Sharing & Tanya Jawab Tradisi Membakar Kertas Nilai Spiritual yang Lenyap

Started by purnama, 30 March 2011, 02:08:24 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: fabian c on 03 April 2011, 10:24:43 AM
Saya setuju dengan bro Ryu, bagai perumpamaan permata, ada intan, mutiara, ruby, sapphire, intan sintetik, intan imitasi, intan alami, ruby sintetik, ruby imitasi, ruby alami, sapphire sintetik, imitasi, alami, dsbnya....

Demikian juga dengan ajaran Sang Buddha, kita harus membedakan apakah ajaran ini ajaran Sang Buddha atau bukan, apakah ini ajaran Keris yang bercampur dengan Buddhis, ajaran Tahu yang bercampur dengan Buddhis dsbnya, sehingga umat tidak bingung.

Bila mereka telah tahu, tetapi tetap Ingin belajar faham Keris, faham Tahu, faham wayang dsbnya tidak apa-apa, intinya jangan sampai umat disimpangkan dengan ajaran yang non-Buddhis, kasihan mereka karena kehidupan sebagai manusia demikian berharga, demikian susah didapatkan.

Alangkah baiknya, alangkah beruntungnya, bila mereka dapat belajar Ajaran Sang Buddha yang benar, yang demikian indah, yang demikian luhur.

Banyak ajaran sempalan yang sampai sekarang mendompleng pada organisasi Buddhis disebabkan kesalahan pemimpin Buddhis yang ada di pemerintahan di masa lampau. Keserakahan dan kegelapan batin pemimpin di masa lampau menyebabkan Ajaran campuran dengan Taoism, Shintoism dan Hinduism, bisa mendapatkan pijakan di Indonesia.

Sulit menerangkan hal ini kepada generasi belakangan, terutama mereka yang telah menutup batinnya dengan doktrin-doktrin sinkretik demikian. Kita bukan meng"kafir"kan ajaran sinkretik, tapi mereka juga berhak tahu mana ajaran Sang Buddha yang sesungguhnya dan mana ajaran yang telah tercampur dengan faham non-Buddhis.

Mettacittena,


apalagi kalau ajaran nya di kemas dengan "yang penting berbuat baik" ajaran2 yang mendompleng membungkus ajaran nya "seakan2" mengajarkan kebaikan seperti vegetarian dll tapi dengan cara mengaburkan inti ajaran yang di dompleng itu.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

M14ka

Kalo ga mulai dr diri sendiri, gimana kita bs tau ajaran mana yg benar mana yg salah? Apakah kita cuma duduk diam aja melihat dan menunggu semoga dia ketemu pemuka agama yg benar?

ryu

sepertinya ya gitu deh, asal berbuat baik,masuk surga.

asal bakar kertas dan berbuat baik masuk surga.

asal bakar api homa dan berbuat baik masuk surga.

asal ke vihara dan berbuat baik masuk surga.

asal cung cung cep dan berbuat baik masuk surga.

asal ............................................. dan berbuat baik masuk surga.


..... isi sendiri.

begitulah.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Forte

Quote from: ryu on 03 April 2011, 09:52:05 AM
kalau aye sih tidak mempunyai keinginan yang macam2, karena saya menyadari kemampuan diri sendiri bagaimana, aye belum punya keinginan memeluk ajaran apapun, aye hanya melihat dan merasakan saja, aye selama ke vihara pun tidak mendapatkan manfaat sama sekali, tidak mengerti apapun, makanya aye tidak pernah kevihara lagi, bahkan kalau ditanya acara2 besar buda pun aye kaga tau dan tidak mengerti =)) , jadi intinya aye memang umat lain, dan pengamat saja deh ;D

Oh, bro hanya sebagai pengamat, kalau begitu yang diskusi ini saya akhiri..
Dan jelas, saya menanggapi postingan bro karena pada awalnya bro terbersit sedikit kekhawatiran akan agama Buddha mundur, kalah dengan agama lain.. Tapi idealnya, jika posisi bro hanya sebagai pengamat dan umat lain, ya tidak perlu terlalu merasa harus merisaukan dan menanggapi banyaknya aliran yang dikatakan sesat dalam Buddhisme, karena bro ryu juga tidak peduli akan hal ini bukan

Mengenai pola pikir mungkin ini yang sedikit berbeda ya.. menurut gw seh secara pribadi, ada beberapa hal yang perlu dipikirkan lagi :
1. benarkah ke vihara tidak ada manfaatnya.. atau sebenarnya ada manfaat tapi kita tidak tahu manfaatnya.. atau sebenarnya ada manfaat, tapi sangat kecil, sehingga kita mengabaikan manfaat itu sendiri.

menurut saya pribadi, ke vihara pasti ada manfaatnya walau kecil, andai kata semua tidak menarik, dhammadesana membosankan, namun ada 5-10 menit yang bermanfaat yang bisa digunakan untuk bermeditasi.. kita sudah berniat ke vihara, idealnya 5-10 menit itu dimanfaatkan agar sati sejenak.

