News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Diamond Sutra dan Hinayana

Started by tesla, 05 March 2008, 08:17:42 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

tesla

#75
^walau ditemukan di tengah, di akhir ataupun ada di mana-mana tetap saja bisa dibilang "org aja tambah-tambahin".

masalahnya adalah sutra itu (terlepas dari masih seperti awalnya atau telah ditambah2kan) dipakai sekarang dalam bentuk yg demikian oleh khalayak umum mahayana ;D

note+: deskripsi "Hinayana" sendiri yg dikatakan oleh sdr. chingik juga berbeda pada deskripsi pakar lain.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

El Sol


chingik

Quote from: El Sol on 27 March 2008, 12:34:42 AM
ok back to TOPIC...

I have proof kalo HINAYANA = THERAVADA

QuoteThe Buddha's Dharma, can be divided to two vehicles, the Hinayana and the Mahayana. The Hinayana itself can be divided into the vehicle of the shravakas and the vehicle of the pratyekabuddhas. The shravakas and pratyekabuddhas can be differentiated according to the relative inferiority and superiority of their faculties and the results they obtain, but the doctrinal features of the paths they follow are basically the same. People with a propensity to follow these two Hinayana vehicles take them up for the sake of merely their own emancipation, because they turn their backs on bearing the burden of the aims of others. Since the main cause of bondage in samsara is grasping at a self, the main cause of obtaining the freedom of liberation is the wisdom that realizes the meaning selflessness. Thus, shravakas and pratyekabuddhas, like bodhisattvas, realize selflessness. They meditate on is accompanied by the other paths of moral conduct, meditative concentration and so forth, and thus extinguish all their passions, greed, hatred, ignorance and so forth.

aku kutip dari website DALAI LAMA..

hxxp://www.dalailama.com/page.22.htm

neh...

CHINGIKKKK..WHERE ARE YOU??????

apakah Chingik lebih hebat dari murid2 Dalai Lama dan Dalai Lama?  

ato selama ini salah interpretasi?

berarti emank tepat kalo sang Buddha gk mungkin menghina Hinayana..

1.karena sang Buddha yg mengajarkan jalan Arahat
2.karena term Hinayana dan Mahayana belum ada pada saat sang Buddha masih idup..

oleh sebab itu..

Diamond Sutra palsu..
Saya dari awal slalu mengatakan bhw saya bersandar langsung pada Sutra, bukan pada skolar. Jika teman2 slalu merujuk pada kata2 mereka bahwa mayoritas Mahayanis mengatakan A, berarti mewakili ucapan Mahayanis, maka saya tidak bisa berkata apa2 lagi. Dalam Mahaparinirvana Sutra , Buddha menganjurkan kita utk menjadikan 4 hal sebagai sandaran:
1. Bersandar pada dharma, jangan bersandar pada individu
2. Bersandar pada kearifan, jangan bersandar pada kesadaran
3. Bersandar pada makna [tersirat] , jangan bersandar pada kata-kata [harafiah]
4. Bersandar pada makna ultimit, jangan bersandar pada makna yang tidak ultimit.

Saya bersandar pada makna dharma, tidak bersandar pada individu (seperti pendapat para pakar Mahayana).
Mengapa saya katakan bahwa dalam Sutra Mahayana, kata2 Hinayana tidaklah slalu merujuk pada Jalan Arahat. Saya tegaskan kembali, tolong dibaca ulang pendapat saya sebelumnya, bahwa Theravada lebih merujuk pada Sravakayana. Bukan Hinayana, jadi tidak ada relevan jika mengatakan Hinayana bagian dari Mahayana.
Salah satu bukti adalah setiap Pembukaan Sutra Mahayana, banyak sekali ditemukan apresiasi kepada para Arahat. Jadi mana mungkin menghina Arahat sementara masih memberi apresiasi pada Arahat. Jadi jangan slalu mencerna isi sutra secara gamblang. Sutta Pali pun butuh penjelasan, seperti Atthakattha. Jika tidak maka akan slalu salah interpretasi.

Jadi term Mahayana dan Hinayana sudah ada pada masa kehidupan Buddha, dan Hinayana tidak ada relevan dengan Jalan Arahat, Jalan Arahat pada masa kehidupan Buddha disebut Sravakayana.
Saya merujuk pada Sutra, dan memang betul pendapat saya tidak sama dengan pakar Mahayana. Tapi saya konsisten saja, karena sandaran saya adalah Sutra. Bukan individu, jadi walaupun reputasi sekelas Dalai Lama juga tidak berarti kita harus mengikuti pendapat mereka. Saya kan  juga mengikuti anjuran Kalama Sutta.   :)

Sutra Intan mau palsu atau tidak, yang jelas  Master Huineng telah mendapatkan manfaat dari filosofi Sutra tersebut, salah satu bukti konkrit adalah Relik Tubuhnya yang masih utuh dan tersimpan di vihara Tiongkok.  _/\_   

chingik

#78
Quote from: El Sol on 27 March 2008, 12:34:42 AM
ok back to TOPIC...

