Sharing & Tanya Jawab Tradisi Membakar Kertas Nilai Spiritual yang Lenyap

Started by purnama, 30 March 2011, 02:08:24 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kelana

Quote from: morpheus on 04 April 2011, 10:03:43 AM
tradisi bakar kertas itu bikin polusi itu saya setuju. dimodifikasi atau ditinggalkan itu saya setuju, contohnya yg dilakukan dharma drum.
yg saya gak mengerti, arah anda membandingkan hio+kertas dengan hio saja di post sebelumnya. apakah maksud anda mereka yg menggunakan hio+kertas diconvert menjadi hio saja karena less damaging? apakah itu maksud anda? ataukah maksud anda penggunaan hio saja juga perlu dimodifikasi atau ditinggalkan?
Sekali lagi saya sampaikan tujuan dan maksud  saya adalah mempertimbangkan berdasarkan dampaknya dari tradisi bakar kertas dengan membandingkan dampak dari tradisi hio. Apakah harus hio+kertas diconvert menjadi hio saja, atau hio saja juga perlu dimodifikasi atau ditinggalkan, saya tidak dalam kapasitas itu semua.


Quotekalo untuk buddhis sendiri sih, ok aja, tapi setahu saya ritual itu bukan milik buddhis belaka. gak sopan kan kalo menyuruh orang yg kepercayaannya lain (chinese tradisi, taois, khc) untuk menghapus ritualnya lalu diconvert menjadi ritual buddhis berdana kepada bhikkhu... kepercayaannya aja udah beda. pemerintah hongkong dan singapur udah berpuluh2 tahun pengen merubah dan mengurangi ini, tapi tidak bisa dan juga tidak bisa dilarang karena menyangkut kepercayaan dan tradisi yg sensitif...

mengenai kisah itu, benar saya setuju. itu yg saya maksud diperbaharui.
dan senang mengetahui ada yg sudah berusaha mengubahnya di post om gandalf di atas.
saya pikir kita udah setuju di sini. thanks.

Anda ini bagaimana, Sdr. Morp, Ya jelas donk kita berbicara dalam konteks dunia Buddhis, toh kita di forum dan sub forum Buddhis sekarang. Jadi tidak ada urusan dengan tradisi agama tetangga.

Ok itu saja, thanks.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

ryu

Quote from: Kelana on 04 April 2011, 10:45:36 AM
Sekali lagi saya sampaikan tujuan dan maksud  saya adalah mempertimbangkan berdasarkan dampaknya dari tradisi bakar kertas dengan membandingkan dampak dari tradisi hio. Apakah harus hio+kertas diconvert menjadi hio saja, atau hio saja juga perlu dimodifikasi atau ditinggalkan, saya tidak dalam kapasitas itu semua.


Anda ini bagaimana, Sdr. Morp, Ya jelas donk kita berbicara dalam konteks dunia Buddhis, toh kita di forum dan sub forum Buddhis sekarang. Jadi tidak ada urusan dengan tradisi agama tetangga.

Ok itu saja, thanks.
kalau dalam mahayana apakah ada tradisi bakar kertas? atau bercampur dengan tradisi cina?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Kelana

Quote from: adi lim on 04 April 2011, 09:57:03 AM
ada kesamaan yaitu 'sama2 membakar' itu lho jadi alasan klasik bro  :))
jadi master/biksu mengadakan upacara ada 'bakar kapal kecil/rumah2an/uang2an) utk menyenangi umat aja atau sebaliknya ?  ^-^

Sulit untuk menentukannya  :)
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Indra

Quote from: ryu on 04 April 2011, 10:47:53 AM
kalau dalam mahayana apakah ada tradisi bakar kertas? atau bercampur dengan tradisi cina?

di vihara dago sering terlihat seorang bhiksu mahayana yg melakukan bakar-membakar kertas

Kelana

Quote from: ryu on 04 April 2011, 10:47:53 AM
kalau dalam mahayana apakah ada tradisi bakar kertas? atau bercampur dengan tradisi cina?

