Macam macam kamma dlm buddhis?

Started by Aui, 12 March 2011, 07:23:33 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

^^ bakar2 kertas

^^ bertemu buda =))

^^ main gitar =))

^^ foto2 cewe =))


entar ada yang ngomong ngapain ngurusin orang lain =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: williamhalim on 14 March 2011, 05:40:22 PM
iya sih..

tapi mengambil contoh "sesuatu yg salah, dianggap benar atau mengganggap salah sesuatu yg benar" dalam lingkup praktisi Buddhisme, cukup sulit ya?

Apa ya kira-kira?

::


Quote from: ryu on 14 March 2011, 05:45:15 PM
[walaupun menerima dana dari umat yang berbakti, seorang biku masih]

^^ main gitar =))

^^ foto2 cewe =))


entar ada yang ngomong ngapain ngurusin orang lain =))
Top banget deh.

hemayanti

Quote from: Kainyn_Kutho on 14 March 2011, 10:59:45 AM
Bukan cuma no.10, yang lainnya juga aneh. Kebanyakan mengisyaratkan "kalau ga peluk ajaran Buddhis, pasti mati ke neraka." Padahal kalau dibaca di sutta-sutta, orang berbuat baik ga peduli apa perbuatannya juga akan menuai buah kamma baik tersebut.

iya saya setuju dengan om kainyn, sepertinya agak aneh memang..

tentang upacara Qurban, mungkin ada benernya juga.
tapi kalo cari yang di dalam buddhis, apakah ga ada hubungannya dengan pandangan salah yang ada di jalan mulia berunsur 8??
yang mengganggap bahwa dengan menyiksa diri maka akan tercapai kesucian, atau dengan cra memuaskan semua nafsu indria..
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

M14ka

#33
Yg td sy copy adlh pandangan benar dlm 8 jalan utama... Ga tau ad hubungannya ga ama pandangan salah... Kalo ama yg dicopy kk kainyn awal2 sih kebalikannya tp emang sich aga aneh... Kl ks dgg kayanya krg berguna deh soalnya yg mendapat dagingnya dijual murah lg buat jd uang... Mendingan kasi uang aja...

Adhitthana

10.  Tidak melakukan disiplin menyendiri (khusus untuk para Buddha/Arahat)

poin no 10 .... apakah berhubungan dengan ini

Pergilah kalian, demi kebaikan semua, demi kebahagiaan semua, atas dasar belas kasih kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Janganlah pergi berdua dalam satu jalan. Babarkanlah Dhamma ini, yang indah pada awalnya, indah pada tengahnya, dan indah pada akhirnya.

~ Buddha Gotama~ (Marakatha, Mahavagga Pali, Vinaya Pitaka I)

Kalo menyendiri .... mubazir, masa gak kemana-mana!  ;D
tapi anehnya ..... kenapa poin ini dimasukan pada pandangan salah? .... Udah Arahat getooo lhoo?
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

K.K.

Quote from: hemayanti on 14 March 2011, 08:52:31 PM
iya saya setuju dengan om kainyn, sepertinya agak aneh memang..

tentang upacara Qurban, mungkin ada benernya juga.
tapi kalo cari yang di dalam buddhis, apakah ga ada hubungannya dengan pandangan salah yang ada di jalan mulia berunsur 8??
yang mengganggap bahwa dengan menyiksa diri maka akan tercapai kesucian, atau dengan cra memuaskan semua nafsu indria..
Kalau dalam JMB8, pandangan benar (kalau tidak salah) mencakup pelepasan pandangan 'aku/atta', pelepasan pandangan upacara/ritual bisa membawa pada kesucian, dan keraguan pada Tiratana. Jadi pandangan salahnya adalah sebaliknya (ada aku/atta, ritual bisa membebaskan, Tiratana tidak benar).

Kalau di Brahmajala Sutta, dijelaskan pandangan salah yang menyebabkan orang tidak dapat keluar dari samsara; ada 18 pandangan berkenaan masa lampau, dan 44 pandangan berkenaan masa depan. Tapi pandangan salah tersebut TIDAK dikatakan menyebabkan orang selalu terlahir di alam menderita.

