tak kenal maka tak sayang... MBI itu apa sih ?

Started by johan3000, 12 October 2010, 12:17:08 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: upasaka on 15 October 2010, 11:43:41 AM
Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:38:29 AM
Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang" yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain. Sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain. Hal inilah yang menjadi dasar penulisan ini.

Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang : Alam Semesta, Kejadian Bumi dan Manusia, Kehidupan Manusia di Alam Semesta, Kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.

oleh: Corneles Wowor, M.A.

sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=70&cont=ketuhanan1.htm

Bapak Corneles Wowor, M.A. dan Bhikkhu Uttamo mendefinisikasn Nibbana sebagai ketuhanan dalam Agama Buddha. Bhikkhu Pannavaro mendefinisikan hukum kamma sebagai Tuhan (maha pengatur) dalam Agama Buddha. Saya kurang setuju. Bagi yang setuju dengan beliau-beliau, silakan. Bagi yang setuju dengan saya juga silakan. Namun bagi yang setuju dengan ketuhanan ini, marilah kita meninjau ulang atas dasar pertimbangan apa ketuhanan bisa ada di dalam agama yang tak ber-Tuhan?
menimbang quote dari pa cornelis, berarti memang benar apa kata triyana bahwa dalam budisme ada atman ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

No Pain No Gain

#166
bener sekali...
setiap orang punya kemampuan berpikir yang berbeda2, jalan pikir yang berbeda2..kenapa harus dipaksakan sejalan? dan saya sendiri menamakan pernyataan berikut:

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

sebagai ketuhanan

QuoteBukan umat Buddha saja. Umat samsara memang majemuk.
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

adi lim

#167
Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:45:11 AM
ok..saya tidak dengan panjang lebar lagi diskusi di thread ini..hehehe..saya sudah memberikan artikel yang ditulis oleh Bpk. Wowor di atas..semoga bisa membantu..

maaf, tidak banyak membantu,
karena sudah lama


_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Mokau Kaucu

Quote from: Indra on 15 October 2010, 11:36:39 AM
Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:13:55 AM
Quote from: No Pain No Gain on 14 October 2010, 11:34:47 PM
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:28:26 PM
Ketuhanan => kata dasarnya adalah Tuhan. Tuhan adalah kata yang lahir karena pergeseran kata "tuan". Tuan artinya adalah sosok yang dituankan, sosok yang diletakkan sebagai pemilik atau penguasa suatu kepemilikan.

Dengan demikian, ketuhanan berarti hal-hal yang berkenaan dengan sifat Tuhan. Pertanyaannya, jika dalam Agama Buddha tidak ada Tuhan; bagaimana mungkin ada konsep ketuhanan?

---------------

Dalam Buddhayana, adi buddha = sifat-sifat Tuhan. Tapi Sang Hyang Adi Buddha adalah sosok Tuhan itu sendiri. Jadi "umat Buddhayana" jelas memegang konsep theisme.


konsep ketuhanan dibuat untuk menyinkronisasi dengan paham pancasila indonesia..anda bisa blg begitu krn akses2 untuk buddhism skrg ini terbuka lebar..coba bygkan situasi pd jaman pemerintahan orba dl..nah, untuk meyelraskan dgn paham pancasila, kmudian dibuat istilah ketuhanan yg berlndaskan buddha dhamma..

Betul , saya ingat, pada waktu itu kriteria suatu ajaran untuk mendapat predikat "agama" adalah : 1. Ber Tuhan yang Maha Esa.  2. Ada Nabi/Rasul/Pengajar pertama dari ajaran tersebut. 3. Ada Kitab Suci.  4. Ada keyakinan kehidupan setelah mati.

masih ada beberapa yg lain yg saya lupa.

Sedangkan untuk menjadi anggota  kelompok aliran Kepercayaan pun, harrus berTuhan, karena judul kelompok nya adalah Aliran Kepercayaan yang berkeTuhanan Maha Esa.