2. kita tidak harus hanya belajar / mendapatkan manfaat dari vihara saja, di kehidupan sehari2 bisa.. di kehidupan maya seperti di dc ini juga bisa.. gak perlu muluk2 seperti yang saya katakan di awal, cukup jalani saja Pancasila Buddhisme. dan baru bertahap ke tahapan yang lebih tinggi. Karena IMO, percuma saja kita banyak mengeluarkan isi2 sutta, kita hafal isi suttaTi Pitaka  dalam dan luar kepala.. namun dalam kehidupan sehari2, kita masih suka marah, menyakititi hati orang lain, merendahkan atau melecehkan..

Dan contoh lagi, sebagai contoh konkret, saya awalnya juga hanya beragama Buddha KTP yang tidak mengerti apa itu agama Buddha, berawal dari forum, saya bertemu dan membaca postingan bro Kelana di forum sebelah, dan akhirnya "merumput" sampai ke sini.. jelas saya lebih mengerti sedikit apa itu ajaran Buddha dan TANPA KE VIHARA juga.. Intinya tanpa ke vihara, tanpa pemuka agama, saya awalnya dari tidak tahu menjadi sedikit lebih tahu agama Buddha.. karena apa ? KARENA SAYA INGIN TAHU AGAMA BUDDHA .. :)

Simpel kan.. berawal dari diri sendiri..


ryu

Quote from: Forte on 03 April 2011, 12:09:04 PM
Oh, bro hanya sebagai pengamat, kalau begitu yang diskusi ini saya akhiri..
Dan jelas, saya menanggapi postingan bro karena pada awalnya bro terbersit sedikit kekhawatiran akan agama Buddha mundur, kalah dengan agama lain.. Tapi idealnya, jika posisi bro hanya sebagai pengamat dan umat lain, ya tidak perlu terlalu merasa harus merisaukan dan menanggapi banyaknya aliran yang dikatakan sesat dalam Buddhisme, karena bro ryu juga tidak peduli akan hal ini bukan

Mengenai pola pikir mungkin ini yang sedikit berbeda ya.. menurut gw seh secara pribadi, ada beberapa hal yang perlu dipikirkan lagi :
1. benarkah ke vihara tidak ada manfaatnya.. atau sebenarnya ada manfaat tapi kita tidak tahu manfaatnya.. atau sebenarnya ada manfaat, tapi sangat kecil, sehingga kita mengabaikan manfaat itu sendiri.

menurut saya pribadi, ke vihara pasti ada manfaatnya walau kecil, andai kata semua tidak menarik, dhammadesana membosankan, namun ada 5-10 menit yang bermanfaat yang bisa digunakan untuk bermeditasi.. kita sudah berniat ke vihara, idealnya 5-10 menit itu dimanfaatkan agar sati sejenak.

2. kita tidak harus hanya belajar / mendapatkan manfaat dari vihara saja, di kehidupan sehari2 bisa.. di kehidupan maya seperti di dc ini juga bisa.. gak perlu muluk2 seperti yang saya katakan di awal, cukup jalani saja Pancasila Buddhisme. dan baru bertahap ke tahapan yang lebih tinggi. Karena IMO, percuma saja kita banyak mengeluarkan isi2 sutta, kita hafal isi suttaTi Pitaka  dalam dan luar kepala.. namun dalam kehidupan sehari2, kita masih suka marah, menyakititi hati orang lain, merendahkan atau melecehkan..