I have proof kalo HINAYANA = THERAVADA

QuoteThe Buddha's Dharma, can be divided to two vehicles, the Hinayana and the Mahayana. The Hinayana itself can be divided into the vehicle of the shravakas and the vehicle of the pratyekabuddhas. The shravakas and pratyekabuddhas can be differentiated according to the relative inferiority and superiority of their faculties and the results they obtain, but the doctrinal features of the paths they follow are basically the same. People with a propensity to follow these two Hinayana vehicles take them up for the sake of merely their own emancipation, because they turn their backs on bearing the burden of the aims of others. Since the main cause of bondage in samsara is grasping at a self, the main cause of obtaining the freedom of liberation is the wisdom that realizes the meaning selflessness. Thus, shravakas and pratyekabuddhas, like bodhisattvas, realize selflessness. They meditate on is accompanied by the other paths of moral conduct, meditative concentration and so forth, and thus extinguish all their passions, greed, hatred, ignorance and so forth.

aku kutip dari website DALAI LAMA..

hxxp://www.dalailama.com/page.22.htm

neh...

CHINGIKKKK..WHERE ARE YOU??????

apakah Chingik lebih hebat dari murid2 Dalai Lama dan Dalai Lama?   

ato selama ini salah interpretasi?

berarti emank tepat kalo sang Buddha gk mungkin menghina Hinayana..

1.karena sang Buddha yg mengajarkan jalan Arahat
2.karena term Hinayana dan Mahayana belum ada pada saat sang Buddha masih idup..

oleh sebab itu..

Diamond Sutra palsu..
Saya dari awal slalu mengatakan bhw saya bersandar langsung pada Sutra, bukan pada skolar. Jika teman2 slalu merujuk pada kata2 mereka bahwa mayoritas Mahayanis mengatakan A, berarti mewakili ucapan Mahayanis, maka saya tidak bisa berkata apa2 lagi. Dalam Mahaparinirvana Sutra , Buddha menganjurkan kita utk menjadikan 4 hal sebagai sandaran:
1. Bersandar pada dharma, jangan bersandar pada individu
2. Bersandar pada kearifan, jangan bersandar pada kesadaran
3. Bersandar pada makna [tersirat] , jangan bersandar pada kata-kata [harafiah]
4. Bersandar pada makna ultimit, jangan bersandar pada makna yang tidak ultimit.

Saya bersandar pada makna dharma, tidak bersandar pada individu (seperti pendapat para pakar Mahayana).
Mengapa saya katakan bahwa dalam Sutra Mahayana, kata2 Hinayana tidaklah slalu merujuk pada Jalan Arahat. Saya tegaskan kembali, tolong dibaca ulang pendapat saya sebelumnya, bahwa Theravada lebih merujuk pada Sravakayana. Bukan Hinayana, jadi tidak ada relevan jika mengatakan Hinayana bagian dari Theravada atau sebaliknya.
Salah satu bukti adalah setiap Pembukaan Sutra Mahayana, banyak sekali ditemukan apresiasi kepada para Arahat. Jadi mana mungkin menghina Arahat sementara masih memberi apresiasi pada Arahat. Jadi jangan slalu mencerna isi sutra secara gamblang. Sutta Pali pun butuh penjelasan, seperti Atthakattha. Jika tidak maka akan slalu salah interpretasi.

Jadi term Mahayana dan Hinayana sudah ada pada masa kehidupan Buddha, dan Hinayana tidak ada relevan dengan Jalan Arahat, Jalan Arahat pada masa kehidupan Buddha disebut Sravakayana.
Hinayana memang memilih jalur Arahat, tetapi mereka tidak berjalan pada jalur yang benar, maka disebut Hinayana. Ini bukan berarti Hinayana sama degnan Theravada, kecuali umat Theravada yang suka ugal2an, maka tentu saja kita baru boleh bilang Hinayana, tetapi hal ini berlaku juga utk uamt Mahayana, sama saja.
Saya merujuk pada Sutra, dan memang betul pendapat saya tidak sama dengan pakar Mahayana. Tapi saya konsisten saja, karena sandaran saya adalah Sutra. Bukan individu, jadi walaupun reputasi sekelas Dalai Lama juga tidak berarti kita harus mengikuti pendapat mereka.


chingik

Quote from: El Sol on 27 March 2008, 12:27:06 PM
[at] atas
jgn OOT please..-_-"

eniwei, Sutta palsu itu bisa dilihat dari make sense ato gk sutta tersebut..

liat ajah Diamond Sutra yg menghina Theravada(dan yg sejenisnya)...

apakah sutra seperti itu patut diikuti?

apakah pantas kita mengikuti dan menyutujui sutra yg menyuruh kita untuk menolak Buddha Dhamma versi Arahat?

apakah pantas kita mengikuti dan mengakui sutra yg mengatakan sang Buddha mengdiskreditkan jalan Arahat?

padahal..sang Buddha sendiri yg mengajarkan jalan arahat..dan sangat tidak make sense kalo Arahat dipanggil egois..karena seorang yg egois tidak akan bisa merealisasikan Nibbana..tul gk?

dan lagepula seseorang mencapai tingkat Arahat jelas sekali bukan hanya untuk dirinya sendiri..tapi untuk makhluk lain juga..

seperti seorang yg kotor..dan akhirnya setuju untuk mandi hingga wangi bersih..lalu megajarkan dan menyeru yg lain untuk mandi jg..itulah Arahat..

bgaimana dengan Boddhisatva? seperti seorang yg kotor yg tidak pernah mandi..tapi ingin mengajarkan dan menyeru orang lain untuk mandi...

sangat jelas banyak orang tertipu oleh cara marketing Mahayana...karena mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya seorang Arahat lebih banyak menolong makhluk lain untuk merealisasikan Nibbana..dibandingkan orang2 yg MENGAKU mengikuti jalan Boddhisatva..yg sebenarnya sangat jauh ato tidak pernah dekat secuilpun pada perealisasian Boddhisatva

Sekali lagi (padahal udah sering kali) saya jelaskan, Mahayana tidak pernah menghina Theravada. (Silahkan cari di Sutra). Orang picik saja yang slalu merasa curiga dan terhina.
Coba lihat dalam Sutta Pali, Apakah Buddha seorang penghina? Buktinya kaum Brahmana dihina habis2an. Ya..bisa aja kita menampik bahw Buddha tidak menghina melainkan meluruskan pandangan salah kaum Brahmana. Tetapi tetap saja ada kaum brahmana yg merasa terhina, ya kalo pikiran mereka picik dan saling curiga. Begitu juga halnya umat Theravada yang jika berpikir picik akan slalu curiga dan merasa dihina, padahal Theravadin ada juga yang arif dan tidak merasa demikian.

Jalan bodhisatva adalah jalan yang dipraktik oleh semua calon Buddha. Lebih aneh lagi jika Buddha hanya mengajar orang jalan Arahat, dan tidak mengajarkan jalan Bodhisatva, padahal Jalan itulah yang ditempuh oleh semua Buddha. 


nyanadhana

 _/\_ pembahasan seperti ini sepertinya harus disudahi sampai disini karena tidak membawa perkembangan batin lebih lanjut malah menaikkan dosa(amarah),lobha(keinginan untuk menyerang),moha(ketidaktahuan akan ajaran).
Mahayana bagi praktisi memiliki kualitas sama halnya Theravada yang menitikberatkan pada praktik meditasi. Bagi saya sendiri,setiap manusia punya jalan penembusan yang berbeda-beda dan mungkin hanya mereka yang belajar dhamma sedikit langusng berkobar-kobar untuk mengejek Hinayana.ini cuma pandangan yang salah paham saja sejak dulu kala.
Chingik dan El Sol, kalian punya jalan yang berbeda dalam pemahaman Buddhism,namun kalau tetap pada jalur sila,samadhi,dan panna.ini akan lebih bagus untuk perkembangan kalian.
saya juga terkadang tidak setuju dengan beberapa praktisi Mahayanist yang salah,atau juga Theravada yang menganggap Mahayana tidak ada ajarannya hanya nempel2.gitu deh,sebuah sisi yang ga bisa didamaikan dari dulu.jadi cukup sudahi saja.
Pahami buddhadhamma bukan soal aliran tapi perkembangan batin seseorang
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

#81
Kalau merujuk kepada Sutta, terutama dari Nikaya, Savaka meliputi semua murid Sang Buddha, termasuk Ariya Sangha, Sangha, dan Umat Awam. Di sini Bodhisatta termasuk Savaka, karena ada seorang Bodhisatta yang akan menjadi Metteya yang menjadi Bhikkhu Sangha. Savaka artinya murid, atau pendengar.

