Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?

Started by ryu, 23 September 2010, 07:51:19 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dipasena

Quote from: johan3000 on 10 April 2011, 08:47:38 PM
aku tidak merasa konyol ataupun mengomporin...

memang ada hal yg bisa dipelajarin dgn "lempar melempar sampah" (istilah bro)...

menurut bro kenapa orang bisa "bertengkar" ?


ga penting untuk dibahas... maap, sy skip...

adi lim

Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

dipasena


gajeboh angek

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Umat Awam

Quote from: dhanuttono on 10 April 2011, 08:55:10 PM
ga penting untuk dibahas... maap, sy skip...

Lalu apakah postingan2 boz tono disini bukan merupakan "sampah" juga? yang hanya menambah "sampah" protes2 anda boz ?? kalo ga setuju, cukup sekali bilang ga setuju, udah, ya diam aja.. ga usah pake post2 kalimat2 lain lagi.. itu jelas hanya menambah "sampah" yang membuat topik ini semakin jauh dari awalnya..
thanks boz...

Bakc to topic,

Apakah ada aturan Bhante Theravada boleh main gitar/musik?

FZ

Quote from: Indra on 10 April 2011, 08:51:52 PM
sampe heboh begini cuma -1, luar biasa
err. cuma konfirmasi, bukan gw ya ;D
gw kasih 1 deh bro.

buat umat awam n landy : +1 karena bantu nasehatin saya juga.

Indra

Quote from: Forte on 10 April 2011, 09:02:39 PM
err. cuma konfirmasi, bukan gw ya ;D
gw kasih 1 deh bro.

buat umat awam n landy : +1 karena bantu nasehatin saya juga.

clicked juga

Lu Dongbin

Quote from: Indra on 10 April 2011, 08:46:33 PM
yg mengherankan, Bro Lu Dongbin tidak berkomentar sama sekali. ayo Bro, manfaatkan situasi ini
ada apa
ada apa
kwwwkwkwk

johan3000

Quote from: Indra on 10 April 2011, 08:51:52 PM
sampe heboh begini cuma -1, luar biasa

terlepas dari setuju atau tidak, hahaha +1 utk broooo
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

johan3000

Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

FZ

Quote from: dhanuttono on 10 April 2011, 08:40:21 PM
btul, sangat tidak penting, maka nya dulu sy sempat ribut dgn el sol, sy pilih mundur dr DC, dr pd ribut di forum... tp sy ajak yg bersangkutan untuk lanjut via japri...
thanks bro.. ini benar sekali.. lewat japri.
cek kulkas

Lu Dongbin

sudahlah
cepatlah saling bunuh
kwkwkw

bercanda
ayo kita makan2

Indra

mohon maaf jika telah mengecewakan penonton, menuruti saran dari aa tono, kami melanjutkan pertempuran melalui japri, tapi yg terjadi malah rekonsiliasi, jadi sekali lagi, maaf sudah mengecewakan penonton, terutama Bro Lu Dongbin

FZ

Quote from: Indra on 10 April 2011, 09:46:48 PM
mohon maaf jika telah mengecewakan penonton, menuruti saran dari aa tono, kami melanjutkan pertempuran melalui japri, tapi yg terjadi malah rekonsiliasi, jadi sekali lagi, maaf sudah mengecewakan penonton, terutama Bro Lu Dongbin
setelah puas "maki2an" di japri.. akhirnya case closed..
akhirnya indra win, i lose :))

fabian c

#1979
Wah seru... Baru lihat...  :)

Maaf teman-teman... Komentar dikit ya...? Kita semua masih memiliki "ego" hanya Arahat yang sudah tak memiliki "ego". Dalam suatu diskusi memang kadang atmosfir menjadi panas. Bila kita memulai suatu polemik dan telah masuk ke dalamnya sulit bagi kita untuk keluar, bila sudah demikian siapa yang memulai sudah menjadi tak penting, selalu yang timbul adalah bagaimana kita mempertahankan pendapat kita.

Polemik merupakan "bumbu" yang membuat suatu forum menjadi hidup, yang penting jangan sampai memulai dengan mengaitkan secara langsung dengan menghina pribadi bersangkutan("ad hominem") Walaupun terkadang kita sangat "tergoda" untuk melakukan ad hominem. Bila seseorang melakukan ad hominem maka besar kemungkinan lawan diskusi akan membalas dengan ad hominem juga, karena itu merupakan suatu bentuk "abuse".

Marilah kita berdiskusi dengan semangat membagi pengetahuan dan membagi Dhamma, walaupun itu sulit dilakukan karena kita memiliki pandangan yang berbeda-beda, karena belajar aliran yang berbeda-beda.

Janganlah kita menuduh seseorang menghina bila ia mengungkapkan sesuatu berdasarkan "fakta", karena mengungkapkan sesuatu berdasarkan fakta adalah "ungkapan kebenaran".
Memang pahit bagi yang menerima, itulah "kebenaran" kadangkala pahit dan sukar diterima.

Balik mengenai Bhikkhu bergitar, sudah sepantasnya dicela.

Suatu ketika Sang Buddha mengadakan pesamuan, setelah Beliau melihat berkeliling lalu beliau berkata, "Pesamuan ini tidak bersih..!" lalu Y.A. Maha Mogallana melihat berkeliling dan beliau melihat satu Bhikkhu belum Arahat, beliau mendekati Bhikkhu tersebut lalu meminta Bhikkhu tersebut keluar, Bhikkhu tersebut ngotot tidak mau keluar, Y.A maha Mogallana (kalau tidak salah) lalu memaksa Bikkhu tersebut keluar.

Pada masa Sang Buddha di hadapan Sang Buddha seorang Bhikkhu berani "ngotot" setelah diperingatkan, apalagi jaman sekarang...? Oleh karena itu kita pantas mencela seorang Bhikkhu yang tidak menjalankan Vinaya dengan baik, karena Bhikkhu yang dengan sengaja melanggar Vinaya, yang tidak peduli dengan kritik terhadap tingkah lakunya yang buruk, mengotori "Buddha Sasana". Para Bhikkhu yang "tak tahu malu" bagai rayap menggerogoti Buddha Dhamma dari dalam.

Ini bukan berarti kita harus menghakimi dia "terus menerus". Bila ia berubah dan kemudian memperbaiki tingkah lakunya maka pasti orang-orang akan berhenti mencelanya. Bahkan mungkin berbalik memujinya bila ia melaksanakan Vinaya dengan baik dan konsekuen, bila ia telah berusaha menghindarkan perbuatan salah walau sekecil apapun.

Ada suatu cerita dalam Sutta dimana seorang Bhikkhu dicela oleh dewa "hanya" karena ia mencium bau bunga tanpa seijin pemilik bunga tersebut. Suatu perbuatan salah yang demikian kecil mungkin kalau orang yang telah terbiasa dengan pelanggaran besar akan menganggap hal itu hanya "sepele", tapi itulah Tipitaka kita diharapkan bertindak patut, sangat patut dan tak berbuat kesalahan walau kecil yang dapat dicela oleh para bijaksana (baca: Karaniya Metta Sutta).

Akibat suatu perbuatan buruk kadang lama baru hilang, jadi Bhikkhu tersebut seharusnya memperbaiki dirinya, pasti suatu saat semua celaan akan berhenti dengan sendirinya, bahkan bila ia telah bertindak patut dengan menjaga Vinaya, para "bekas" pencela mungkin akan berbalik membelanya bila ia dicela orang.

Mettacittena,

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata