Belajar agama Buddha tanpa harus menjadi umat Buddha!

Started by Peacemind, 20 February 2011, 03:23:34 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: sanjiva on 15 August 2012, 10:18:18 AM
Kalau pertanyaanya: "Kenapa harus rubah KTP kalau sudah ikut agama Buddha, sudah visudhi, sudah kawin secara buddhis, sudah belajar agama Buddha, sudah ini sudah itu ?

Jawabnya:  Kenapa tidak ?

(khusus Ryu, karena tidak visudhi, tidak kawin buddhis, tidak ke vihara, tidak baca keng, tidak ini tidak itu, ya memang jadi pengecualian, tidak perlu emang).   ;D


Kalau kawinnya secara hindu? Khan ktp nya hindu? Apa harus mengganti jadi budha karena telah visudhi dll?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

FZ


sanjiva

#257
Quote from: ryu on 15 August 2012, 10:30:53 AM
Kalau kawinnya secara hindu? Khan ktp nya hindu? Apa harus mengganti jadi budha karena telah visudhi dll?

Untuk si wira, kan gw udah EGP  :D

Nanya nih, Bapak Djamal Bakir tadinya musl1m, kawin secara 15slam, trus jadi buddhis dan jadi bhikkhu malahan.  Nama beliau sekarang bhante Khantidaro. 

Nah kira2 KTPnya masih 15lam atau sudah ganti jadi buddhis?  :whistle:
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Indra

Seorang Samanera yang sudah belasan tahun pake jubah pun di KTPnya tertulis ISLAM, bagaimana dengan kasus ini?

Maaf, Samanera!

sanjiva

Quote from: Indra on 15 August 2012, 10:48:13 AM
Seorang Samanera yang sudah belasan tahun pake jubah pun di KTPnya tertulis ISLAM, bagaimana dengan kasus ini?

Maaf, Samanera!

Samanera selama belasan tahun?  ::)

Nggak naik2 jadi bhikkhu ya?  ;D
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Indra

Quote from: sanjiva on 15 August 2012, 10:51:20 AM
Samanera selama belasan tahun?  ::)

Nggak naik2 jadi bhikkhu ya?  ;D

kenapa disebut "naik", apakah seorang yg lebih suka menjadi samanera disebut "tidak naik"?

ryu

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Wirajhana

#262
Quote from: sanjiva on 15 August 2012, 10:18:18 AM
Kalau pertanyaanya: "Kenapa harus rubah KTP kalau sudah ikut agama Buddha, sudah visudhi, sudah kawin secara buddhis, sudah belajar agama Buddha, sudah ini sudah itu ?

Jawabnya:  Kenapa tidak ?

kenapa tidak?
malassss, gak ada untungnya, merepotkan, dst..

dan dari membaca tanggapan-tanggapanmu ini..malah sekarang alasan gw utk TIDAK MENGUBAH KOLOM AGAMA di KTP bertambah dengan 1 (satu) alasan.

Apa itu?

Tidak berminat menyenangkan dirimu.

kemudian,
gw juga malah menjadi tertarik utk tau apa pikiran orang2 setelah membaca postinganmu, yaitu:

apakah tulisanmu ini akan menggairahkan mereka utk mengubah kolom agama di KTPnya atau tidak?

Utk itu,
setiap gw denger ada yg mo ganti kolom agama di ktp jadi buddhis..gw akan minta mereka meluangkan waktu SEBELUM melaksanakan niatnya mengubah KTP...agar baca alasanmu...

hehehehe...

K.K.

Quote from: sanjiva on 15 August 2012, 09:57:53 AM
Gak usah muter2 sampai ke dana, sila, samadhi.
Oh, kalau belajar Buddhisme bukan dana, sila, samadhi, panna, berarti memang definisi 'Buddhis' kita berbeda. Silahkan anda jalani "Buddhis Administrasi, Birokrasi & Statistik" anda. Saya tidak menanggapi lagi.

sanjiva

Quote from: Indra on 15 August 2012, 10:57:13 AM
kenapa disebut "naik", apakah seorang yg lebih suka menjadi samanera disebut "tidak naik"?

Samanera = 10 sila, bhikkhu = 227 sila

Samanera jadi bhikkhu berarti silanya naik dari 10 jadi 227.

Kenapa lebih suka jadi samanera?  Kenapa lebih suka di SD terus kalau ada SMP, SMA ?
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Indra

Quote from: sanjiva on 15 August 2012, 11:21:48 AM
Samanera = 10 sila, bhikkhu = 227 sila

Samanera jadi bhikkhu berarti silanya naik dari 10 jadi 227.

Kenapa lebih suka jadi samanera?  Kenapa lebih suka di SD terus kalau ada SMP, SMA ?

tapi fakta di lapangan mengatakan, jadi bhikkhu ternyata lebih tidak bermoral daripada samanera? bagaimana menurut anda? Ada Bhikkhu yg mengaku Buddha hidup, ada Bhikkhu bergitar, ada bhikkhu tidak tau vinaya? semua ini belum saya lihat ada pada samanera.

jumlah sila hanya berguna jika dipraktikkan, bhikkhu yg tidak menjalankan vinaya tidak bisa  disebut memiliki 227 sila.

