tak kenal maka tak sayang... MBI itu apa sih ?

Started by johan3000, 12 October 2010, 12:17:08 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Nevada

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 09:36:14 AM
saya tdk mau berdebat dengan anda..di sini saya hanya memaparkan apa yang saya tau...keliahatannya anda sudah berpikiran negatif sejak awal..sulit untuk menjelaskan sesuatu kepada org yang sdh berstereotype negatif ..kenapa? karena segala jenis pertanyaan yang dilontarkan akan bersifat menyindir dan merendahkan, bukan karena rasa ingin tau..trims

Saya juga bukan ingin berdebat dengan Anda. Anda mungkin yang terlalu berpikir negatif. Semua teman-teman yang mengenal saya tidak pernah mengatakan kalau kata-kata saya ini menyindir dan merendahkan. Apa yang Anda persepsikan sebagai menyindir dan merendahkan, yah itu berkenaan dengan jalan pemikiran Anda.

Padahal menurut saya, saya sudah berdiskusi dengan baik kepada Anda. Kalau Anda suka mengambil kesimpulan secara tautologis, maka silakan. Saya sangat menghargai kebebasan setiap orang. Saya juga sebenarnya agak sungkan untuk melanjutkan diskusi ini. Takutnya dianggap sok pintar dan tukang menyindir.

You are welcome.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 09:36:14 AM
saya tdk mau berdebat dengan anda..di sini saya hanya memaparkan apa yang saya tau...keliahatannya anda sudah berpikiran negatif sejak awal..sulit untuk menjelaskan sesuatu kepada org yang sdh berstereotype negatif ..kenapa? karena segala jenis pertanyaan yang dilontarkan akan bersifat menyindir dan merendahkan, bukan karena rasa ingin tau..trims

wah, stereotip banget om. kalau yang banyak bertanya pasti bersifat menyindir dan merendahkan.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

K.K.

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 09:36:14 AM
saya tdk mau berdebat dengan anda..di sini saya hanya memaparkan apa yang saya tau...keliahatannya anda sudah berpikiran negatif sejak awal..sulit untuk menjelaskan sesuatu kepada org yang sdh berstereotype negatif ..kenapa? karena segala jenis pertanyaan yang dilontarkan akan bersifat menyindir dan merendahkan, bukan karena rasa ingin tau..trims
Jika pertanyaan tidak dijawab dengan baik, memang rentan akan sindiran dan direndahkan. Harusnya pertanyaan diusahakan untuk dijawab dengan baik, bukan melarang orang lain mengkritik.

---

Definisi "Ketuhanan" sampai sekarang pun tidak ada detail yang pasti. Secara umum memang mengacu ke sosok yang berkuasa, tapi dalam perkembangan definisnya, ada juga hal-hal yang non-personal/abstrak yang dianggap sebagai suatu bentuk "Ketuhanan". Oleh sebab itu, nibbana, yang adalah tujuan Umat Buddha bisa dianggap sebagai salah satu "Ketuhanan." Istilah 'Adi Buddha' mungkin dulu tujuannya untuk lebih memudahkan orang yang sudah terbiasa dengan konsep Tuhan personal untuk mengira-ngira Ketuhanan dalam Agama Buddha tersebut. Saya pikir ini tidak masalah, walaupun sekarang ini sudah cenderung tidak dibutuhkan lagi.


No Pain No Gain

Quote from: Kainyn_Kutho on 15 October 2010, 10:40:15 AM
Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 09:36:14 AM
saya tdk mau berdebat dengan anda..di sini saya hanya memaparkan apa yang saya tau...keliahatannya anda sudah berpikiran negatif sejak awal..sulit untuk menjelaskan sesuatu kepada org yang sdh berstereotype negatif ..kenapa? karena segala jenis pertanyaan yang dilontarkan akan bersifat menyindir dan merendahkan, bukan karena rasa ingin tau..trims
Jika pertanyaan tidak dijawab dengan baik, memang rentan akan sindiran dan direndahkan. Harusnya pertanyaan diusahakan untuk dijawab dengan baik, bukan melarang orang lain mengkritik.

---

Definisi "Ketuhanan" sampai sekarang pun tidak ada detail yang pasti. Secara umum memang mengacu ke sosok yang berkuasa, tapi dalam perkembangan definisnya, ada juga hal-hal yang non-personal/abstrak yang dianggap sebagai suatu bentuk "Ketuhanan". Oleh sebab itu, nibbana, yang adalah tujuan Umat Buddha bisa dianggap sebagai salah satu "Ketuhanan." Istilah 'Adi Buddha' mungkin dulu tujuannya untuk lebih memudahkan orang yang sudah terbiasa dengan konsep Tuhan personal untuk mengira-ngira Ketuhanan dalam Agama Buddha tersebut. Saya pikir ini tidak masalah, walaupun sekarang ini sudah cenderung tidak dibutuhkan lagi.



saya berusaha menjawab pertanyaan dengan baik..

QuoteKalau begitu, bisakah Buddhayana mengusung konsep keibuan (ani buddha) dalam Agama Buddha?

apakah ini pertanyaan yang disebut sebagai kritik?

ini seperti halnya anda bertanya: " eh, kalo begitu bapakmu bisa jadi cewek atau  waria?"
dimana jelas2 uda tau jawabannya..dan apakah pantas pertanyaan tersebut didiskusikan?

jenis pertanyaan tersebut tergolong pertanyaan yang tidak lazim..coba anda pikir deh..

bukan masalah banyak yang nanya..tapi kualitas pertanyaan  yang patut didiskusikan juga merupakan kunci keberhasilan diskusi..saya jg tidak menyimpulkan secara tautologis, anda bisa nilai sendiri pertanyaan apa yang muncul..
nah, ntar muncul pertanyaan bagaimana batasan2i kualitas yang anda maksud? --> saya yakin anda sendiri juga tau  karena anda orang yang berpendidikan..

"apakah maitreya juga dibawah naungan?" ---> jelas2 anda tau sendiri jawabannya, tetapi masih ditanyakan..

trims..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

K.K.

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 10:54:12 AM
QuoteKalau begitu, bisakah Buddhayana mengusung konsep keibuan (ani buddha) dalam Agama Buddha?

apakah ini pertanyaan yang disebut sebagai kritik?

ini seperti halnya anda bertanya: " eh, kalo begitu bapakmu bisa jadi cewek atau  waria?"
dimana jelas2 uda tau jawabannya..dan apakah pantas pertanyaan tersebut didiskusikan?

jenis pertanyaan tersebut tergolong pertanyaan yang tidak lazim..coba anda pikir deh..

bukan masalah banyak yang nanya..tapi kualitas pertanyaan  yang patut didiskusikan juga merupakan kunci keberhasilan diskusi..saya jg tidak menyimpulkan secara tautologis, anda bisa nilai sendiri pertanyaan apa yang muncul..
nah, ntar muncul pertanyaan bagaimana batasan2i kualitas yang anda maksud? --> saya yakin anda sendiri juga tau  karena anda orang yang berpendidikan..


Anda tidak menyimak. Sebelumnya Bro upasaka telah memberikan perbandingan antara Tuhan -> Ketuhanan serta Ibu -> Keibuan. Jika Buddhayana tidak percaya Tuhan namun memegang konsep Ketuhanan, mengapa tidak bisa Buddhayana memegang konsep Keibuan saja yang jelas-jelas sifatnya sudah ada?

Memang dalam berdiskusi, kadang terjadi sikap mempertahankan argumen dan menyerang argumen orang lain. Tapi memang itulah konsekwensinya dalam berdebat. Kecuali jika debatnya ke arah pribadi, misalnya: "Anda ini miskin, tentu tidak tahu apa-apa tentang Buddha-dharma," maka itu memang tidak ada gunanya dilayani.

Betul, kualitas pertanyaan adalah salah satu kunci keberhasilan diskusi, namun harus diimbangi dengan kemampuan memahami kualitas pertanyaan itu sendiri.


Quote"apakah maitreya juga dibawah naungan?" ---> jelas2 anda tau sendiri jawabannya, tetapi masih ditanyakan..

trims..
Ini jujur saya tidak tahu. Boleh dijawab apakah Aliran Maitreya (IKT & MLDD) dan juga TBSN berada di bawah naungan Buddhayana juga?