Selain itu, sedang gencar gencarnya penumpasan terhadap ideologi komunisme yang dianggap Atheis.
Konsekwensi jika tidak mendapat predikat "agama" dan tidak masuk ke Aliran Kepercayaan adalah , Ajaran agama Buddha, sesat dan  harus dilarang, dan jika mengotot Tidak BerTuhan/Atheis, maka berarti sama dengan komunis, tidak hanya dilarang tetapi harus di tumpas.
Jika anda pada waktu itu sebagai pemimpin kelompok umat yang menyebut dirinya ber agama Buddha, kira kira apa yang akan anda lakukan? Ngotot? Dengan resiko umat anda ditangkap dan dikelompokkan sebagai Tapol.

Sekarang kita dengan enak bisa mengkritisi kebijakan Bhante Ashin Jinarakkhita, tanpa ada resiko ditangkap, kalau jaman doeloe, ada seseorang yg memfitnah anda bahwa anda berpaham komunis, anda bisa ditahan bertahun tahun tanpa pengadilan.

Biarkanlah apa yang sudah menjadi sejarah.


tentu itu adalah kebijakan yg sangat tepat oleh YM. Bhante Ashin, tapi yg ingin saya pertanyakan (tanpa mengurangi rasa hormat) adalah bahwa Adi Buddha yg didefisinikan sebagai Ketuhanan itu ternyata mendeskripsikan Nibbana, jadi kenapa tidak menggunakan kalimat "Ketuhanan dalam Agama Buddha adalah Nibbana", kenapa pulak merekayasa tokoh Mr. Adi ini dijadiin tuhan? padahal Nibbana/Nirvana diakui oleh semua aliran dalam Buddhayana, sementara si adi tidak

Mengapa yang dipilih adalah nama AdiBuddha bukan Batara Indra, saya tidak tahu. Tapi surat edaran dari Departemen Agama yang isinya antara lain 5 kriteria tsb, saya pernah membacanya, termasuk pertanyaan sbb : apa sebutan Tuhan Yang Maha Esa dalam agama anda, dan ada di kitab mana ayat berapa.

Mungkin mereka yang bertempat tinggal di luar P. Jawa (atau yg belum lahir pd saat itu) tidak merasakan betapa hebatnya kebencian terhadap yg dianggap komunis dan terhadap etnis Cina, termasuk segala yg berbau Cina di P. Jawa.

Tanpa "upaya kausalya" (hehehe) seperti itu barangkali kelenteng kelenteng sekarang sudah jadi mall. Dan kita semua sekarang sdh ikut tetangga sebelah jadi K*****.

Di universitas tempat saya kuliah, dalam satu angkatan yang berjumlah 1200 orang, yg terang terangan berani mengaku beragama Buddha hanya 5(lima) orang.  Dan itupun yg 5 ini sering dianggap aneh, termasuk disebut pengikut aliran sesat.  :'(  :'(  :'(





~Life is suffering, why should we make it more?~

Nevada

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:54:11 AM
bener sekali...
setiap orang punya kemampuan berpikir yang berbeda2, jalan pikir yang berbeda2..kenapa harus dipaksakan sejalan? dan saya sendiri menamakan pernyataan berikut:

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

sebagai ketuhanan

Kalau saya menamakan pernyataan di atas sebagai ke-Nibbana-an.

Nevada

Quote from: ryu on 15 October 2010, 11:52:06 AM
menimbang quote dari pa cornelis, berarti memang benar apa kata triyana bahwa dalam budisme ada atman ;D

Tidak kok. Bapak Corneles Wowor meski menyatakan Agama Buddha memiliki ketuhanan, namun ketuhanan ini adalah tanpa aku (anatta).

