berdarah, dan pakaiannya sobek sobek, tutup dada yang dari kulit juga banyak yang rusak, semuanya berlutut diluar pagar itu, tidak berani masuk.  Setelah romo memberikan air, mereka kelihatan sangat gembira dan puas, tidak lama kemudian lenyap."

Setelah itu, saya menanyakan mendetail kepada ibu Jero, mengapa beliau sampai membuat cetya secara khusus untuk Kwan Im, padahal beliau asli Bali dan tidak pernah pergi ke kelenteng. Cukup panjang ceritanya, tapi tidak berkaitan dengan cerita ini.

Akhirnya kami berdua mohon pamit kepada Ibu Jero dan suaminya, untuk kembali ke Kuta. ditengah perjalanan saya tidak tahan oleh rasa lapar, terpaksa mampir dulu di warung sebelum kembali ke hotel.

Sampai sekarang saya masih skeptis dengan pengalaman tersebut. Karena saya sendiri tidak merasakan apa apa selama kejadian tersebut.  Siapa yang menguasai raga ibu Jero, saya juga tidak tahu.










kalau dari cerita diatas, sepertinya mak Kwan Im itu bener2 ada ya? anehnya kenapa emak2 ini cuma menampakan dirinya pada orang2 tertentu, sama kaya tokoh tetangga =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

dilbert

Quote from: ryu on 03 May 2011, 05:13:42 PM
kalau dari cerita diatas, sepertinya mak Kwan Im itu bener2 ada ya? anehnya kenapa emak2 ini cuma menampakan dirinya pada orang2 tertentu, sama kaya tokoh tetangga =))

Bagi yang belum pernah mengalami kejadian seperti itu, akan merasa MASA SIH bisa seperti itu ? Bagi yang pernah mengalami kejadian seperti, tetap juga akan bertanya-tanya... BENARKAH seperti itu ?
Kalau saya sih sudah pernah mengalami hal-hal yang "supranatural", pegangan saya sih Metta, Karuna dan Mudita saja... Banyak Keinginan, maka banyak Cobaan, Sedikit Keinginan maka sedikit cobaan. Tiada keinginan, apapun ok... UPEKKHA...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Mr.Jhonz

 [at] om kainyt
Bagaimana dengan kasus umat maitreya?
Aye dulu udah pernah di sumpah,walaupun aye ga ngerti bahasanya..
*Cuma ngikutin apa yg di baca ama pandita..

[at] all
om kwaci ngajarin kita anicca..
Dulu sering kritik johan soal postingan mengoncang iman,sekrang om kwaci pasang avatar cewek cakep :))
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

ryu

Quote from: dilbert on 03 May 2011, 06:11:12 PM
Bagi yang belum pernah mengalami kejadian seperti itu, akan merasa MASA SIH bisa seperti itu ? Bagi yang pernah mengalami kejadian seperti, tetap juga akan bertanya-tanya... BENARKAH seperti itu ?
Kalau saya sih sudah pernah mengalami hal-hal yang "supranatural", pegangan saya sih Metta, Karuna dan Mudita saja... Banyak Keinginan, maka banyak Cobaan, Sedikit Keinginan maka sedikit cobaan. Tiada keinginan, apapun ok... UPEKKHA...
sepertinya dengan banyaknya kesaksian2 maka kebenaran semakin menjauh, membuat pusing aja.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 03 May 2011, 05:11:12 PM
kalau sumpah dengan ikrar sama atau beda?

dan sumpah itu berlaku untuk 2 belah pihak atau 1 pihak saja?
Sepertinya sama yah, keduanya berlaku bagi orang yang mengucapkan/bertekad. Jika dua pihak mengucapkan, maka berlaku di 2 belah pihak.


Quotemisalkan "katanya" ada yang berikrar tidak akan lepas dari kelahiran kembali sebelum semua mahluk berhasil lepas dari samsara, jadi gimana nih?

kalau ini  : 48 ikrar Buddha Amitabha

termasuk keinginan yang mungkin terjadi atau tidak?
Ini sangat mungkin terjadi. Apalah susahnya melekat pada samsara?
Kalau bagian 'semua makhluk lepas dari samsara' juga mungkin, tapi setelah lewat kurun waktu yang tak terpikirkan.

K.K.

Quote from: Mr.Jhonz on 03 May 2011, 07:50:26 PM
[at] om kainyt
Bagaimana dengan kasus umat maitreya?
Aye dulu udah pernah di sumpah,walaupun aye ga ngerti bahasanya..
*Cuma ngikutin apa yg di baca ama pandita..
Tekad dibuat oleh pikiran. Walaupun telinga mendengar dan mulut mengucapkan, kalau pikiran tidak mengerti, maka hal apa yang ditekadkan? Secara teknis, berarti sumpahnya tidak pernah terjadi.
Kalau saya dulu pernah mengucapkan sumpah untuk tidak membocorkan 5 kata 'sakti' tersebut dengan sadar. Maka walau saya tidak percaya ancaman Lao Mu 'Mahakasih' (nyamber gledek, kutukan berapa turunan) tersebut, tapi saya tetap memegang janji untuk tidak membocorkannya.

Menurut saya, selain orang bersangkutan yang membebaskan, sumpah juga bisa teranulir dengan sendirinya karena keadaan. Misalnya saya bersumpah mendukung kumpulan X yang menurut saya adalah pembabar dhamma, lalu seiring waktu, ternyata ketahuan X ini pengumpul uang, bukan pembabar dhamma, maka sumpah saya otomatis tidak berlaku.
Di kisah dhamma juga ada Buddha Gotama yang janji ke Nanda mendapatkan bidadari kaki merah itu dan janji itu teranulir sendiri ketika Nanda menjadi seorang Arahat.



ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 04 May 2011, 08:47:56 AM
Sepertinya sama yah, keduanya berlaku bagi orang yang mengucapkan/bertekad. Jika dua pihak mengucapkan, maka berlaku di 2 belah pihak.

Ini sangat mungkin terjadi. Apalah susahnya melekat pada samsara?
Kalau bagian 'semua makhluk lepas dari samsara' juga mungkin, tapi setelah lewat kurun waktu yang tak terpikirkan.

bukan soal melekat pada samsaranya, tapi tekadnya itu tuh, seperti :
3) Apabila aku telah menjadi Buddha,para Dewa,manusia,yang berada
di negeriku, andaikata semua badannya tidak berwarna emas sejati, maka aku tak
akan mencapai samyaksambuddha!

17) Apabila aku telah menjadi Buddha, andaikata para Buddha yang berada
di sepuluh penjuru dunia jumlah tak terhingga tidak memuliakan namaku, maka aku
tak akan mencapai samyaksambuddha!

dll

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))