Dan contoh lagi, sebagai contoh konkret, saya awalnya juga hanya beragama Buddha KTP yang tidak mengerti apa itu agama Buddha, berawal dari forum, saya bertemu dan membaca postingan bro Kelana di forum sebelah, dan akhirnya "merumput" sampai ke sini.. jelas saya lebih mengerti sedikit apa itu ajaran Buddha dan TANPA KE VIHARA juga.. Intinya tanpa ke vihara, tanpa pemuka agama, saya awalnya dari tidak tahu menjadi sedikit lebih tahu agama Buddha.. karena apa ? KARENA SAYA INGIN TAHU AGAMA BUDDHA .. :)

Simpel kan.. berawal dari diri sendiri..


ya diri sendiri adalah urusan diri sendiri, biarkan diri sendiri yang tahu.

soal hasil ya memang saya tidak terlalu ambil pusing, ada yang sependapat atau tidak itu khan hanya masing2 yang tahu.

soal manfaat ya masing2 juga yang tahu ada yang merasa ke vihara itu bermanfaat ada yang tidak, tapi coba anda bayangkan seorang yang keviharanya vihara yang sesat ya mungkin dapat manfaat dari vihara yang sesat itu.

ya itu sih memang urusan karma masing2 deh. yang penting urus diri sendiri dulu gitu ya ga usah ngurusin orang lain.

ok diskusi ini juga saya akhiri disini.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Forte

Quote from: ryu on 03 April 2011, 12:24:42 PM
ya diri sendiri adalah urusan diri sendiri, biarkan diri sendiri yang tahu.

soal hasil ya memang saya tidak terlalu ambil pusing, ada yang sependapat atau tidak itu khan hanya masing2 yang tahu.

soal manfaat ya masing2 juga yang tahu ada yang merasa ke vihara itu bermanfaat ada yang tidak, tapi coba anda bayangkan seorang yang keviharanya vihara yang sesat ya mungkin dapat manfaat dari vihara yang sesat itu.

ya itu sih memang urusan karma masing2 deh. yang penting urus diri sendiri dulu gitu ya ga usah ngurusin orang lain.
ayo.. kita buktikan ;D
apakah bro ryu bisa mengurusi diri sndiri dan tidak urusi orang lain.. ;D

salam damai...

ryu

Quote from: Forte on 03 April 2011, 12:25:58 PM
ayo.. kita buktikan ;D
apakah bro ryu bisa mengurusi diri sndiri dan tidak urusi orang lain.. ;D

salam damai...
oh maaf, tapi prinsip aye beda, anda lihat signature aye ;D

salam damai juga ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Forte

Quote from: ryu on 03 April 2011, 12:29:31 PM
oh maaf, tapi prinsip aye beda, anda lihat signature aye ;D

salam damai juga ;D
hm.. wah.. baru nyadar.. :))
berarti anda yang tipe yang tidak melakukan statement yang anda keluarkan sendiri.. ^:)^
meminta orang lain mengurusi diri sendiri, jangan urusi orang lain..
tapi anda berniat mencari2 kesalahan orang lain..

boleh tahu kenapa anda berbuat demikian ? :-?

sangatlah mudah mencari kesalahan orang lain, maka marilah kita mencari kesalahan orang lain karena sangat mudah ;D

- menurut anda.. dengan menjalankan statement anda, akan membawa seseorang ke arah yang lebih benar ?

ryu

Quote from: Forte on 03 April 2011, 12:32:17 PM
hm.. wah.. baru nyadar.. :))
berarti anda yang tipe yang tidak melakukan statement yang anda keluarkan sendiri.. ^:)^
meminta orang lain mengurusi diri sendiri, jangan urusi orang lain..
tapi anda berniat mencari2 kesalahan orang lain..

boleh tahu kenapa anda berbuat demikian ? :-?

sangatlah mudah mencari kesalahan orang lain, maka marilah kita mencari kesalahan orang lain karena sangat mudah ;D

- menurut anda.. dengan menjalankan statement anda, akan membawa seseorang ke arah yang lebih benar ?
entahlah, hanya tuhan yang tahu :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Forte


dipasena

Quote from: ryu on 03 April 2011, 08:42:03 AM
contoh2 bro benar kok, tapi apakah selalu "harus dari diri sendiri" ?
seperti dalam salekha sutta, ada pernyataan tidak mungkin seorang guru yang masih berenang dalam lumpur ingin mengeluarkan orang lain dalam lumpur, dari atas sudah rapuh, maka semakin kebawah ya semakin kacau la.

bro lihat wajah budisme saat ini? ada ajaran seperti maitreya mengaku2 ajaran budis, ada aliran LSY mengaku budis, ada aliran suma ching hai mengaku budis, belum lagi ajaran tao dan kong hu cu ikut membaur, kalau dari atasnya tidak ada ketegasan, tidak ada pernyataan ini budis atau bukan umat biasa akan tahu?