Nevada

[at] NPNG

Saya mau klarifikasi sebentar. Saya bertanya: "Kalau begitu, bisakah Buddhayana mengusung konsep keibuan (ani buddha) dalam Agama Buddha?"... Maksud saya begini...

Anda menganggap konsep ketuhanan ini tidak ada salahnya dengan fondasi Buddhadhamma; mungkin maksudnya tepat dan sah-sah saja. Saya menarik kesimpulan kalau Anda menyatakan demikian karena ketuhanan itu "tiada awal tiada akhir...". Jadi mirip dengan konsep Nibbana. Lalu sepertinya Anda mengakui bahwa ketuhanan itu mengandung sifat-sifat Tuhan yang lain, misalnya maha kuasa, maha tahu, dll. Tapi Anda berusaha menyampingkan sifat-sifat ini, yang penting konsep ketuhanan mengandung sifat "tiada awal tiada akhir"; maka itu cocok lah dengan Nibbana. Selesai. Benar tidak?

Kalau benar, maka saya mau bertanya: "Apakah konsep keibuan juga cocok dengan Agama Buddha?" Sebab sifat ibu yang sama dengan Agama Buddha adalah menunjukkan cinta kasih yang tulus seperti menolong anak sendiri. Bagaimana menurut Anda? Anda saja yang mungkin terlalu sensitif... Oh ya, kita semua perlu tahu. Kadang kala kita menganggap lawan diskusi kita ini orang yang sangat menyebalkan di forum. Tapi ketika kita bertemu dengannya di luar (kopdar), kita bisa melihat bahwa ternyata dia itu berbeda. Jadi jangan selalu ber-stereotip bahwa "tukang debat di DC seperti upasaka ini tukang menyindir dan merendahkan". Saya perlakukan Anda sebagai my bro, kok. Take it easy lah...

Mokau Kaucu

Quote from: No Pain No Gain on 14 October 2010, 11:34:47 PM
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:28:26 PM
Ketuhanan => kata dasarnya adalah Tuhan. Tuhan adalah kata yang lahir karena pergeseran kata "tuan". Tuan artinya adalah sosok yang dituankan, sosok yang diletakkan sebagai pemilik atau penguasa suatu kepemilikan.

Dengan demikian, ketuhanan berarti hal-hal yang berkenaan dengan sifat Tuhan. Pertanyaannya, jika dalam Agama Buddha tidak ada Tuhan; bagaimana mungkin ada konsep ketuhanan?

---------------

Dalam Buddhayana, adi buddha = sifat-sifat Tuhan. Tapi Sang Hyang Adi Buddha adalah sosok Tuhan itu sendiri. Jadi "umat Buddhayana" jelas memegang konsep theisme.


konsep ketuhanan dibuat untuk menyinkronisasi dengan paham pancasila indonesia..anda bisa blg begitu krn akses2 untuk buddhism skrg ini terbuka lebar..coba bygkan situasi pd jaman pemerintahan orba dl..nah, untuk meyelraskan dgn paham pancasila, kmudian dibuat istilah ketuhanan yg berlndaskan buddha dhamma..

Betul , saya ingat, pada waktu itu kriteria suatu ajaran untuk mendapat predikat "agama" adalah : 1. Ber Tuhan yang Maha Esa.  2. Ada Nabi/Rasul/Pengajar pertama dari ajaran tersebut. 3. Ada Kitab Suci.  4. Ada keyakinan kehidupan setelah mati.

masih ada beberapa yg lain yg saya lupa.

Sedangkan untuk menjadi anggota  kelompok aliran Kepercayaan pun, harrus berTuhan, karena judul kelompok nya adalah Aliran Kepercayaan yang berkeTuhanan Maha Esa.

Selain itu, sedang gencar gencarnya penumpasan terhadap ideologi komunisme yang dianggap Atheis.
Konsekwensi jika tidak mendapat predikat "agama" dan tidak masuk ke Aliran Kepercayaan adalah , Ajaran agama Buddha, sesat dan  harus dilarang, dan jika mengotot Tidak BerTuhan/Atheis, maka berarti sama dengan komunis, tidak hanya dilarang tetapi harus di tumpas.
Jika anda pada waktu itu sebagai pemimpin kelompok umat yang menyebut dirinya ber agama Buddha, kira kira apa yang akan anda lakukan? Ngotot? Dengan resiko umat anda ditangkap dan dikelompokkan sebagai Tapol.