K.K.

#266
Baru saja tadi sekitar pukul 10 pagi, seorang teknisi datang ke kantor, kenalan lama. Dia tanya, 'ga ikutan?' (Kebaktian, maksudnya). Saya bilang, 'nggak'. Dia tanya, 'beda yah? emang aliran apa?' Baru mau jawab 'Buddhis', tapi timbul ingatan-ingatan: 'berhala', 'cung-cung-cep', 'black hole patta', 'klenik & gaib', 'vegextremist', dan juga ingat post tertentu di thread ini yang mengindikasikan lahirnya 'fasisme statistika'. Kontan saya "rendah diri" ngaku Buddhis, jadi saya jawab, 'aliran sesat' sambil guyon. Mungkin berikutnya saya akan menjawab "Zeusism" saja.


ryu

Quote from: Indra on 15 August 2012, 11:25:00 AM
tapi fakta di lapangan mengatakan, jadi bhikkhu ternyata lebih tidak bermoral daripada samanera? bagaimana menurut anda? Ada Bhikkhu yg mengaku Buddha hidup, ada Bhikkhu bergitar, ada bhikkhu tidak tau vinaya? semua ini belum saya lihat ada pada samanera.

jumlah sila hanya berguna jika dipraktikkan, bhikkhu yg tidak menjalankan vinaya tidak bisa  disebut memiliki 227 sila.
oh iya bikhu bergitar ktpnya apa ya? budha?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

sanjiva

#268
Quote from: Indra on 15 August 2012, 11:25:00 AM
tapi fakta di lapangan mengatakan, jadi bhikkhu ternyata lebih tidak bermoral daripada samanera? bagaimana menurut anda? Ada Bhikkhu yg mengaku Buddha hidup, ada Bhikkhu bergitar, ada bhikkhu tidak tau vinaya? semua ini belum saya lihat ada pada samanera.

jumlah sila hanya berguna jika dipraktikkan, bhikkhu yg tidak menjalankan vinaya tidak bisa  disebut memiliki 227 sila.

Kalau berbicara penyimpangan, semua memungkinkan terjadi penyimpangan.

Ada umat cewek bercerita bahwa dia dilecehkan seorang samanera, tangannya ditarik sambil samanera itu menjulurkan pen1snya agar si cewek memegangnya.

Ada bhikkhu yang parajika, menilep dana umat, main cewek dan sebagainya tapi ada pula yang dipercaya mencapai kesucian seperti Acharn Mun, Ajahn Toh, dsb.  Kalau di Indonesia ada bhikkhu yang dianggap 'alim' seperti bhante Pannyavaro misalkan. Lantas dengan demikian apakah tidak perlu jadi bhikkhu?  Masih ada bhikkhu yang bermoral yang menjalankan patimokkha, demikian pula masih ada samanera yang baik yang menjalankan dasasila.

Ilmu kungfu itu apalagi yang tingkat tinggi mampu membunuh manusia hanya dengan sekali pukulan bahkan sentuhan, lantas apakah dengan demikian tidak perlu belajar kungfu?

Pisau bisa membunuh manusia, bisa pula buat membantu proses memasak, apa pisau perlu ditinggalkan?
Latihan dan sila sudah diwariskan Sang Buddha secara sempurna, apa kita malah takut hanya karena ada yang menjalankannya menyimpang?

Istilah sekarang, itukan cuma oknum  :whistle: ;D
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

bangun _pw

Quote from: Kainyn_Kutho on 15 August 2012, 11:39:10 AM
Baru saja tadi sekitar pukul 10 pagi, seorang teknisi datang ke kantor, kenalan lama. Dia tanya, 'ga ikutan?' (Kebaktian, maksudnya). Saya bilang, 'nggak'. Dia tanya, 'beda yah? emang aliran apa?' Baru mau jawab 'Buddhis', tapi timbul ingatan-ingatan: 'berhala', 'cung-cung-cep', 'black hole patta', 'klenik & gaib', 'vegextremist', dan juga ingat post tertentu di thread ini yang mengindikasikan lahirnya 'fasisme statistika'. Kontan saya "rendah diri" ngaku Buddhis, jadi saya jawab, 'aliran sesat' sambil guyon. Mungkin berikutnya saya akan menjawab "Zeusism" saja.



wah3 berat jg ya ....
saya sejak kecil/SD sering diejek penyembah berhala oleh anak2 disekitar saya...
entah mengapa saat itu biasa aja..tidak ada perasaan minder..
tp suatu waktu di SMP saya pernah berkelahi karena emosi yang memuncak,,dan akhirnya dia minta maaf...

menjadi minoritas memang membawa beban mental...bahkan sejak kecil...
karena berbagai faktor yang tidak mendukung..
dirasa orang aneh kalo orang pribumi beragama buddha

toleransi umat beragama kadang hanya selogan...
lg pula teman2 saya kebanyakan non buddhis..dan mereka sangat baik..
tentu dsaat mereka berkunjung di tempat saya, saya akan mengingatkan dia jika jam2 sholat tiba..(jika muslim)
"semoga semua makhluk hidup berbahagia"