sama seperti bakar2 kertas, ada biku yang memimpin upacara, apa biku itu tahu ini ajaran budis atau bukan? seperti saya pernah lihat ada acara bakar perahu dari kertas, yang memimpin seorang biksu, seperti itulah, kalau dari atas "misalnya yang punya vihara" mengetahui ini ajaran dan bukan ajaran maka dia tidak akan khan mengadakan upacara2 seperti itu, yah memang pastinya ada kepentingan2 untuk vihara tersebut ya seperti yang pernah di post oleh om kumis, untuk melayani kepentingan umat juga kelangsungan hidup vihara itu  biksu pun bisa di perintah untuk melakukan hal2 yang ya bukan ajaran ;D

saya tidak ikut2an ato membela salah satu pihak, tp apa yg di urai kan ryu adalah benar, mau di ke-manakan buddhism jk di campur aduk seperti itu, kita sendiri sudah korban ajaran gado-gado, cilaka nya ajaran gado-gado malah membuat buddhism menjadi buram...

jd jgn salah jk ada bhikkhu yg menggabungkan beberapa kepercayaan dr tiongkok dibawah nama buddhism, krn asumsi nya buddha ada didalam ajaran kepercayaan tiongkok. hal yg paling gampang adalah mahayana yg ada di cina dan jepang, sama sekali telah bergeser, yg seharusnya belajar dhamma, malah jd sibuk ngurus ritual, blom bakar2 kertas, blom lg sutta2 di buat lagu (ini masih pro-kontra) dan didagangkan "katanya" dana yg diperoleh tuk alasan kemanusiaan, blom lg ada beladiri dalam vihara, blom lg vihara jd museum/toko beraneka patung (besar-kecil, dewa-dewi), ada ciam si/stik ramalan di vihara dan lain nya...

hal paling simple, klo kita ketemu rekan kita yg muslim/nasrani... pasti diantara kita pernah ditanya "imlek ga pergi ke vihara yg di sono (red. maksudnya kelenteng) rame loh, ada prtunjukan barongsai n naga", "anda agama buddha ? klo sembayang di vihara yg di sono (red. sekali lg maksudnya adalah kelenteng) ya ?", beberapa minggu lalu disalah satu kota terjadi keributan antara umat dan pengurus kelenteng tri dharma sampai2 ada demo di rumah ketua pengurus kelenteng dan parahnya umat (yg muda) marah2 sambil berteriak kata2 se-isi kebun binatang dijalan raya kebetulan pula rumah pengurus kelenteng berseberangan dgn gereja, yg ada malah muncul pernyataan bahwa umat buddha ribut2, demo2 n ngomong kasar dijalanan...

kenapa itu semua terjadi, ya karena terjadi pembauran ajaran... jd di indonesia, asumsi umum adalah buddha = kong hu cu = taoisme, klo ga di luruskan masalah ini, turun 2/3 generasi berikut, agama buddha semakin ga jelas... bole dong, agama buddha menunjukan "ini loh ajaran buddha", agama konfucius menunjukan "ini loh ajaran kong hu cu, ajaran taoisme menunjukan "ini loh ajaran tao"... jgn dicampur adukan.

Forte

Quote from: dhanuttono on 03 April 2011, 12:39:01 PM
saya tidak ikut2an ato membela salah satu pihak, tp apa yg di urai kan ryu adalah benar, mau di ke-manakan buddhism jk di campur aduk seperti itu, kita sendiri sudah korban ajaran gado-gado, cilaka nya ajaran gado-gado malah membuat buddhism menjadi buram...

jd jgn salah jk ada bhikkhu yg menggabungkan beberapa kepercayaan dr tiongkok dibawah nama buddhism, krn asumsi nya buddha ada didalam ajaran kepercayaan tiongkok. hal yg paling gampang adalah mahayana yg ada di cina dan jepang, sama sekali telah bergeser, yg seharusnya belajar dhamma, malah jd sibuk ngurus ritual, blom bakar2 kertas, blom lg sutta2 di buat lagu (ini masih pro-kontra) dan didagangkan "katanya" dana yg diperoleh tuk alasan kemanusiaan, blom lg ada beladiri dalam vihara, blom lg vihara jd museum/toko beraneka patung (besar-kecil, dewa-dewi), ada ciam si/stik ramalan di vihara dan lain nya...