Sekarang kita dengan enak bisa mengkritisi kebijakan Bhante Ashin Jinarakkhita, tanpa ada resiko ditangkap, kalau jaman doeloe, ada seseorang yg memfitnah anda bahwa anda berpaham komunis, anda bisa ditahan bertahun tahun tanpa pengadilan.

Biarkanlah apa yang sudah menjadi sejarah.
~Life is suffering, why should we make it more?~

adi lim

Quote from: No Pain No Gain on 14 October 2010, 11:34:47 PM
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:28:26 PM
Ketuhanan => kata dasarnya adalah Tuhan. Tuhan adalah kata yang lahir karena pergeseran kata "tuan". Tuan artinya adalah sosok yang dituankan, sosok yang diletakkan sebagai pemilik atau penguasa suatu kepemilikan.

Dengan demikian, ketuhanan berarti hal-hal yang berkenaan dengan sifat Tuhan. Pertanyaannya, jika dalam Agama Buddha tidak ada Tuhan; bagaimana mungkin ada konsep ketuhanan?

---------------

Dalam Buddhayana, adi buddha = sifat-sifat Tuhan. Tapi Sang Hyang Adi Buddha adalah sosok Tuhan itu sendiri. Jadi "umat Buddhayana" jelas memegang konsep theisme.


konsep ketuhanan dibuat untuk menyinkronisasi dengan paham pancasila indonesia..anda bisa blg begitu krn akses2 untuk buddhism skrg ini terbuka lebar..coba bygkan situasi pd jaman pemerintahan orba dl..nah, untuk meyelraskan dgn paham pancasila, kmudian dibuat istilah ketuhanan yg berlndaskan buddha dhamma..

gara2 menyelaraskan dengan Pancasila jadi nya banyak yang berpandangan salah terhadap Buddha Dhamma

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

No Pain No Gain

#143
anda sepertinya tdk memahami pernyataan saya sebelumnya...

bagaimana anda menganalogikan ketuhanan dengan keibuan? apakah ada relevansi?..dan kemudian muncul pertanyaan kenapa buddhayana tdk mengusung konsep kebapakan?...kebapakan juga jelas2 ada..

ntar muncul pertanyaan lagi kenapa buddhayana tdk mengusung konsep segala bentuk ke-an? anda tentunya paham..bukankan sifat2nya jg ada?

relevansi topik menjadi hal yang patut dipertimbangkan dalam diskusi..

salah satu ciri pertanyaan berkualitas adalah relevansi pertanyaan terhadap apa yang dibicarakan bukan?

"Anda ini miskin, tentu tidak tahu apa-apa tentang Buddha-dharma" --> ini  pernyataan secara eksplisit yang ditujukan menyerang pribadi..bagaimana dengan pernyataan implisit? anda tentu tau kan?

ok..saya akan jawab pertanyaan ttg apakah Aliran Maitreya (IKT & MLDD) dan juga TBSN berada di bawah naungan Buddhayana ...saya yakin anda sdh tau bahwa ada 3 aliran mainstream yang dipersatukan dalam wadah buddhayana...thera, maha, tantra..apakah tbsn diakui sebagai aliran tantra? apakah amitreya termasuk buddhism? anda sendiri yang bisa menilai..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

adi lim

Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:13:55 AM
Quote from: No Pain No Gain on 14 October 2010, 11:34:47 PM
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:28:26 PM
Ketuhanan => kata dasarnya adalah Tuhan. Tuhan adalah kata yang lahir karena pergeseran kata "tuan". Tuan artinya adalah sosok yang dituankan, sosok yang diletakkan sebagai pemilik atau penguasa suatu kepemilikan.

Dengan demikian, ketuhanan berarti hal-hal yang berkenaan dengan sifat Tuhan. Pertanyaannya, jika dalam Agama Buddha tidak ada Tuhan; bagaimana mungkin ada konsep ketuhanan?

