tak kenal maka tak sayang... MBI itu apa sih ?

Started by johan3000, 12 October 2010, 12:17:08 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

adi lim

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:25:51 AM
[at]  adi_lim

sepertinya anda blm belajar sejarah indonesia secara dalam..

ini seprti halnya kasus SMI ttg 6.7 triliun yang dipandang salah pada situasi skrg tanpa menganalisis lebih jauh situasi pada saat kebijakan tersebut dibuat..

itu kan pendapat bro NPNG

yang saya tahu pasti bukan karena masalah mengakui adanya Tuhan atau tidak ada Tuhan.

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Indra

Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:13:55 AM
Quote from: No Pain No Gain on 14 October 2010, 11:34:47 PM
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:28:26 PM
Ketuhanan => kata dasarnya adalah Tuhan. Tuhan adalah kata yang lahir karena pergeseran kata "tuan". Tuan artinya adalah sosok yang dituankan, sosok yang diletakkan sebagai pemilik atau penguasa suatu kepemilikan.

Dengan demikian, ketuhanan berarti hal-hal yang berkenaan dengan sifat Tuhan. Pertanyaannya, jika dalam Agama Buddha tidak ada Tuhan; bagaimana mungkin ada konsep ketuhanan?

---------------

Dalam Buddhayana, adi buddha = sifat-sifat Tuhan. Tapi Sang Hyang Adi Buddha adalah sosok Tuhan itu sendiri. Jadi "umat Buddhayana" jelas memegang konsep theisme.


konsep ketuhanan dibuat untuk menyinkronisasi dengan paham pancasila indonesia..anda bisa blg begitu krn akses2 untuk buddhism skrg ini terbuka lebar..coba bygkan situasi pd jaman pemerintahan orba dl..nah, untuk meyelraskan dgn paham pancasila, kmudian dibuat istilah ketuhanan yg berlndaskan buddha dhamma..

Betul , saya ingat, pada waktu itu kriteria suatu ajaran untuk mendapat predikat "agama" adalah : 1. Ber Tuhan yang Maha Esa.  2. Ada Nabi/Rasul/Pengajar pertama dari ajaran tersebut. 3. Ada Kitab Suci.  4. Ada keyakinan kehidupan setelah mati.

masih ada beberapa yg lain yg saya lupa.

Sedangkan untuk menjadi anggota  kelompok aliran Kepercayaan pun, harrus berTuhan, karena judul kelompok nya adalah Aliran Kepercayaan yang berkeTuhanan Maha Esa.

Selain itu, sedang gencar gencarnya penumpasan terhadap ideologi komunisme yang dianggap Atheis.
Konsekwensi jika tidak mendapat predikat "agama" dan tidak masuk ke Aliran Kepercayaan adalah , Ajaran agama Buddha, sesat dan  harus dilarang, dan jika mengotot Tidak BerTuhan/Atheis, maka berarti sama dengan komunis, tidak hanya dilarang tetapi harus di tumpas.
Jika anda pada waktu itu sebagai pemimpin kelompok umat yang menyebut dirinya ber agama Buddha, kira kira apa yang akan anda lakukan? Ngotot? Dengan resiko umat anda ditangkap dan dikelompokkan sebagai Tapol.

Sekarang kita dengan enak bisa mengkritisi kebijakan Bhante Ashin Jinarakkhita, tanpa ada resiko ditangkap, kalau jaman doeloe, ada seseorang yg memfitnah anda bahwa anda berpaham komunis, anda bisa ditahan bertahun tahun tanpa pengadilan.

Biarkanlah apa yang sudah menjadi sejarah.


tentu itu adalah kebijakan yg sangat tepat oleh YM. Bhante Ashin, tapi yg ingin saya pertanyakan (tanpa mengurangi rasa hormat) adalah bahwa Adi Buddha yg didefisinikan sebagai Ketuhanan itu ternyata mendeskripsikan Nibbana, jadi kenapa tidak menggunakan kalimat "Ketuhanan dalam Agama Buddha adalah Nibbana", kenapa pulak merekayasa tokoh Mr. Adi ini dijadiin tuhan? padahal Nibbana/Nirvana diakui oleh semua aliran dalam Buddhayana, sementara si adi tidak

adi lim

#152
Quote from: Kainyn_Kutho on 15 October 2010, 11:26:54 AM
Quote from: adi lim on 15 October 2010, 11:14:58 AM
gara2 menyelaraskan dengan Pancasila jadi nya banyak yang berpandangan salah terhadap Buddha Dhamma

_/\_
Hal yang tak terhindarkan pada zaman itu. Dulu banyak orang bahkan memutuskan hubungan kekeluargaan dengan orang yang dicap "komunis" agar tidak kena akibat dari amukan masyarakat tolol yang dihasut pemerintah.

saya tahu ada terjadi kekacauan,
tapi yang pasti bukan karena mengakui adanya thei atau atheis toh !
banyak cerita dan banyak orang mengalaminya dan merasai pada jaman itu.

_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

No Pain No Gain

#153
Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang" yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain. Sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain. Hal inilah yang menjadi dasar penulisan ini.

Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang : Alam Semesta, Kejadian Bumi dan Manusia, Kehidupan Manusia di Alam Semesta, Kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.

oleh: Corneles Wowor, M.A.

sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=70&cont=ketuhanan1.htm
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

adi lim

Quote from: Indra on 15 October 2010, 11:36:39 AM
Quote from: dtgvajra on 15 October 2010, 11:13:55 AM
Quote from: No Pain No Gain on 14 October 2010, 11:34:47 PM
Quote from: upasaka on 14 October 2010, 11:28:26 PM
Ketuhanan => kata dasarnya adalah Tuhan. Tuhan adalah kata yang lahir karena pergeseran kata "tuan". Tuan artinya adalah sosok yang dituankan, sosok yang diletakkan sebagai pemilik atau penguasa suatu kepemilikan.

Dengan demikian, ketuhanan berarti hal-hal yang berkenaan dengan sifat Tuhan. Pertanyaannya, jika dalam Agama Buddha tidak ada Tuhan; bagaimana mungkin ada konsep ketuhanan?

---------------

Dalam Buddhayana, adi buddha = sifat-sifat Tuhan. Tapi Sang Hyang Adi Buddha adalah sosok Tuhan itu sendiri. Jadi "umat Buddhayana" jelas memegang konsep theisme.


konsep ketuhanan dibuat untuk menyinkronisasi dengan paham pancasila indonesia..anda bisa blg begitu krn akses2 untuk buddhism skrg ini terbuka lebar..coba bygkan situasi pd jaman pemerintahan orba dl..nah, untuk meyelraskan dgn paham pancasila, kmudian dibuat istilah ketuhanan yg berlndaskan buddha dhamma..

Betul , saya ingat, pada waktu itu kriteria suatu ajaran untuk mendapat predikat "agama" adalah : 1. Ber Tuhan yang Maha Esa.  2. Ada Nabi/Rasul/Pengajar pertama dari ajaran tersebut. 3. Ada Kitab Suci.  4. Ada keyakinan kehidupan setelah mati.

masih ada beberapa yg lain yg saya lupa.

Sedangkan untuk menjadi anggota  kelompok aliran Kepercayaan pun, harrus berTuhan, karena judul kelompok nya adalah Aliran Kepercayaan yang berkeTuhanan Maha Esa.

Selain itu, sedang gencar gencarnya penumpasan terhadap ideologi komunisme yang dianggap Atheis.
Konsekwensi jika tidak mendapat predikat "agama" dan tidak masuk ke Aliran Kepercayaan adalah , Ajaran agama Buddha, sesat dan  harus dilarang, dan jika mengotot Tidak BerTuhan/Atheis, maka berarti sama dengan komunis, tidak hanya dilarang tetapi harus di tumpas.
Jika anda pada waktu itu sebagai pemimpin kelompok umat yang menyebut dirinya ber agama Buddha, kira kira apa yang akan anda lakukan? Ngotot? Dengan resiko umat anda ditangkap dan dikelompokkan sebagai Tapol.

Sekarang kita dengan enak bisa mengkritisi kebijakan Bhante Ashin Jinarakkhita, tanpa ada resiko ditangkap, kalau jaman doeloe, ada seseorang yg memfitnah anda bahwa anda berpaham komunis, anda bisa ditahan bertahun tahun tanpa pengadilan.

Biarkanlah apa yang sudah menjadi sejarah.


tentu itu adalah kebijakan yg sangat tepat oleh YM. Bhante Ashin, tapi yg ingin saya pertanyakan (tanpa mengurangi rasa hormat) adalah bahwa Adi Buddha yg didefisinikan sebagai Ketuhanan itu ternyata mendeskripsikan Nibbana, jadi kenapa tidak menggunakan kalimat "Ketuhanan dalam Agama Buddha adalah Nibbana", kenapa pulak merekayasa tokoh Mr. Adi ini dijadiin tuhan? padahal Nibbana/Nirvana diakui oleh semua aliran dalam Buddhayana, sementara si adi tidak

yang pasti bukan saya, Adi Lim  =))
_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

ryu

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:20:20 AM
ok..saya akan jawab pertanyaan ttg apakah Aliran Maitreya (IKT & MLDD) dan juga TBSN berada di bawah naungan Buddhayana ...saya yakin anda sdh tau bahwa ada 3 aliran mainstream yang dipersatukan dalam wadah buddhayana...thera, maha, tantra..apakah tbsn diakui sebagai aliran tantra? apakah amitreya termasuk buddhism? anda sendiri yang bisa menilai..
kok saya yang menilai? apakah menurut anda penilaian MBI dengan saya sama? apakah susah untuk menjawab ya dan tidak?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

adi lim

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:38:29 AM
Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang" yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain. Sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain. Hal inilah yang menjadi dasar penulisan ini.

Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang : Alam Semesta, Kejadian Bumi dan Manusia, Kehidupan Manusia di Alam Semesta, Kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.

oleh: Corneles Wowor, M.A.

tahu kenapa kalau tulisan Pak Wowor seperti demikian !
karena dari sejarah
kalau sejarah tidak demikian mungkin pak Wowor tidak akan menulis isi seperti ini juga
_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Nevada

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:38:29 AM
Ketahuilah para Bhikkhu bahwa ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak. Duhai para Bhikkhu, apabila Tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhikkhu, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu.

Ungkapan di atas adalah pernyataan dari Sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana VIII : 3, yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Mahaesa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang Mahaesa dalam bahasa Pali adalah "Atthi Ajatang Abhutang Akatang Asamkhatang" yang artinya "Suatu Yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan dan Yang Mutlak". Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Mahaesa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. Tetapi dengan adanya Yang Mutlak, yang tidak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata) dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan cara bermeditasi.

Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Mahaesa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain. Sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain. Hal inilah yang menjadi dasar penulisan ini.

Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang : Alam Semesta, Kejadian Bumi dan Manusia, Kehidupan Manusia di Alam Semesta, Kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.

oleh: Corneles Wowor, M.A.

sumber: http://www.samaggi-phala.or.id/naskahdamma_dtl.php?id=70&cont=ketuhanan1.htm

Bapak Corneles Wowor, M.A. dan Bhikkhu Uttamo mendefinisikasn Nibbana sebagai ketuhanan dalam Agama Buddha. Bhikkhu Pannavaro mendefinisikan hukum kamma sebagai Tuhan (maha pengatur) dalam Agama Buddha. Saya kurang setuju. Bagi yang setuju dengan beliau-beliau, silakan. Bagi yang setuju dengan saya juga silakan. Namun bagi yang setuju dengan ketuhanan ini, marilah kita meninjau ulang atas dasar pertimbangan apa ketuhanan bisa ada di dalam agama yang tak ber-Tuhan?

No Pain No Gain

ok..saya tidak dengan panjang lebar lagi diskusi di thread ini..hehehe..saya sudah memberikan artikel yang ditulis oleh Bpk. Wowor di atas..semoga bisa membantu..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

Nevada

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:45:11 AM
ok..saya tidak dengan panjang lebar lagi diskusi di thread ini..hehehe..saya sudah memberikan artikel yang ditulis oleh Bpk. Wowor di atas..semoga bisa membantu..

Saya setuju kalau kita berbeda pendapat. :)

No Pain No Gain

Quote from: upasaka on 15 October 2010, 11:46:59 AM
Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:45:11 AM
ok..saya tidak dengan panjang lebar lagi diskusi di thread ini..hehehe..saya sudah memberikan artikel yang ditulis oleh Bpk. Wowor di atas..semoga bisa membantu..

Saya setuju kalau kita berbeda pendapat. :)

umat buddha majemuk.. ;D
No matter how dirty my past is,my future is still spotless

K.K.

Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:20:20 AM
ok..saya akan jawab pertanyaan ttg apakah Aliran Maitreya (IKT & MLDD) dan juga TBSN berada di bawah naungan Buddhayana ...saya yakin anda sdh tau bahwa ada 3 aliran mainstream yang dipersatukan dalam wadah buddhayana...thera, maha, tantra..apakah tbsn diakui sebagai aliran tantra? apakah amitreya termasuk buddhism? anda sendiri yang bisa menilai..
Walubi yang konon adalah perwalian umat Buddha, menaungi aliran Maitreya dan TBSN yang dikenal di internasional sebagai cult. Jadi saya tidak tahu lagi Buddha menurut setiap orang bagaimana.
Sekarang saya tanya apakah Buddhayana menaungi Maitreya dan TBSN, mengapa dijawab, "anda sendiri yang bisa menilai"? Susahkah memberi jawaban langsung yang jelas? Atau sudah mendarah daging untuk memberi jawaban a la Zen gagal seperti itu?

Nevada


ryu

Quote from: ryu on 15 October 2010, 11:38:57 AM
Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:20:20 AM
ok..saya akan jawab pertanyaan ttg apakah Aliran Maitreya (IKT & MLDD) dan juga TBSN berada di bawah naungan Buddhayana ...saya yakin anda sdh tau bahwa ada 3 aliran mainstream yang dipersatukan dalam wadah buddhayana...thera, maha, tantra..apakah tbsn diakui sebagai aliran tantra? apakah amitreya termasuk buddhism? anda sendiri yang bisa menilai..
kok saya yang menilai? apakah menurut anda penilaian MBI dengan saya sama? apakah susah untuk menjawab ya dan tidak?
haa....
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

No Pain No Gain

Quote from: Kainyn_Kutho on 15 October 2010, 11:49:06 AM
Quote from: No Pain No Gain on 15 October 2010, 11:20:20 AM
ok..saya akan jawab pertanyaan ttg apakah Aliran Maitreya (IKT & MLDD) dan juga TBSN berada di bawah naungan Buddhayana ...saya yakin anda sdh tau bahwa ada 3 aliran mainstream yang dipersatukan dalam wadah buddhayana...thera, maha, tantra..apakah tbsn diakui sebagai aliran tantra? apakah amitreya termasuk buddhism? anda sendiri yang bisa menilai..
Walubi yang konon adalah perwalian umat Buddha, menaungi aliran Maitreya dan TBSN yang dikenal di internasional sebagai cult. Jadi saya tidak tahu lagi Buddha menurut setiap orang bagaimana.
Sekarang saya tanya apakah Buddhayana menaungi Maitreya dan TBSN, mengapa dijawab, "anda sendiri yang bisa menilai"? Susahkah memberi jawaban langsung yang jelas? Atau sudah mendarah daging untuk memberi jawaban a la Zen gagal seperti itu?


jawabannya TIDAK untuk TBSN dan maitreya..
No matter how dirty my past is,my future is still spotless