No Pain No Gain

#171
Quote from: upasaka on 15 October 2010, 11:57:07 AM
Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:54:11 AM
bener sekali...
setiap orang punya kemampuan berpikir yang berbeda2, jalan pikir yang berbeda2..kenapa harus dipaksakan sejalan? dan saya sendiri menamakan pernyataan berikut:

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

sebagai ketuhanan

Kalau saya menamakan pernyataan di atas sebagai ke-Nibbana-an.

boleh saja...yang penting pemahaman anda terhadap buddha dhamma tidak melenceng..

what's a name? yang penting kan isinya

seperti halnya buku..sampul buku boleh beda, tapi isinya tetap sama...
contoh: membuka pintu hati dengan si cacing dengan kotorannya..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

adi lim

Quote from: upasaka on 15 October 2010, 11:57:07 AM
Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:54:11 AM
bener sekali...
setiap orang punya kemampuan berpikir yang berbeda2, jalan pikir yang berbeda2..kenapa harus dipaksakan sejalan? dan saya sendiri menamakan pernyataan berikut:

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

sebagai ketuhanan

Kalau saya menamakan pernyataan di atas sebagai ke-Nibbana-an.

setuju, tidak ada kata 'tuhan'
sampai kehidupan berikutnya tetaplah ke Nibbana an :))

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Nevada

Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:56:05 AM
Mengapa yang dipilih adalah nama AdiBuddha bukan Batara Indra, saya tidak tahu. Tapi surat edaran dari Departemen Agama yang isinya antara lain 5 kriteria tsb, saya pernah membacanya, termasuk pertanyaan sbb : apa sebutan Tuhan Yang Maha Esa dalam agama anda, dan ada di kitab mana ayat berapa.

Mungkin mereka yang bertempat tinggal di luar P. Jawa (atau yg belum lahir pd saat itu) tidak merasakan betapa hebatnya kebencian terhadap yg dianggap komunis dan terhadap etnis Cina, termasuk segala yg berbau Cina di P. Jawa.

Tanpa "upaya kausalya" (hehehe) seperti itu barangkali kelenteng kelenteng sekarang sudah jadi mall. Dan kita semua sekarang sdh ikut tetangga sebelah jadi K*****.

Di universitas tempat saya kuliah, dalam satu angkatan yang berjumlah 1200 orang, yg terang terangan berani mengaku beragama Buddha hanya 5(lima) orang.  Dan itupun yg 5 ini sering dianggap aneh, termasuk disebut pengikut aliran sesat.  :'(  :'(  :'(

Nah, justru yang ditanyakan Bro Indra adalah alasan penamaan "Adi Buddha" itu. Mungkin istilah Adi Buddha atau Dharmakaya ada di kitab suci Mahayana dan Tantrayana, namun jelas tidak ada di kitab suci Theravada. Bukankah jika ingin mencari istilah ketuhanan, lebih baik menggunakan istilah Nibbana / Nirvana (sebab terdapat di kitab suci T-M-T)? Pasti ada "alasan" tersendiri mengapa konsep ketuhanan ini lebih dominan mengarah ke istilah "Adi Buddha" (Dharmakaya). :D

Mokau Kaucu

Quote from: upasaka on 15 October 2010, 11:57:07 AM
Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:54:11 AM
bener sekali...
setiap orang punya kemampuan berpikir yang berbeda2, jalan pikir yang berbeda2..kenapa harus dipaksakan sejalan? dan saya sendiri menamakan pernyataan berikut:

Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

sebagai ketuhanan

Kalau saya menamakan pernyataan di atas sebagai ke-Nibbana-an.

Bro Upasaka, anda sudah bisa bikin sekte baru Nibbanayana  haha...ha.
Peace bro, just kidding.
Ngomongin konsep Imaginer begini susah dah.
Tapi kita kan harus toleran pada mereka yang masih bersahabat dengan tokoh Imaginer.
~Life is suffering, why should we make it more?~

adi lim

Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:56:05 AM
Quote from: Indra on 15 October 2010, 11:36:39 AM
Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:13:55 AM
Quote from: No Pain No Gain on 14 October 2010, 11:34:47 PM
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:28:26 PM
Ketuhanan => kata dasarnya adalah Tuhan. Tuhan adalah kata yang lahir karena pergeseran kata "tuan". Tuan artinya adalah sosok yang dituankan, sosok yang diletakkan sebagai pemilik atau penguasa suatu kepemilikan.

Dengan demikian, ketuhanan berarti hal-hal yang berkenaan dengan sifat Tuhan. Pertanyaannya, jika dalam Agama Buddha tidak ada Tuhan; bagaimana mungkin ada konsep ketuhanan?

---------------

Dalam Buddhayana, adi buddha = sifat-sifat Tuhan. Tapi Sang Hyang Adi Buddha adalah sosok Tuhan itu sendiri. Jadi "umat Buddhayana" jelas memegang konsep theisme.


konsep ketuhanan dibuat untuk menyinkronisasi dengan paham pancasila indonesia..anda bisa blg begitu krn akses2 untuk buddhism skrg ini terbuka lebar..coba bygkan situasi pd jaman pemerintahan orba dl..nah, untuk meyelraskan dgn paham pancasila, kmudian dibuat istilah ketuhanan yg berlndaskan buddha dhamma..

Betul , saya ingat, pada waktu itu kriteria suatu ajaran untuk mendapat predikat "agama" adalah : 1. Ber Tuhan yang Maha Esa.  2. Ada Nabi/Rasul/Pengajar pertama dari ajaran tersebut. 3. Ada Kitab Suci.  4. Ada keyakinan kehidupan setelah mati.

masih ada beberapa yg lain yg saya lupa.

Sedangkan untuk menjadi anggota  kelompok aliran Kepercayaan pun, harrus berTuhan, karena judul kelompok nya adalah Aliran Kepercayaan yang berkeTuhanan Maha Esa.

Selain itu, sedang gencar gencarnya penumpasan terhadap ideologi komunisme yang dianggap Atheis.
Konsekwensi jika tidak mendapat predikat "agama" dan tidak masuk ke Aliran Kepercayaan adalah , Ajaran agama Buddha, sesat dan  harus dilarang, dan jika mengotot Tidak BerTuhan/Atheis, maka berarti sama dengan komunis, tidak hanya dilarang tetapi harus di tumpas.
Jika anda pada waktu itu sebagai pemimpin kelompok umat yang menyebut dirinya ber agama Buddha, kira kira apa yang akan anda lakukan? Ngotot? Dengan resiko umat anda ditangkap dan dikelompokkan sebagai Tapol.

Sekarang kita dengan enak bisa mengkritisi kebijakan Bhante Ashin Jinarakkhita, tanpa ada resiko ditangkap, kalau jaman doeloe, ada seseorang yg memfitnah anda bahwa anda berpaham komunis, anda bisa ditahan bertahun tahun tanpa pengadilan.

Biarkanlah apa yang sudah menjadi sejarah.


tentu itu adalah kebijakan yg sangat tepat oleh YM. Bhante Ashin, tapi yg ingin saya pertanyakan (tanpa mengurangi rasa hormat) adalah bahwa Adi Buddha yg didefisinikan sebagai Ketuhanan itu ternyata mendeskripsikan Nibbana, jadi kenapa tidak menggunakan kalimat "Ketuhanan dalam Agama Buddha adalah Nibbana", kenapa pulak merekayasa tokoh Mr. Adi ini dijadiin tuhan? padahal Nibbana/Nirvana diakui oleh semua aliran dalam Buddhayana, sementara si adi tidak

Mengapa yang dipilih adalah nama AdiBuddha bukan Batara Indra, saya tidak tahu. Tapi surat edaran dari Departemen Agama yang isinya antara lain 5 kriteria tsb, saya pernah membacanya, termasuk pertanyaan sbb : apa sebutan Tuhan Yang Maha Esa dalam agama anda, dan ada di kitab mana ayat berapa.

Mungkin mereka yang bertempat tinggal di luar P. Jawa (atau yg belum lahir pd saat itu) tidak merasakan betapa hebatnya kebencian terhadap yg dianggap komunis dan terhadap etnis Cina, termasuk segala yg berbau Cina di P. Jawa.

Tanpa "upaya kausalya" (hehehe) seperti itu barangkali kelenteng kelenteng sekarang sudah jadi mall. Dan kita semua sekarang sdh ikut tetangga sebelah jadi K*****.