hal paling simple, klo kita ketemu rekan kita yg muslim/nasrani... pasti diantara kita pernah ditanya "imlek ga pergi ke vihara yg di sono (red. maksudnya kelenteng) rame loh, ada prtunjukan barongsai n naga", "anda agama buddha ? klo sembayang di vihara yg di sono (red. sekali lg maksudnya adalah kelenteng) ya ?", beberapa minggu lalu disalah satu kota terjadi keributan antara umat dan pengurus kelenteng tri dharma sampai2 ada demo di rumah ketua pengurus kelenteng dan parahnya umat (yg muda) marah2 sambil berteriak kata2 se-isi kebun binatang dijalan raya kebetulan pula rumah pengurus kelenteng berseberangan dgn gereja, yg ada malah muncul pernyataan bahwa umat buddha ribut2, demo2 n ngomong kasar dijalanan...

kenapa itu semua terjadi, ya karena terjadi pembauran ajaran... jd di indonesia, asumsi umum adalah buddha = kong hu cu = taoisme, klo ga di luruskan masalah ini, turun 2/3 generasi berikut, agama buddha semakin ga jelas... bole dong, agama buddha menunjukan "ini loh ajaran buddha", agama konfucius menunjukan "ini loh ajaran kong hu cu, ajaran taoisme menunjukan "ini loh ajaran tao"... jgn dicampur adukan.

bener bro.. saya tidak bilang bro ryu salah.. sekalian juga menjawab punya bro fabian
namun saya berpikiran, seberapa banyak seh yang ke vihara dibanding yang tidak ke vihara..
menurut saya jauh lebih efektif untuk memberi pandangan benar jika tidak hanya di vihara saja..
contoh2 sampel sudah diuraikan sebelumnya.. cuma ya semua memang tergantung pada orang itu sendiri, apakah mau disadarkan / nggak..
jika orang tersebut mau disadarkan.. jadi nya orang tersebut kan berwawasan akan Buddha Dhamma.. jadi bisa saja meninggalkan yang salah.. tanpa harus pergi ke Vihara..

contoh konkret ya seperti saya katakan, saya sendiri, saya belajar Buddhisme dari forum, internet.. cari dan baca buku.. jadi jangan hanya terpaku bahwa ini hanya tanggung jawab pemuka agama semata.. umat awam juga bisa turut peran serta, contoh sumedho yang buat dc, menyediakan fasilitas perpus online buat dibaca tanpa harus menunggu pemuka agama.. 

jika ini tanggung jawab pemuka agama semata.. mau tunggu sampai kapan ? tidak bergerak2 ?

M14ka

Sy bingung kenapa mengharapkan pemuka agama terus, kita kan ga bisa trus memaksakan kehendak pemuka agama harus selalu benar. Memang benar byk aliran yg uda menyimpang, trus kita sebaiknya gimana? Apakah berpangku tangan aja tunggu pemuka agama yg benar menjelaskan? Tentu hrs dr diri sendiri menjelaskan ke org terdekat dulu dong, jgn hanya menyalahkan kenapa ga ad pemuka agama yg benar..

adi lim

Quote from: ryu on 03 April 2011, 12:29:31 PM
oh maaf, tapi prinsip aye beda, anda lihat signature aye ;D

salam damai juga ;D

bold, 'harus dipertahankan' demi mamfaat dan kebahagiaan mahluk lain  =)) =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

fabian c

Quote from: M14ka on 03 April 2011, 12:58:14 PM
Sy bingung kenapa mengharapkan pemuka agama terus, kita kan ga bisa trus memaksakan kehendak pemuka agama harus selalu benar. Memang benar byk aliran yg uda menyimpang, trus kita sebaiknya gimana? Apakah berpangku tangan aja tunggu pemuka agama yg benar menjelaskan? Tentu hrs dr diri sendiri menjelaskan ke org terdekat dulu dong, jgn hanya menyalahkan kenapa ga ad pemuka agama yg benar..

Sis Miaka yang baik, saya setuju kita tak perlu terlalu menggantungkan diri terhadap pemuka agama, karena jumlah pemuka agama terbatas, mereka tak mungkin ada dimana-mana atau hadir setiap saat, selain itu kita perlu bertanya, apakah seorang pemuka agama pasti benar...?

Menurut saya merupakan kewajiban umat Buddha untuk meluruskan, bila ada yang mengajarkan sesuatu yang bukan Dhamma Ajaran Sang Buddha lalu di klaim sebagai Ajaran Buddha.

Mettacittena,
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata