News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!

Started by Peacemind, 20 February 2011, 03:23:34 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

siswahardy

Quote from: Kelana on 28 August 2012, 11:54:47 AM
Jadi apakah pengakuan identitas diperlukan? Tergantung bagaimana dan sejauh mana seseorang dapat melihat kemanfaatannya untuk kebaikan di balik pengakuan identitasnya, bukan untuk dirinya semata tetapi untuk manfaat dan kebaikan pihak lain.
:jempol:

ryu

Quote from: Kelana on 28 August 2012, 11:54:47 AM
Pengakuan identitas Buddhis (melalui KTP atau survey atau sejenisnya) dapat digunakan sebagai data, dan data tersebut dapat digunakan oleh otoritas untuk mengetahui, menentukan berbagai hal seperti jumlah dana, bantuan berkaitan dengan umat Buddha, yang tidak mampu, yang terkena musibah. Penentuan pembangunan infrastruktur, sekolah, perpustakaan, dll.

Dengan adanya prasarana yang cukup baik, memadai, maka dapat memberikan, membentuk kondisi-kondisi yang baik untuk menunjang seseorang mengembangkan spiritualnya. Apakah menjamin spiritual seseorang berkembang? Bisa ya, bisa tidak, tergantung bagaimana seseorang memanfaatkan kondisi-kondisi baik tersebut. Hal ini sama dengan penjelasan Sang Buddha mengenai kekayaan yang dapat digunakan untuk membantu mengembangkan kebaikan untuk sesama dan makhluk lain. (Ādiya Sutta, Anguttara Nikaya 5.41).

Jadi apakah pengakuan identitas diperlukan? Tergantung bagaimana dan sejauh mana seseorang dapat melihat kemanfaatannya untuk kebaikan di balik pengakuan identitasnya, bukan untuk dirinya semata tetapi untuk manfaat dan kebaikan pihak lain.

Demikian pendapat saya.

sebenernya ga usah ngaku budha juga pasti ada jalan kok buat bikin data fiktif, dan data tersebut dapat digunakan oleh otoritas untuk mengetahui, menentukan berbagai hal seperti jumlah dana, bantuan berkaitan dengan umat Buddha fiktif agar bisa korupsi ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

siswahardy

ngak usah negative thinking lah, apa lagi cuma flame
kasihan donk orang2 yg berjalan lurus, nanti pada balik arah semua

Kelana

Quote from: ryu on 28 August 2012, 12:45:09 PM
sebenernya ga usah ngaku budha juga pasti ada jalan kok buat bikin data fiktif, dan data tersebut dapat digunakan oleh otoritas untuk mengetahui, menentukan berbagai hal seperti jumlah dana, bantuan berkaitan dengan umat Buddha fiktif agar bisa korupsi ;D

Simpel, Mr. Ryu. Ini berarti menekankan bahwa yang bersangkutan memang bukan Buddhis. Pertama, ia tidak mengaku Buddhis dan kedua, ia menerapkan perbuatan yang bukan berdasarkan dari mempelajari Buddhisme , yaitu menipu, memanipulasi. Dan jelas dampaknya dari korupsi yaitu lebih mengarah pada manfaat pribadi.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

ryu

Quote from: Kelana on 28 August 2012, 01:26:42 PM
Simpel, Mr. Ryu. Ini berarti menekankan bahwa yang bersangkutan memang bukan Buddhis. Pertama, ia tidak mengaku Buddhis dan kedua, ia menerapkan perbuatan yang bukan berdasarkan dari mempelajari Buddhisme , yaitu menipu, memanipulasi. Dan jelas dampaknya dari korupsi yaitu lebih mengarah pada manfaat pribadi.
intinya tanpa ada orang yang berktp budha pun bisa saja jadi banyak orang yang berktp budha dalam pendataan dan survey
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: siswahardy on 28 August 2012, 12:05:43 PM
ngak perlu lah, kan tidak usah ikut tanda-tangan saja sudah cukup
Iya, tadi hanya ilustrasi saja. Saya belum pernah kena survey begitu, mungkin karena sekitar rumah sudah ada cukup vihara.


Quotengak lah saya sih ngak ingin apa2 dlm hal ini, cuma mengemukakan suatu pemikiran
jgn2 orang tsb dipengaruhi sifat individualistik, makanya ngak bingung kalau dia bersikeras ngak perlu rubah ktp
satu lagi yg lebih parah nih, kalau orang tsb gembar-gembor pemikiran individualistik-nya ke sana-sini, bisa bahaya kan anggapan orang tentang Buddhism?

no offense
Entah yah, kalau saya tidak bersikeras dalam status KTP dan (secara pribadi) menganjurkan orang tidak bersikeras juga. Tulislah apa yang dirasa bermanfaat dan tidak merepotkan.