Mengenai ritual korban, di jaman Buddha juga banyak ritual, dari sekadar hasil pertanian, binatang, bahkan manusia juga ada. Buddha menganjurkan 'ritual' tapi dengan mengubah esensinya. Misalnya pengorbanan di mana korban diikat bersama-sama (sammapasa), diganti menjadi 'ritual' bagi pemimpin untuk mengikat rakyatnya (agar tidak terpecah & bermusuhan) bersama menggunakan moralitas dan keadilan.


K.K.

Quote from: M14ka on 14 March 2011, 09:10:21 PM
Yg td sy copy adlh pandangan benar dlm 8 jalan utama... Ga tau ad hubungannya ga ama pandangan salah... Kalo ama yg dicopy kk kainyn awal2 sih kebalikannya tp emang sich aga aneh... Kl ks dgg kayanya krg berguna deh soalnya yg mendapat dagingnya dijual murah lg buat jd uang... Mendingan kasi uang aja...
Kalau kita memang beri dana, apa yang akan dilakukan penerima dana terhadap dana itu sudah bukan lagi urusan kita. Jadi walaupun kita beri daging lalu daging itu dijual lagi, tetap dana (pemberian daging) sudah terjadi dan bermanfaat (sebatas dana). Sama juga dulu ada orang memberi dana jubah ke Sariputta, lalu karena sudah ada, diberikan lagi ke bhikkhu lain. Pemberian itu sama sekali tidak sia-sia.

Mungkin yang perlu diperhatikan dalam hal korban, adalah bagian penganiayaannya. Buddha bilang semua makhluk takut sama tongkat (dipukul), takut akan kematian. Menyadari hal tersebut (kita sendiri takut), mengapa kita masih melakukannya pada makhluk lain?

K.K.

Quote from: Adhitthana on 14 March 2011, 10:53:53 PM
10.  Tidak melakukan disiplin menyendiri (khusus untuk para Buddha/Arahat)

poin no 10 .... apakah berhubungan dengan ini
[spoiler][/spoiler]
Pergilah kalian, demi kebaikan semua, demi kebahagiaan semua, atas dasar belas kasih kepada dunia, demi manfaat, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia. Janganlah pergi berdua dalam satu jalan. Babarkanlah Dhamma ini, yang indah pada awalnya, indah pada tengahnya, dan indah pada akhirnya.

~ Buddha Gotama~ (Marakatha, Mahavagga Pali, Vinaya Pitaka I)

Kalo menyendiri .... mubazir, masa gak kemana-mana!  ;D
tapi anehnya ..... kenapa poin ini dimasukan pada pandangan salah? .... Udah Arahat getooo lhoo?

Justru terbalik. Dibilang kalau tidak menyendiri, maka kena niyata-micchaditthi tersebut.
"Harus" mewartakan juga sepertinya tidak. Ada juga para Arahat yang walaupun bijaksana, tapi tidak punya kemahiran mengajar atau berinteraksi dengan masyarakat. Maka mereka ini tidak banyak mewartakan, bahkan sebagian tinggal menyendiri jadi bhikkhu hutan.


---
Saya lebih cocok pada definisi yang satunya lagi di mana jika orang menggenggam pandangan salah tertentu, maka sudah pasti masuk alam sengsara. Hal ini bukan karena memeluk 'agama'-nya, tetapi karena pandangan yang digenggam berpengaruh pada pikirannya. Pikiran tersebut berpengaruh pada ucapan & perbuatannya.

Pandangan salah yang dimaksud adalah paham ahetuka (tanpa sebab), akiriya (tanpa perbuatan), dan ucchedavada (penghancuran). Ahetuka mengajarkan bahwa semua yang terjadi adalah takdir semata, sudah 'terencana' sedetil-detilnya. Akiriya mengajarkan tidak ada akibat dari perbuatan baik ataupun jahat. Ucchedavada mengajarkan bahwa setelah kematian, maka tidak ada apa-apa lagi, semuanya hancur terurai.

Ketiga paham ini punya satu kesamaan: menyatakan tidak ada manfaat dari perbuatan baik dan bahaya dari perbuatan jahat. Pandangan seperti ini akan menyebabkan pola pikir yang mengabaikan kebijaksanaan tentang apa yang bermanfaat dan tidak bermanfaat. Dengan pola pikir demikian, maka sudah bisa dikira-kira apa yang akan dilakukan dan akan 'pergi' ke mana mereka setelah meninggal.