---------------

Dalam Buddhayana, adi buddha = sifat-sifat Tuhan. Tapi Sang Hyang Adi Buddha adalah sosok Tuhan itu sendiri. Jadi "umat Buddhayana" jelas memegang konsep theisme.


konsep ketuhanan dibuat untuk menyinkronisasi dengan paham pancasila indonesia..anda bisa blg begitu krn akses2 untuk buddhism skrg ini terbuka lebar..coba bygkan situasi pd jaman pemerintahan orba dl..nah, untuk meyelraskan dgn paham pancasila, kmudian dibuat istilah ketuhanan yg berlndaskan buddha dhamma..

Betul , saya ingat, pada waktu itu kriteria suatu ajaran untuk mendapat predikat "agama" adalah : 1. Ber Tuhan yang Maha Esa.  2. Ada Nabi/Rasul/Pengajar pertama dari ajaran tersebut. 3. Ada Kitab Suci.  4. Ada keyakinan kehidupan setelah mati.

masih ada beberapa yg lain yg saya lupa.

Sedangkan untuk menjadi anggota  kelompok aliran Kepercayaan pun, harrus berTuhan, karena judul kelompok nya adalah Aliran Kepercayaan yang berkeTuhanan Maha Esa.

Selain itu, sedang gencar gencarnya penumpasan terhadap ideologi komunisme yang dianggap Atheis.
Konsekwensi jika tidak mendapat predikat "agama" dan tidak masuk ke Aliran Kepercayaan adalah , Ajaran agama Buddha, sesat dan  harus dilarang, dan jika mengotot Tidak BerTuhan/Atheis, maka berarti sama dengan komunis, tidak hanya dilarang tetapi harus di tumpas.
Jika anda pada waktu itu sebagai pemimpin kelompok umat yang menyebut dirinya ber agama Buddha, kira kira apa yang akan anda lakukan? Ngotot? Dengan resiko umat anda ditangkap dan dikelompokkan sebagai Tapol.

Sekarang kita dengan enak bisa mengkritisi kebijakan Bhante Ashin Jinarakkhita, tanpa ada resiko ditangkap, kalau jaman doeloe, ada seseorang yg memfitnah anda bahwa anda berpaham komunis, anda bisa ditahan bertahun tahun tanpa pengadilan.

Biarkanlah apa yang sudah menjadi sejarah.


bro dtgvajra,  saya tidak setuju
belum tentu seperti yang anda pikirkan/maksud, jika tidak mengakui tuhan akan ditumpas, jauh sekali pemikiran begituan.
sadis benar !

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Mokau Kaucu

Quote from: adi lim on 15 October 2010, 11:21:59 AM
Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:13:55 AM
Quote from: No Pain No Gain on 14 October 2010, 11:34:47 PM
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:28:26 PM
Ketuhanan => kata dasarnya adalah Tuhan. Tuhan adalah kata yang lahir karena pergeseran kata "tuan". Tuan artinya adalah sosok yang dituankan, sosok yang diletakkan sebagai pemilik atau penguasa suatu kepemilikan.

Dengan demikian, ketuhanan berarti hal-hal yang berkenaan dengan sifat Tuhan. Pertanyaannya, jika dalam Agama Buddha tidak ada Tuhan; bagaimana mungkin ada konsep ketuhanan?

---------------

Dalam Buddhayana, adi buddha = sifat-sifat Tuhan. Tapi Sang Hyang Adi Buddha adalah sosok Tuhan itu sendiri. Jadi "umat Buddhayana" jelas memegang konsep theisme.


konsep ketuhanan dibuat untuk menyinkronisasi dengan paham pancasila indonesia..anda bisa blg begitu krn akses2 untuk buddhism skrg ini terbuka lebar..coba bygkan situasi pd jaman pemerintahan orba dl..nah, untuk meyelraskan dgn paham pancasila, kmudian dibuat istilah ketuhanan yg berlndaskan buddha dhamma..

Betul , saya ingat, pada waktu itu kriteria suatu ajaran untuk mendapat predikat "agama" adalah : 1. Ber Tuhan yang Maha Esa.  2. Ada Nabi/Rasul/Pengajar pertama dari ajaran tersebut. 3. Ada Kitab Suci.  4. Ada keyakinan kehidupan setelah mati.

masih ada beberapa yg lain yg saya lupa.