Di satu pihak, kalau kita memang Buddhis, tidak ada kesulitan, dan dengan pengakuan Buddhis kita bisa berpengaruh pada manfaat tertentu (misalnya quota pembangunan vihara/sekolah Buddhis), tapi kita tidak mau, memang itu sikap yang kurang tepat. Tapi di sisi lain, saya pernah melihat bagaimana di satu keluarga kawin campur (beda agama, beda ras), pengakuan di KTP itu begitu hebohnya sampai bisa menyebabkan keributan; mertua ribut dengan menantu, ayah ribut dengan anak, suami dengan istri, hanya gara-gara status. Buat saya, hal tersebut sangat menyedihkan. Dan kalau Buddhisme memang betul demikian mementingkan status seperti itu, maka tidak ada komentar lain dari saya selain "Buddhisme itu menyedihkan".

Karena menilai dari 2 sudut pandang ini -tidak hanya yang enak atau hanya yang tidak enak saja kondisinya- maka saya mengatakan bahwa semua itu kondisional, tidak harus mengubah juga tidak harus tidak mengubah, semua tergantung kondisi lingkungan kita hidup. Namun terlepas dari itu semua, untuk mendapatkan manfaat Ajaran Buddha adalah dengan melatih mengikis noda bathin. Jadi tidak perlu dikhawatirkan dengan status. Itu saja. :)


Kelana

Quote from: ryu on 28 August 2012, 03:46:12 PM
intinya tanpa ada orang yang berktp budha pun bisa saja jadi banyak orang yang berktp budha dalam pendataan dan survey

Iya benar, bisa jadi demikian. Namun, ketika kita tahu tidak ada orang yang berktp budha tapi justru muncul dalam survey, bukankah ini justru menimbulkan kecurigaan atas data survey tersebut sehingga ia tidak valid lagi?
Lagipula toh pendataan dan survey hanyalah tahap awal.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

siswahardy

Quote from: Kainyn_Kutho on 28 August 2012, 04:52:34 PM
Iya, tadi hanya ilustrasi saja. Saya belum pernah kena survey begitu, mungkin karena sekitar rumah sudah ada cukup vihara.

Entah yah, kalau saya tidak bersikeras dalam status KTP dan (secara pribadi) menganjurkan orang tidak bersikeras juga. Tulislah apa yang dirasa bermanfaat dan tidak merepotkan.

Di satu pihak, kalau kita memang Buddhis, tidak ada kesulitan, dan dengan pengakuan Buddhis kita bisa berpengaruh pada manfaat tertentu (misalnya quota pembangunan vihara/sekolah Buddhis), tapi kita tidak mau, memang itu sikap yang kurang tepat. Tapi di sisi lain, saya pernah melihat bagaimana di satu keluarga kawin campur (beda agama, beda ras), pengakuan di KTP itu begitu hebohnya sampai bisa menyebabkan keributan; mertua ribut dengan menantu, ayah ribut dengan anak, suami dengan istri, hanya gara-gara status. Buat saya, hal tersebut sangat menyedihkan. Dan kalau Buddhisme memang betul demikian mementingkan status seperti itu, maka tidak ada komentar lain dari saya selain "Buddhisme itu menyedihkan".

Karena menilai dari 2 sudut pandang ini -tidak hanya yang enak atau hanya yang tidak enak saja kondisinya- maka saya mengatakan bahwa semua itu kondisional, tidak harus mengubah juga tidak harus tidak mengubah, semua tergantung kondisi lingkungan kita hidup. Namun terlepas dari itu semua, untuk mendapatkan manfaat Ajaran Buddha adalah dengan melatih mengikis noda bathin. Jadi tidak perlu dikhawatirkan dengan status. Itu saja. :)
saya rasa sejauh ini saya sependapat dgn apa yg anda sampaikan

Brahmanews


Mokau Kaucu

~Life is suffering, why should we make it more?~

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Mokau Kaucu

~Life is suffering, why should we make it more?~

Brahmanews

jika di masa sang Buddha tidak ada KTP, berarti untuk menjadi buddhis itu gak perlu KTP sama sekali donk?


Indra

pada masa itu belum ada kartu jadi alternatifnya digunakan daun=palāsa,

tanda = nimitta,

penduduk atau warga negara = nāgarika

jadi KTP = Palāsa Nimitta Nāgarika (PNN)

CMIIW

Indra

Quote from: Brahmanews on 29 August 2012, 09:48:42 PM
jika di masa sang Buddha tidak ada KTP, berarti untuk menjadi buddhis itu gak perlu KTP sama sekali donk?



memang tidak, apakah pernah terjadi sebaliknya?