Di universitas tempat saya kuliah, dalam satu angkatan yang berjumlah 1200 orang, yg terang terangan berani mengaku beragama Buddha hanya 5(lima) orang.  Dan itupun yg 5 ini sering dianggap aneh, termasuk disebut pengikut aliran sesat.  :'(  :'(  :'(


emank waktu jaman itu semua yang etnis china tidak bertuhan atau bertuhan ?

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Nevada

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:59:06 AM
boleh saja...yang penting pemahaman anda terhadap buddha dhamma tidak melenceng..

what's a name? yang penting kan isinya

Selama tidak melekat pada kata-kata, silakan saja. Tapi menurut saya itu sangat subjektif. Publik tetap akan melihat bahwa Agama Buddha adalah agama yang berketuhanan, meskipun bisa saja umat Buddha yang bersangkutan tidak mengakui pada sosok pencipta. Harap diketahui, saya mempertanyakan konsep ini bukan untuk merendahkan pihak manapun. Namun karena saya ingin mengetahui sejauh mana konsistensi dari orang yang memegang konsep ini.

ryu

Quote from: upasaka on 15 October 2010, 11:58:35 AM
Quote from: ryu on 15 October 2010, 11:52:06 AM
menimbang quote dari pa cornelis, berarti memang benar apa kata triyana bahwa dalam budisme ada atman ;D

Tidak kok. Bapak Corneles Wowor meski menyatakan Agama Buddha memiliki ketuhanan, namun ketuhanan ini adalah tanpa aku (anatta).
Quote from: upasaka on 15 October 2010, 11:58:35 AM
Quote from: ryu on 15 October 2010, 11:52:06 AM
menimbang quote dari pa cornelis, berarti memang benar apa kata triyana bahwa dalam budisme ada atman ;D

Tidak kok. Bapak Corneles Wowor meski menyatakan Agama Buddha memiliki ketuhanan, namun ketuhanan ini adalah tanpa aku (anatta).

Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak = ketuhanan = anatman

Suatu Yang Dilahirkan, Dijelmakan, Diciptakan dan Yang tidak Mutlak = bukan ketuhanan = atman

;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Nevada

Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 12:02:22 PM
Bro Upasaka, anda sudah bisa bikin sekte baru Nibbanayana  haha...ha.
Peace bro, just kidding.
Ngomongin konsep Imaginer begini susah dah.
Tapi kita kan harus toleran pada mereka yang masih bersahabat dengan tokoh Imaginer.

;D Saya tidak tertarik untuk menjadi pendiri sekte. Memang susah. Saya hanya mengajak orang-orang yang mampu melihat dari sisi lain, untuk memahami bahwa konsep ini perlu ditinggalkan. Bukan tetap dipelihara atau "dipijahkan".

Mokau Kaucu

Quote from: adi lim on 15 October 2010, 12:02:38 PM
Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:56:05 AM
Quote from: Indra on 15 October 2010, 11:36:39 AM
Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:13:55 AM
Quote from: No Pain No Gain on 14 October 2010, 11:34:47 PM
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:28:26 PM
Ketuhanan => kata dasarnya adalah Tuhan. Tuhan adalah kata yang lahir karena pergeseran kata "tuan". Tuan artinya adalah sosok yang dituankan, sosok yang diletakkan sebagai pemilik atau penguasa suatu kepemilikan.

Dengan demikian, ketuhanan berarti hal-hal yang berkenaan dengan sifat Tuhan. Pertanyaannya, jika dalam Agama Buddha tidak ada Tuhan; bagaimana mungkin ada konsep ketuhanan?

---------------

Dalam Buddhayana, adi buddha = sifat-sifat Tuhan. Tapi Sang Hyang Adi Buddha adalah sosok Tuhan itu sendiri. Jadi "umat Buddhayana" jelas memegang konsep theisme.


konsep ketuhanan dibuat untuk menyinkronisasi dengan paham pancasila indonesia..anda bisa blg begitu krn akses2 untuk buddhism skrg ini terbuka lebar..coba bygkan situasi pd jaman pemerintahan orba dl..nah, untuk meyelraskan dgn paham pancasila, kmudian dibuat istilah ketuhanan yg berlndaskan buddha dhamma..