Sedangkan untuk menjadi anggota  kelompok aliran Kepercayaan pun, harrus berTuhan, karena judul kelompok nya adalah Aliran Kepercayaan yang berkeTuhanan Maha Esa.

Selain itu, sedang gencar gencarnya penumpasan terhadap ideologi komunisme yang dianggap Atheis.
Konsekwensi jika tidak mendapat predikat "agama" dan tidak masuk ke Aliran Kepercayaan adalah , Ajaran agama Buddha, sesat dan  harus dilarang, dan jika mengotot Tidak BerTuhan/Atheis, maka berarti sama dengan komunis, tidak hanya dilarang tetapi harus di tumpas.
Jika anda pada waktu itu sebagai pemimpin kelompok umat yang menyebut dirinya ber agama Buddha, kira kira apa yang akan anda lakukan? Ngotot? Dengan resiko umat anda ditangkap dan dikelompokkan sebagai Tapol.

Sekarang kita dengan enak bisa mengkritisi kebijakan Bhante Ashin Jinarakkhita, tanpa ada resiko ditangkap, kalau jaman doeloe, ada seseorang yg memfitnah anda bahwa anda berpaham komunis, anda bisa ditahan bertahun tahun tanpa pengadilan.

Biarkanlah apa yang sudah menjadi sejarah.


bro dtgvajra,  saya tidak setuju
belum tentu seperti yang anda pikirkan/maksud, jika tidak mengakui tuhan akan ditumpas, jauh sekali pemikiran begituan.
sadis benar !

_/\_

Tidak apa apa anda tidak setuju, tetapi pada tahun tahun tersebut, contohnya banyak.
~Life is suffering, why should we make it more?~

No Pain No Gain

 [at]  adi_lim

sepertinya anda blm belajar sejarah indonesia secara dalam..

ini seprti halnya kasus SMI ttg 6.7 triliun yang dipandang salah pada situasi skrg tanpa menganalisis lebih jauh situasi pada saat kebijakan tersebut dibuat..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

K.K.

Quote from: adi lim on 15 October 2010, 11:14:58 AM
gara2 menyelaraskan dengan Pancasila jadi nya banyak yang berpandangan salah terhadap Buddha Dhamma

_/\_
Hal yang tak terhindarkan pada zaman itu. Dulu banyak orang bahkan memutuskan hubungan kekeluargaan dengan orang yang dicap "komunis" agar tidak kena akibat dari amukan masyarakat tolol yang dihasut pemerintah.

Nevada

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:20:20 AM
anda sepertinya tdk memahami pernyataan saya sebelumnya...

bagaimana anda menganalogikan ketuhanan dengan keibuan? apakah ada relevansi?..dan kemudian muncul pertanyaan kenapa buddhayana tdk mengusung konsep kebapakan?...kebapakan juga jelas2 ada..

ntar muncul pertanyaan lagi kenapa buddhayana tdk mengusung konsep segala bentuk ke-an? anda tentunya paham..bukankan sifat2nya jg ada?

relevansi topik menjadi hal yang patut dipertimbangkan dalam diskusi..

salah satu ciri pertanyaan berkualitas adalah relevansi pertanyaan terhadap apa yang dibicarakan bukan?

Memang benar. Itulah yang saya tanyakan. Jika sesuatu yang berhubungan dengan sosok pencipta bisa dihubung-hubungkan dengan Buddhadhamma yang notabene tidak mengakui adanya sosok pencipta, maka hal-hal lain yang jelas ada seperti "kasih ibu" seharusnya juga bisa dihubungkan. Anda hanya tidak memahami "pertanyaan kritis". Dan karena Anda hanya ingin berkutat di sepuar "ketuhanan" (tidak mau omongin hal di sisi lainnya), maka apa pun pertanyaan kritis yang saja ajukan pasti akan disimpulkan sebagai menyindir, merendahkan atau tidak relevan.