Istilah Savakayana itu dianggap mengalami pergeseran makna.

Istilah Hinayana dan Mahayana itu dianggap Theravada adalah tambahan belakangan.

Kelihatannya Chingkik tidak bisa menerima pandangan orang lain ya. Pendapat orang lain belum tentu sama dengan pendapat Chingik, pendapat saya belum tentu sama dengan orang lain.

Padahal kalau yang satu bisa menerima orang lain belum tentu punya pandangan yang sama...

Saya bisa menerima kenapa Chingik bisa berpandangan seperti sekarang, tapi belum tentu saya setuju sama Chingik.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

tesla

pandangan bro chingik berbeda dg mayoritas...  (tidak terbawa arus, salut...) :jempol:

tapi... jadi ga tepat (salah sasaran) jg menanyakan masalah Hinayana ini kepada sdr. chingik... mungkin kita harus menanyakan pada pakar Mahayana lain (Dalai Lama mungkin... :)) )
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

chingik

#83
 


Quote from: karuna_murti on 28 March 2008, 08:27:09 AM
Kalau merujuk kepada Sutta, terutama dari Nikaya, Savaka meliputi semua murid Sang Buddha, termasuk Ariya Sangha, Sangha, dan Umat Awam. Di sini Bodhisatta termasuk Savaka, karena ada seorang Bodhisatta yang akan menjadi Metteya yang menjadi Bhikkhu Sangha. Savaka artinya murid, atau pendengar.

Istilah Savakayana itu dianggap mengalami pergeseran makna.

Istilah Hinayana dan Mahayana itu dianggap Theravada adalah tambahan belakangan.
Ya konsep Savaka memang berbeda dalam Mahayana dan Theravada.
Tetapi dalam pemahaman Mahayana, Savaka tidaklah berkonotasi negatif seperti halnya Hinayana, dan tidak pernah sekalipun dalam Sutra menyebutkan Hinayana adalah Theravada. Theravada lebih tepat merujuk pada sravakayana. Sedangkan Hinayana bukan ditujukan pada aliran manapun, hanya perkembangan belakangan saja mempolitisasinya karena terjadinya perpercahan.   
Quote

Kelihatannya Chingkik tidak bisa menerima pandangan orang lain ya. Pendapat orang lain belum tentu sama dengan pendapat Chingik, pendapat saya belum tentu sama dengan orang lain.

Padahal kalau yang satu bisa menerima orang lain belum tentu punya pandangan yang sama...

Saya bisa menerima kenapa Chingik bisa berpandangan seperti sekarang, tapi belum tentu saya setuju sama Chingik.

Maaf , saya bukan tidak menerima pendapt orang lain. Jadi sementara ini, pendapat individu (walau mereka disebut pakar) tidak saya terima maupun tolak.  Tetapi saya masih perlu melakukan penyelidikan lanjutan. Bukankah ini adalah nasihat dalam Kalama Sutta?   :)


chingik

Quote from: nyanadhana on 28 March 2008, 08:04:37 AM
_/\_ pembahasan seperti ini sepertinya harus disudahi sampai disini karena tidak membawa perkembangan batin lebih lanjut malah menaikkan dosa(amarah),lobha(keinginan untuk menyerang),moha(ketidaktahuan akan ajaran).
Mahayana bagi praktisi memiliki kualitas sama halnya Theravada yang menitikberatkan pada praktik meditasi. Bagi saya sendiri,setiap manusia punya jalan penembusan yang berbeda-beda dan mungkin hanya mereka yang belajar dhamma sedikit langusng berkobar-kobar untuk mengejek Hinayana.ini cuma pandangan yang salah paham saja sejak dulu kala.
Chingik dan El Sol, kalian punya jalan yang berbeda dalam pemahaman Buddhism,namun kalau tetap pada jalur sila,samadhi,dan panna.ini akan lebih bagus untuk perkembangan kalian.
saya juga terkadang tidak setuju dengan beberapa praktisi Mahayanist yang salah,atau juga Theravada yang menganggap Mahayana tidak ada ajarannya hanya nempel2.gitu deh,sebuah sisi yang ga bisa didamaikan dari dulu.jadi cukup sudahi saja.
Pahami buddhadhamma bukan soal aliran tapi perkembangan batin seseorang