M14ka

#38
Quote from: Kainyn_Kutho on 15 March 2011, 10:03:32 AM
Kalau kita memang beri dana, apa yang akan dilakukan penerima dana terhadap dana itu sudah bukan lagi urusan kita. Jadi walaupun kita beri daging lalu daging itu dijual lagi, tetap dana (pemberian daging) sudah terjadi dan bermanfaat (sebatas dana). Sama juga dulu ada orang memberi dana jubah ke Sariputta, lalu karena sudah ada, diberikan lagi ke bhikkhu lain. Pemberian itu sama sekali tidak sia-sia.

Mungkin yang perlu diperhatikan dalam hal korban, adalah bagian penganiayaannya. Buddha bilang semua makhluk takut sama tongkat (dipukul), takut akan kematian. Menyadari hal tersebut (kita sendiri takut), mengapa kita masih melakukannya pada makhluk lain?
Ia maksudnya jangan beri sesuatu yang mengorbankan makhluk lain gt... kalo Biksu kan ga bole kasi daging jg...kalo pengemis bole sih tp jgn bunuh sendiri kasian sapinya.... (meskipun menurutku lebih bgs kasi uang aja)
Oya, pandangan salah mgkn pandangan sesat yg bertentangan atau membuatnya makin jauh dari ajaran Buddha ya, misalnya berbuat salah akan diampuni jadi orang pikir berbuat dosa gpp nanti tinggal bertobat aja... bnr gak ya?  :P

K.K.

Quote from: M14ka on 15 March 2011, 10:49:06 AM
Ia maksudnya jangan beri sesuatu yang mengorbankan makhluk lain gt...
Betul, pemberian itu juga harus memperhatikan bagaimana cara mendapatkan dana itu.

Quotekalo Biksu kan ga bole kasi daging jg...
Ya, buat bhiksu tidak boleh, kalau bhikkhu boleh saja. Selama memang bukan keberadaan bhikkhu tersebut yang menyebabkan pembantaian hewan.

Quotekalo pengemis bole sih tp jgn bunuh sendiri kasian sapinya.... (meskipun menurutku lebih bgs kasi uang aja)
Oya, pandangan salah mgkn pandangan sesat yg bertentangan atau membuatnya makin jauh dari ajaran Buddha ya, misalnya berbuat salah akan diampuni jadi orang pikir berbuat dosa gpp nanti tinggal bertobat aja... bnr gak ya?  :P
Sepertinya begitu. Pandangan salah membuat orang berpikir telah melakukan hal benar padahal melakukan hal yang salah, maka dilakukan terus.

hemayanti

Jadi ada kemungkinan bahwa pandangan salah yang dimaksudkan dalam Garuka kamma adalah paham ahetuka (tanpa sebab), akiriya (tanpa perbuatan), dan ucchedavada (penghancuran) ??

Quote from: Kainyn_Kutho on 15 March 2011, 10:26:14 AM

Saya lebih cocok pada definisi yang satunya lagi di mana jika orang menggenggam pandangan salah tertentu, maka sudah pasti masuk alam sengsara. Hal ini bukan karena memeluk 'agama'-nya, tetapi karena pandangan yang digenggam berpengaruh pada pikirannya. Pikiran tersebut berpengaruh pada ucapan & perbuatannya.

Pandangan salah yang dimaksud adalah paham ahetuka (tanpa sebab), akiriya (tanpa perbuatan), dan ucchedavada (penghancuran). Ahetuka mengajarkan bahwa semua yang terjadi adalah takdir semata, sudah 'terencana' sedetil-detilnya. Akiriya mengajarkan tidak ada akibat dari perbuatan baik ataupun jahat. Ucchedavada mengajarkan bahwa setelah kematian, maka tidak ada apa-apa lagi, semuanya hancur terurai.

Ketiga paham ini punya satu kesamaan: menyatakan tidak ada manfaat dari perbuatan baik dan bahaya dari perbuatan jahat. Pandangan seperti ini akan menyebabkan pola pikir yang mengabaikan kebijaksanaan tentang apa yang bermanfaat dan tidak bermanfaat. Dengan pola pikir demikian, maka sudah bisa dikira-kira apa yang akan dilakukan dan akan 'pergi' ke mana mereka setelah meninggal.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

K.K.