Begini saja. Saya tidak mau ribet-ribet. OK, saya terima opini Anda bahwa Buddhadhamma tetap tidak ber-Tuhan; tapi ber-ketuhanan. Lalu yang ingin saya tanyakan berikutnya: "Menurut Anda, bukankah lebih baik jika menjelaskan secara langsung bahwa Nibbana adalah ketuhanan dalam Agama Buddha (bukan Adi Buddha). Dan tujuan umat Buddha bukanlah mengikuti perintah Tuhan, tetapi menjadi seseorang yang bersifat seperti Tuhan."

Apakah ada yang berani menjelaskan bahwa Agama Buddha adalah seperti demikian saat ini?

adi lim

Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:24:30 AM
Quote from: adi lim on 15 October 2010, 11:21:59 AM
Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:13:55 AM
Quote from: No Pain No Gain on 14 October 2010, 11:34:47 PM
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:28:26 PM
Ketuhanan => kata dasarnya adalah Tuhan. Tuhan adalah kata yang lahir karena pergeseran kata "tuan". Tuan artinya adalah sosok yang dituankan, sosok yang diletakkan sebagai pemilik atau penguasa suatu kepemilikan.

Dengan demikian, ketuhanan berarti hal-hal yang berkenaan dengan sifat Tuhan. Pertanyaannya, jika dalam Agama Buddha tidak ada Tuhan; bagaimana mungkin ada konsep ketuhanan?

---------------

Dalam Buddhayana, adi buddha = sifat-sifat Tuhan. Tapi Sang Hyang Adi Buddha adalah sosok Tuhan itu sendiri. Jadi "umat Buddhayana" jelas memegang konsep theisme.


konsep ketuhanan dibuat untuk menyinkronisasi dengan paham pancasila indonesia..anda bisa blg begitu krn akses2 untuk buddhism skrg ini terbuka lebar..coba bygkan situasi pd jaman pemerintahan orba dl..nah, untuk meyelraskan dgn paham pancasila, kmudian dibuat istilah ketuhanan yg berlndaskan buddha dhamma..

Betul , saya ingat, pada waktu itu kriteria suatu ajaran untuk mendapat predikat "agama" adalah : 1. Ber Tuhan yang Maha Esa.  2. Ada Nabi/Rasul/Pengajar pertama dari ajaran tersebut. 3. Ada Kitab Suci.  4. Ada keyakinan kehidupan setelah mati.

masih ada beberapa yg lain yg saya lupa.

Sedangkan untuk menjadi anggota  kelompok aliran Kepercayaan pun, harrus berTuhan, karena judul kelompok nya adalah Aliran Kepercayaan yang berkeTuhanan Maha Esa.

Selain itu, sedang gencar gencarnya penumpasan terhadap ideologi komunisme yang dianggap Atheis.
Konsekwensi jika tidak mendapat predikat "agama" dan tidak masuk ke Aliran Kepercayaan adalah , Ajaran agama Buddha, sesat dan  harus dilarang, dan jika mengotot Tidak BerTuhan/Atheis, maka berarti sama dengan komunis, tidak hanya dilarang tetapi harus di tumpas.
Jika anda pada waktu itu sebagai pemimpin kelompok umat yang menyebut dirinya ber agama Buddha, kira kira apa yang akan anda lakukan? Ngotot? Dengan resiko umat anda ditangkap dan dikelompokkan sebagai Tapol.

Sekarang kita dengan enak bisa mengkritisi kebijakan Bhante Ashin Jinarakkhita, tanpa ada resiko ditangkap, kalau jaman doeloe, ada seseorang yg memfitnah anda bahwa anda berpaham komunis, anda bisa ditahan bertahun tahun tanpa pengadilan.

Biarkanlah apa yang sudah menjadi sejarah.


bro dtgvajra,  saya tidak setuju
belum tentu seperti yang anda pikirkan/maksud, jika tidak mengakui tuhan akan ditumpas, jauh sekali pemikiran begituan.
sadis benar !

_/\_

Tidak apa apa anda tidak setuju, tetapi pada tahun tahun tersebut, contohnya banyak.

kalau contoh banyak bukan jadi patokan pasti akan terjadi ...

mengenai Ashin Jina. saya tidak komentar karena sejarah tidak bisa cerita dari sepihak masih ada cerita dari pihak lain.
Saya setuju, masa lalu adalah sejarah.


_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.