Saya limpahkan pertanyaanya kepada mereka yang memahami Mahayana
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

ryu

Quote from: Indra on 04 April 2011, 10:49:53 AM
di vihara dago sering terlihat seorang bhiksu mahayana yg melakukan bakar-membakar kertas
di vihara kelenteng juga suka ada kek gitu, bakar perahu kertas gede, trus biksunya pimpin upacara.

trus kalo mandiin rupang itu emang buat apa ya? itu tradisi juga atau bagaimana?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

fabian c

Quote from: ryu on 04 April 2011, 10:57:35 AM
di vihara kelenteng juga suka ada kek gitu, bakar perahu kertas gede, trus biksunya pimpin upacara.

trus kalo mandiin rupang itu emang buat apa ya? itu tradisi juga atau bagaimana?

Teman-teman sekalian harap jangan mengutak-utik bisnis orang....   ;D
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

dilbert

Quote from: fabian c on 04 April 2011, 11:36:58 AM
Teman-teman sekalian harap jangan mengutak-utik bisnis orang....   ;D

Salah satu dugaan motif pembunuhan "pasutri" di MEdan yang diberondong dengan 28 peluru, adalah motif persaingan bisnis dan utak atik bisnis orang... waspadalah....

;D :)) :)) :))
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

rooney

Quote from: dtgvajra on 03 April 2011, 06:22:17 PM
Mau nambahin juga.  Memperingati Hari Trisuci Waisak di Borobudur diganti oleh tokoh Buddhist sendiri jadi Perayaan  Festival Waisak! Katanya untuk mendatangkan turis . Padahal turis datang karena ingin lihat upacara yang sakral, sederhana tapi bermakna, bukan mau lihat pesta. Mereka kalau mau lihat pesta pasti pergi ke Mardi Gras di Rio de Janeiro atau ke Ibiza.

Lengkap dah pengaburan ajaran luhur YMS Buddha Gotama.

Wew, kok bisa2nya dirubah jadi festival ? Itu acara waisak dimana bro ? Aneh2 aja tu panitia...

adi lim

Quote from: Indra on 04 April 2011, 10:49:53 AM
di vihara dago sering terlihat seorang bhiksu mahayana yg melakukan bakar-membakar kertas

bakar kertas kimcoa atau kertas dokumen atau bakar sampah ?  :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

Quote from: ryu on 04 April 2011, 10:57:35 AM
di vihara kelenteng juga suka ada kek gitu, bakar perahu kertas gede, trus biksunya pimpin upacara.


nama vihara bisa lebih jelas ?  :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

ryu

Quote from: rooney on 04 April 2011, 01:59:08 PM
Wew, kok bisa2nya dirubah jadi festival ? Itu acara waisak dimana bro ? Aneh2 aja tu panitia...
khan dah di tulis, di borobudur
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: adi lim on 04 April 2011, 03:49:07 PM
nama vihara bisa lebih jelas ?  :))
viharanya itu keknya tridharma, jadi campur aduklah acara2nya, ada sembahyang shio biksu pimpin upacara, ada sembahyang bakar kertas biksu yang pimpin upacara, ada yang mandikan rupang biksu juga yang pimpin.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Mokau Kaucu

Quote from: Indra on 04 April 2011, 10:49:53 AM
di vihara dago sering terlihat seorang bhiksu mahayana yg melakukan bakar-membakar kertas

Didepannya ada yg bakar jagung, turun dikit ke jl Merdeka ada yg bakar ayam ,  haha...ha.   :)) :)) :))
~Life is suffering, why should we make it more?~

Indra

Quote from: dtgvajra on 04 April 2011, 05:12:33 PM
Didepannya ada yg bakar jagung, turun dikit ke jl Merdeka ada yg bakar ayam ,  haha...ha.   :)) :)) :))

wah, keknya udah digusur tuh si tukang jagung