Quote from: hemayanti on 15 March 2011, 07:33:39 PM
Jadi ada kemungkinan bahwa pandangan salah yang dimaksudkan dalam Garuka kamma adalah paham ahetuka (tanpa sebab), akiriya (tanpa perbuatan), dan ucchedavada (penghancuran) ??
Bukan 'garuka' kamma, tapi niyata-micchaditthi. Kalau garuka kamma tentang melukai Buddha, membunuh Arahat/ayah/ibu, dan pecah belah sangha. Saya tidak tahu pasti juga penjelasannya, kalau menurut saya, pandangan salah ada banyak, tapi semuanya kalau digenggam, belum tentu hasilnya adalah alam menderita. Namun untuk 3 pandangan tersebut, jika digenggam, hasilnya pasti ke alam menderita.

M14ka

^
Niyatamicchaditthi-Kamma kan termasuk akusala garuka kamma kk...

K.K.

#43
Quote from: M14ka on 16 March 2011, 09:48:51 AM
^
Niyatamicchaditthi-Kamma kan termasuk akusala garuka kamma kk...
Iya, saya salah. Yang lima perbuatan itu namanya "Pancanantariya-Kamma" (5 kamma tidak bersela), maksudnya pasti berbuah di kehidupan berikut. Keduanya (pancanantariya & niyata-micchaditthi) termasuk dalam 'garuka kamma'.


williamhalim

^
trims bahasannya, saya baru ngeh juga bahwa Garuka Kamma (perbuatan yg pasti membuahkan hasil di kelahiran berikut) tidak hanya Pancanantariya, seperti selama ini yg diketahui umum, namun juga termasuk niyata-micchaditthi (menganggap perbuatan salah sbg benar dan sebaliknya/pandangan salah).

Yg Pancanantariya, kita sudah sering bahas. Yg niyata-micchaditthi, kenapa bisa sampai dikelompokkan ke Garuka -kamma juga?

Saya merenunginya sbb:

Menganggap suatu perbuatan salah sebagai benar, artinya kita melakukan perbuatan tsb dengan:
- senang hati
- dan juga pasti berulang-ulang.
Tanpa kita sadari perbuatan salah yg kita lakukan dgn senang hati dan berulang-ulang tsb semakin menjerumuskan kondisi batin kita ke kondisi yg semakin rendah.

Terkait ini saya kembali teringat penjelasan Abhidhamma yg dulu pernah sy baca tentang pengkategorian level2 kesadaran dilihat dari sisi motivasinya; mulai dari yg paling parah sd yg paling bermanfaat. Level kesadaran yg terparah (artinya: yg paling akan menjerumuskan batin kita) adalah:

Somanassa-sahagatam, ditthigatasampayuttam
= Kesadaran yg muncul spontan (~ tanpa diajak2/krn kebiasaan juga), disertai perasaan senang dan bersekutu dengan pandangan salah. *)

Saya pernah mengambil contoh perayaan qurban. Pelaku qurban ini menganggap perbuatannya benar (disenangi yg maha-kuasa) sehingga mereka melakukannya dengan riang gembira dan berulang-ulang tiap tahun. Hal yg sama berlaku pada teroris. Teroris senior membunuh korbannya dengan senang hati dan menganggap perbuatannya membawa berkah. Pada teroris yunior yg baru direkrut, mungkin masih ragu2 untuk melakukannya (batinnya masih perlu disertai ajakan), namun jika sering2 melakukannya maka akan menjadi 'spontan'.

Seseorang yg menggenggam pandangan salah akan melakukan hal2 salah tsb berulang-ulang dan sering, beda dengan orang yg mengetahui bahwa membunuh itu salah, namun tetap melakukannya (krn berbagai alasan). Namun, dengan mengetahui membunuh itu salah, ia tidak akan mudah melakukannya berulang-ulang nantinya sehingga tidak semakin memperparah batinnya dibanding jika ia menganggap hal tsb adalah benar.

----

*) sebaliknya, kesadaran bermanfaat yg tertinggi adalah:
Somanassasahagatam nanasampayuttam asankharikam
= Kesadaran yg muncul spontan, disertai perasaan menyenangkan dan bersekutu dengan pengetahuan (pandangan benar).

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)