Dapatkah kebencian dipadamkan dg kebencian? bagaimana dgn nafsu?

Started by tesla, 20 January 2011, 04:53:13 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

tesla

Dapatkah kebencian dipadamkan dg kebencian? rasanya udah pada tau ya... jawabannya ada di Dhammapada yg terkenal...

bagaimana, kalau:
"Dapatkah nafsu dipadamkan dengan nafsu?"

let's see cuplikan berikut, bukan oleh Buddha ya, (bukan Itivuttaka :P)

[spoiler]
I have heard that on one occasion Ven. Ananda was staying in Kosambi, at Ghosita's Park. Then the Brahman Unnabha went to where Ven. Ananda was staying and on arrival greeted him courteously. After an exchange of friendly greetings & courtesies, he sat to one side. As he was sitting there, he said to Ven. Ananda: "Master Ananda, what is the aim of this holy life lived under Gotama the contemplative?"

"Brahman, the holy life is lived under the Blessed One with the aim of abandoning desire."

"Is there a path, is there a practice, for the abandoning of that desire?"

"Yes, there is a path, there is a practice, for the abandoning of that desire."

"What is the path, the practice, for the abandoning of that desire?"

"Brahman, there is the case where a monk develops the base of power endowed with concentration founded on desire & the fabrications of exertion. He develops the base of power endowed with concentration founded on persistence... concentration founded on intent... concentration founded on discrimination & the fabrications of exertion. This, Brahman, is the path, this is the practice for the abandoning of that desire."

"If that's so, Master Ananda, then it's an endless path, and not one with an end, for it's impossible that one could abandon desire by means of desire."

"In that case, brahman, let me question you on this matter. Answer as you see fit. What do you think: Didn't you first have desire, thinking, 'I'll go to the park,' and then when you reached the park, wasn't that particular desire allayed?"

"Yes, sir."

"Didn't you first have persistence, thinking, 'I'll go to the park,' and then when you reached the park, wasn't that particular persistence allayed?"

"Yes, sir."

"Didn't you first have the intent, thinking, 'I'll go to the park,' and then when you reached the park, wasn't that particular intent allayed?"

"Yes, sir."

"Didn't you first have [an act of] discrimination, thinking, 'I'll go to the park,' and then when you reached the park, wasn't that particular act of discrimination allayed?"

"Yes, sir."

"So it is with an arahant whose mental effluents are ended, who has reached fulfillment, done the task, laid down the burden, attained the true goal, totally destroyed the fetter of becoming, and who is released through right gnosis. Whatever desire he first had for the attainment of arahantship, on attaining arahantship that particular desire is allayed. Whatever persistence he first had for the attainment of arahantship, on attaining arahantship that particular persistence is allayed. Whatever intent he first had for the attainment of arahantship, on attaining arahantship that particular intent is allayed. Whatever discrimination he first had for the attainment of arahantship, on attaining arahantship that particular discrimination is allayed. So what do you think, brahman? Is this an endless path, or one with an end?"

"You're right, Master Ananda. This is a path with an end, and not an endless one. Magnificent, Master Ananda! Magnificent! Just as if he were to place upright what was overturned, to reveal what was hidden, to show the way to one who was lost, or to carry a lamp into the dark so that those with eyes could see forms, in the same way has Master Ananda — through many lines of reasoning — made the Dhamma clear. I go to Master Gotama for refuge, to the Dhamma, and to the Sangha of monks. May Master Ananda remember me as a lay follower who has gone for refuge, from this day forward, for life."

[/spoiler]



jika demikian, bagaimana jika kebencian sudah terlampiaskan? pikirkan  >:D
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

ryu

masuk akalnya, ketika seseorang bernafsu menginginkan sesuatu, berusaha mendapatkannya, ketika sudah berhasil mendapatkan nya maka nafsu itu hilang.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

Quote from: ryu on 20 January 2011, 05:16:52 PM
masuk akalnya, ketika seseorang bernafsu menginginkan sesuatu, berusaha mendapatkannya, ketika sudah berhasil mendapatkan nya maka nafsu itu hilang.

hehe... pikirkan lagi... ingin sepeda dapat sepeda. selesai?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Indra

Quote from: tesla on 20 January 2011, 05:37:36 PM
hehe... pikirkan lagi... ingin sepeda dapat sepeda. selesai?

ingin sepedanya menjadi hilang setelah dapat sepeda, tapi mungkin muncul ingin mobil

tesla

Quote from: Indra on 20 January 2011, 05:42:18 PM
ingin sepedanya menjadi hilang setelah dapat sepeda, tapi mungkin muncul ingin mobil
benar...
dapatkah nafsu dipadamkan dg nafsu?
dapatkah kebencian dipadamkan dg kebencian?
dapatkah kebodohan dipadamkan dg kebodohan pula?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

williamhalim

Dengan penjelasan yg sederhana oleh Ananda diatas, si Brahman sudah mengerti..
Sedangkan kita, mengkaji dan membandingkan dengan apa yg sudah banyak kita pelajari, jadinya lebih rumit dalam memahami sesutu...

