Macam macam kamma dlm buddhis?

Started by Aui, 12 March 2011, 07:23:33 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hemayanti

saya merasa niyata-micchaditthi ini adalah sesuatu yang sangat halus dan mungkin sulit untuk terdeteksi, kebalikan dari pancanantariya yang dapat dilihat dengan jelas.
ehehhe.. mungkin hanya perasaan saya saja...  :-?
ataukah niyata-micchaditthi memang adalah sesuatu yang halus, namun dapat dilihat wujudnya dalam perbuatan nyata, seperti contoh di bawah ini.

Quote from: williamhalim on 16 March 2011, 10:46:20 AM
Saya pernah mengambil contoh perayaan qurban. Pelaku qurban ini menganggap perbuatannya benar (disenangi yg maha-kuasa) sehingga mereka melakukannya dengan riang gembira dan berulang-ulang tiap tahun. Hal yg sama berlaku pada teroris. Teroris senior membunuh korbannya dengan senang hati dan menganggap perbuatannya membawa berkah. Pada teroris yunior yg baru direkrut, mungkin masih ragu2 untuk melakukannya (batinnya masih perlu disertai ajakan), namun jika sering2 melakukannya maka akan menjadi 'spontan'.

saya mau tanya om, bagaimana kalau kebiasaan upacara qurbannya itu dilakukan dengan niat untuk beramal, misalnya membagi sedikit rejeki kepada mereka yang membutuhkan dengan memberikan daging qurban, dan itu dilakukan rutin dan dengan senang hati.
apakah masih dapat dikelompokkan dalam niyata-micchaditthi?

dari dua contoh diatas, semuanya berkaitan dengan pembunuhan, setelah membaca tulisan itu saya sempat berpikir, kenapa ga dimasukkan saja sebagai pembunuhan yang berulang2, artinya ditambahkan ke kelompok 5perbuatan berat itu, kok malah masuk d niyata-micchaditthi.. hehehe..
walaupun semuanya itu berawal dari pandangan yang keliru..
apakah ada contoh kasus lain om, agar saya dapat lebih memahami...   :)
_/\_ anumodana sebelumnya..
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

williamhalim

Quote from: hemayanti on 16 March 2011, 11:26:36 PM
saya mau tanya om, bagaimana kalau kebiasaan upacara qurbannya itu dilakukan dengan niat untuk beramal, misalnya membagi sedikit rejeki kepada mereka yang membutuhkan dengan memberikan daging qurban, dan itu dilakukan rutin dan dengan senang hati.
apakah masih dapat dikelompokkan dalam niyata-micchaditthi?

Niat ingin beramal dan membunuh sapi adalah 2 motivasi batin yg berbeda. Masing2 akan mengkondisikan vipaka nantinya. Contoh kasus ini pernah dibahas di thread lain, waktu itu mengambil contoh Robin Hood, yg ingin membantu orang miskin dengan jalan merampok orang2 kaya. Dapat dilihat, Robin Hood menerima kedua vipaka dari hasil perbuatannya tsb (disanjung2 dan dibela orang miskin, namun juga 'tidak tenang' krn dikejar2 tentara).

Perusahaan tempat sy bekerja setiap hari Raya Qurban kadang dimintai menyumbang sapi atau kambing, kami memilih untuk memberikan beras dan sembako lainnya saja. Bukankah lebih berguna dan lebih banyak yg bisa dibantu dengan memberikan beras ketimbang daging yg mahal? Bbrp beralasan jika org2 ini tidak pernah mengecap rasa daging dan sesekali perlu diberi makanan enak, sy malah berpikiran sebaliknya, lebih baik untuk tidak meberikan sesuatu yg nikmat kpd org yg tdk sanggup membelinya, krn besok2 mrk akan terbayang2 dan ingin lagi, namun tdk ada duit unt membelinya, bukankah mrk akan tersiksa?

Kembali ke niyata-micchaditthi, seperti biasa, sy selalu melihatnya dari: 'efeknya pada batin kita'. Jadi, berniat untuk beramal akan mengkondisikan batin menjadi lbh positif dan ketika melakukan pembunuhan, akan berimbas batin terpupuk menjadi lbh negatif..

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

M14ka

Berpandangan salah juga termasuk moha/avijja ya?

williamhalim

Quote from: M14ka on 17 March 2011, 10:29:54 AM
Berpandangan salah juga termasuk moha/avijja ya?

moha (kebodohan, delusion, ignorance) selalu melandasi batin yg tidak bermanfaat, termasuk pada batin ditthi (kekeliruan, pandangan salah) ini

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)