Betul , saya ingat, pada waktu itu kriteria suatu ajaran untuk mendapat predikat "agama" adalah : 1. Ber Tuhan yang Maha Esa.  2. Ada Nabi/Rasul/Pengajar pertama dari ajaran tersebut. 3. Ada Kitab Suci.  4. Ada keyakinan kehidupan setelah mati.

masih ada beberapa yg lain yg saya lupa.

Sedangkan untuk menjadi anggota  kelompok aliran Kepercayaan pun, harrus berTuhan, karena judul kelompok nya adalah Aliran Kepercayaan yang berkeTuhanan Maha Esa.

Selain itu, sedang gencar gencarnya penumpasan terhadap ideologi komunisme yang dianggap Atheis.
Konsekwensi jika tidak mendapat predikat "agama" dan tidak masuk ke Aliran Kepercayaan adalah , Ajaran agama Buddha, sesat dan  harus dilarang, dan jika mengotot Tidak BerTuhan/Atheis, maka berarti sama dengan komunis, tidak hanya dilarang tetapi harus di tumpas.
Jika anda pada waktu itu sebagai pemimpin kelompok umat yang menyebut dirinya ber agama Buddha, kira kira apa yang akan anda lakukan? Ngotot? Dengan resiko umat anda ditangkap dan dikelompokkan sebagai Tapol.

Sekarang kita dengan enak bisa mengkritisi kebijakan Bhante Ashin Jinarakkhita, tanpa ada resiko ditangkap, kalau jaman doeloe, ada seseorang yg memfitnah anda bahwa anda berpaham komunis, anda bisa ditahan bertahun tahun tanpa pengadilan.

Biarkanlah apa yang sudah menjadi sejarah.


tentu itu adalah kebijakan yg sangat tepat oleh YM. Bhante Ashin, tapi yg ingin saya pertanyakan (tanpa mengurangi rasa hormat) adalah bahwa Adi Buddha yg didefisinikan sebagai Ketuhanan itu ternyata mendeskripsikan Nibbana, jadi kenapa tidak menggunakan kalimat "Ketuhanan dalam Agama Buddha adalah Nibbana", kenapa pulak merekayasa tokoh Mr. Adi ini dijadiin tuhan? padahal Nibbana/Nirvana diakui oleh semua aliran dalam Buddhayana, sementara si adi tidak

Mengapa yang dipilih adalah nama AdiBuddha bukan Batara Indra, saya tidak tahu. Tapi surat edaran dari Departemen Agama yang isinya antara lain 5 kriteria tsb, saya pernah membacanya, termasuk pertanyaan sbb : apa sebutan Tuhan Yang Maha Esa dalam agama anda, dan ada di kitab mana ayat berapa.

Mungkin mereka yang bertempat tinggal di luar P. Jawa (atau yg belum lahir pd saat itu) tidak merasakan betapa hebatnya kebencian terhadap yg dianggap komunis dan terhadap etnis Cina, termasuk segala yg berbau Cina di P. Jawa.

Tanpa "upaya kausalya" (hehehe) seperti itu barangkali kelenteng kelenteng sekarang sudah jadi mall. Dan kita semua sekarang sdh ikut tetangga sebelah jadi K*****.

Di universitas tempat saya kuliah, dalam satu angkatan yang berjumlah 1200 orang, yg terang terangan berani mengaku beragama Buddha hanya 5(lima) orang.  Dan itupun yg 5 ini sering dianggap aneh, termasuk disebut pengikut aliran sesat.  :'(  :'(  :'(


emank waktu jaman itu semua yang etnis china tidak bertuhan atau bertuhan ?

_/\_
tidak tahu, tetapi yang mayoritas beranggap etnis china yang tinggal di republik ini, sama dengan yang di republik rakyat china, yang berpaham komunis dan atheis.

Karena itu banyak yang demi keamanan hayat dikandung badan, para putra putrinya, serta hartabenda daripada di jarah,  rame rame hijrah ke tetangga menjadi K*****.

Sedih ya? tapi itulah yg pernah terjadi.
~Life is suffering, why should we make it more?~