Memang pemikiran kita skrg sudah sangat kompleks, tidak disalahkan juga, krn perkembangan ilmu pengetahuan yg membuat pemikiran kita otomatis bersikap kritis dan banyak pengkajian...

Saya menawarkan penjelasan yg dibahas dr konteks pemikiran 'tradisional'...

- kebencian, kemarahan, nafsu seksual, dstnya adalah: faktor batin negatif
- keinginan untuk menjadi baik, keinginan untuk berdana, keinginan untuk menolong adalah: faktor batin positif.

Sampai disini pasti sebgn praktisi banyak yg menentang. Alasannya: tidak ada itu batin negatif dan positif. 'Keinginan' adalah sama, yakni sama-sama 'fuel' / bahan bakar (=untuk terlahir kembali). Hal ini masih kontroversi diantara praktisi meditasi.

Memang, sama2 'keinginan', tapi yg satu adalah 'keinginan' yg didasari tanha, hawa nafsu, emosi, pelampiasan, yg akan meminta ulangan, yg akan menimbulkan penderitaan pada batin dan fisik jika tidak dilampiaskan maupun jika sudah terlampiaskan (muncul keinginan baru).

Sedangkan 'keinginan' yg satu lagi, adalah 'keinginan' yg dimotivasi oleh metta, karuna, mudita dan upekkha (jadi klise ni, teoritis banget). Keinginan begini berdasarkan pertimbangan tenang dan tidak dilekati. Terlaksana oke, tidak terlaksana ya weis, gpp....

Namun...... keinginan yg baik ini juga akan menjadi penderitaan jika 'dilekati'. Contoh, niat ke vihara, tdk terwujud, jadinya uring2an... ini kemelekatan atas perbuatan baik yg menimbulkan penderitaan.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

williamhalim

Quote from: tesla on 20 January 2011, 05:48:45 PM
benar...
dapatkah nafsu dipadamkan dg nafsu?
dapatkah kebencian dipadamkan dg kebencian?
dapatkah kebodohan dipadamkan dg kebodohan pula?

nafsu (tanha) tdk dapat memadamkan nafsu (tanha)
kebencian (dosa) tidak dapat memadamkan kebencian (dosa)
kebodohan (moha) tidak dapat memadamkan kebodohan (moha)

yang terjadi adalah kebalikannya... menjadi semakin subur tanha, dosa dan mohanya...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

ryu

Quote from: tesla on 20 January 2011, 05:37:36 PM
hehe... pikirkan lagi... ingin sepeda dapat sepeda. selesai?
ingin sepeda dapat sepeda, ketika sudah jadi miliknya maka muncul ini miliku, ini barangku, apabila hilang rusak atau pun apapun maka muncul masalah baru.

sekarang dilihat dulu apanya yang mau di uraikan.

sama seperti kata salah seorang pakar, tanpa usaha tanpa bla bla bla maka berhenti apakah selesai?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Kalau menurut saya, tujuannya berbeda di mana keinginan yang satu adalah keinginan yang menuju pada terpuaskannya keinginan, sedangkan yang satunya lagi adalah keinginan yang menuju pada terhentinya keinginan.

Kalau saya dalam perumpamaan mungkin seperti orang yang kecanduan merokok. Yang dimaksud si Brahmana seperti menggantikan rokok dengan ganja, ganja diganti dengan ecstasy, dst, namun adalah untuk kepuasan dari keinginan tersebut. Hal ini tidak akan berakhir karena kondisi berubah, dalam hal ini adalah tubuh. Efek 'menyenangkan' itu akan berakhir sehingga keinginan untuk mencari dan mempertahankan keadaan 'menyenangkan' tersebut akan timbul kembali.

Yang dimaksud dengan Ananda adalah keinginan menghentikan kecanduannya. Dalam mencapai tujuannya, mungkin ia akan menggunakan segala cara untuk menghentikannya dari konsumsi rokok tersebut seperti, katakanlah yang ekstrem, merantai diri sendiri. Tetapi ketika sudah tercapai, maka keinginan dan usaha itu dengan sendirinya berhenti. Kondisi berubahnya zat dalam tubuh tidak lagi menyebabkannya mencari rokok maupun merantai diri sendiri. Ia telah meletakkan bebannya, dan karena itu dikatakan bukan jalan yang tidak memiliki akhir.

[spoiler]Dalam perumpamaan ini kondisi tubuh adalah samsara yang berubah, kecanduan merokok adalah nafsu/kebencian, usaha menghilangkan kecanduan adalah "sang jalan".[/spoiler]


K.K.

Quote from: Indra on 20 January 2011, 05:42:18 PM
ingin sepedanya menjadi hilang setelah dapat sepeda, tapi mungkin muncul ingin mobil
Apakah benar keinginan untuk mendapatkan/mempertahankan sepedanya sudah hilang?
Bagaimana jika sepedanya rusak atau hilang? Apakah tidak ada keinginan lagi?

tesla

Quote from: williamhalim on 20 January 2011, 05:51:27 PM
Saya menawarkan penjelasan yg dibahas dr konteks pemikiran 'tradisional'...

- kebencian, kemarahan, nafsu seksual, dstnya adalah: faktor batin negatif
- keinginan untuk menjadi baik, keinginan untuk berdana, keinginan untuk menolong adalah: faktor batin positif.

Sampai disini pasti sebgn praktisi banyak yg menentang. Alasannya: tidak ada itu batin negatif dan positif. 'Keinginan' adalah sama, yakni sama-sama 'fuel' / bahan bakar (=untuk terlahir kembali). Hal ini masih kontroversi diantara praktisi meditasi.

Memang, sama2 'keinginan', tapi yg satu adalah 'keinginan' yg didasari tanha, hawa nafsu, emosi, pelampiasan, yg akan meminta ulangan, yg akan menimbulkan penderitaan pada batin dan fisik jika tidak dilampiaskan maupun jika sudah terlampiaskan (muncul keinginan baru).

Sedangkan 'keinginan' yg satu lagi, adalah 'keinginan' yg dimotivasi oleh metta, karuna, mudita dan upekkha (jadi klise ni, teoritis banget). Keinginan begini berdasarkan pertimbangan tenang dan tidak dilekati. Terlaksana oke, tidak terlaksana ya weis, gpp....

perbuatan baik berbuah baik, perbuatan jahat berbuah jahat (buruk) pula.
metta, karuna, mudita memang akan memberikan hidup yg lebih baik, namun bukan utk berhenti terlahir, bukan padam ;)

Quote
Namun...... keinginan yg baik ini juga akan menjadi penderitaan jika 'dilekati'. Contoh, niat ke vihara, tdk terwujud, jadinya uring2an... ini kemelekatan atas perbuatan baik yg menimbulkan penderitaan.
sebenarnya baik atau buruk itu dualitas kok... niat pergi ke vihara ya niat pergi ke vihara, niat mencapai nibbana jg ya niat mencapai nibbana... kalau diklasifikasikan baik atau buruk sih sebenarnya udah preferensi (kesukaan masing2). saya suka vihara, jadi saya bilang vihara = baik, coba ganti ke yg lain... mis pasar, mall, tempat dugem, rumah sendiri --- objek adalah netral lho ;)

anyway saya setuju dg sutta ini sampai di bagian awal...bagaimana memadamkan nafsu, ya dg mengabaikan nafsu... ini udah praktis, tidak perlu diuraikan lagi. sama dg dhammapada bagaimana mengakhiri kebencian, ya dengan tidak membenci titik. praktis, simple, hanya sebatas antara kita mau melepas atau tidak mau melepas.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Quote from: ryu on 20 January 2011, 05:58:54 PM
ingin sepeda dapat sepeda, ketika sudah jadi miliknya maka muncul ini miliku, ini barangku, apabila hilang rusak atau pun apapun maka muncul masalah baru.

sekarang dilihat dulu apanya yang mau di uraikan.

sama seperti kata salah seorang pakar, tanpa usaha tanpa bla bla bla maka berhenti apakah selesai?

yg saya tanya cuma, dapatkah nafsu dipadamkan dg nafsu?
itu aja om... ga ada soal aku & milikku, apalagi kata salah seorang pakar... ini kata benar seorang Arahat (YA Ananda) :))

tanpa usaha? tentang apa nih?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

ryu

Quote from: tesla on 20 January 2011, 06:14:33 PM
yg saya tanya cuma, dapatkah nafsu dipadamkan dg nafsu?
itu aja om... ga ada soal aku & milikku, apalagi kata salah seorang pakar... ini kata benar seorang Arahat (YA Ananda) :))

tanpa usaha? tentang apa nih?
nafsunya nafsu apa?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 January 2011, 06:05:56 PM
Kalau menurut saya, tujuannya berbeda di mana keinginan yang satu adalah keinginan yang menuju pada terpuaskannya keinginan, sedangkan yang satunya lagi adalah keinginan yang menuju pada terhentinya keinginan.

tujuannya tidak berbeda kok, jakarta, tokyo, kaya, terkenal, sakti, pintar, dst...

bagaimana dg nibbana? maaf ya newbie sok komen soal ini. sejauh yg saya pahami, yg ingin mencapai nibbana , sebenarnya udah masuk ke konsep nibbana-nya (dapat dimiliki) :) sederhana bagi saya, nibbana hanya tercapai jika saya sudah melepas semua, cuma mau atau tidak aja saya (kita) melepas.

sutta bagian bawah ini sebenarnya ga ada hubungannya, cuma debat filsafat saja... & bagi saya itu sampah dalam kitab. peace.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~