Nasihat yg sangat baik, semoga dapat tertanam dalam batin saya utk mengembangkan sila, samadhi dan panna. Trims.  ^:)^

nyanabhadra

Istilah Hinayana dan Mahayana


Istilah Hinayana (Theg-dman, Kendaraan Kecil) dan Mahayana (Theg-chen, Kendaraan Besar) muncul pertama kali dalam Sutra Prajnaparamita (Sher-phyin mdo, Sutra tentang kemampuan kesadaran yang sanggup menjangkau lebih dalam atas pemahanan terhadap perbedaan-perbedaan, Sutra tentang peyempurnaan kemahiran dalam pemahaman tepat) pada abad ke-2 pada zaman modern ini. Sutra ini merupakan naskah Mahayana yang muncul paling awal, istilah Hinayana dan Mahayana untuk menyatakan wawasan dan tingkat kedalaman ajaran yang lebih luas daripada aliran buddhis yang berkembang sebelumnya.

Walaupun dua istilah ini sarat dengan konotasi sektarian dan muncul secara ekslusif dalam naskah Mahayana, perlu diketahui bahwa sulit untuk menemukan istilah yang mumpuni untuk sebagai penggantinya. "Hinayana" menjadi istilah umum untuk 18 sekte buddhis, Theravada merupakan salah satu dari 18 sekte yang masih bisa ditemukan. "Mahayana" juga terdiri dari beberapa sekte. Ketika tradisi Indo-Tibetan mempelajari dan mendiskusikan sistem filsafat Hinayana, yang mereka maksud adalah Vaibhashika dan Sautrantika, yang mana Sarvastivada merupakan salah satu dari 18 sekte tersebut. Berhubungan dengan beberapa aliran Hinayana muncul belakangan setelah Mahayana, jadi kita tidak bisa menyebut "Ajaran Buddha awal" Hinayana atau "Ajaran Buddha orisinal" dan "Ajaran Buddha belakangan" Mahayana.

Theravada bisa ditemukan di Sri Lanka dan Asia Tenggara. Dharmagupta merupakan salah satu dari 18 sekte Hinayana, yang menyebar di Asia sentral dan China. Tradisi monastik China mengiktui aturan disiplin (Skt. Vinaya) versi Dharmagupta. Mahayana pernah menyebar ke Indonesia, walaupun saat ini sudah tidak ada lagi. Menyebut Hinayana dengan istilah "Ajaran Buddha Selatan" dan Mahayana "Ajaran  Buddha Utara" juga kurang memadai.

Hinayana dan Mahayana merupakan jalur secara umum untuk shravaka (mereka yang mendengar ajaran Buddha) dan pratyekabuddhas (realisasi diri) untuk mencapai keadaan murni arhat (makhluk yang telah bebas), dan bodhistwa menuju pencerahan sempurna Buddha. Dengan demikian, cukup membinggungkan kalau menyebut Hinayana "Shravakayana" dan Mahayana "Bodhisatwayana".

Sebagai konsekuensinya, walaupun praktisi Theravada merasakan bahwa istilah Hinayana dan Mahayana memberikan kesan ofensif, kita perlu membatasi penggunaan istilah itu hanya untuk kejelasan klasifikasi atas aliran dalam ajaran Buddha, walaupun kita dihadapkan pada ketidak-tepatan istilah yang dipaparkan di atas secara politis, namun istilah itu lebih tepat apa adanya.

bow and respect,

El Sol

 [at] atas
Bhante,tidakkah Bhante merasakan keganjilan jika sang Buddha memojokkan Hinayana dalam Diamond Sutra? Bukankah pada zaman sang Buddha hanya ada 1 aliran? Dan sang Buddha sendiri yg mengajarkan jalan kearahatan,mengapa beliau malah merendahkannya?

nyanadhana

 :)) sebeanrnya jgn terbawa pada isu Hinayana yang tertulis pada sutra,bisa saja itu tambahan dari beberapa org toh sutra bukan tulisan tangan Sang buddha kan,jgn terprovokasi aja atau paling bagus,kalo menurut bro El Sol ga sesuai,jgn dibaca,bacalak sutra2 yang menurut Bro El Sol membawa perkembangan batin diri sendiri.
Kalo terprovokasi,berarti yang mengajak provokasi itu sukses.so biarin aja
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

El Sol

 [at] atas
hanya bertanya sahaja...~~

curiosity beats eperyting...

nyanadhana

 :)) curiosity kills the cat,hohohohoho,kalo curious,aye bisa share tripitakanya.huehehheh biar bro El Sol pelajari Triptaka Mandarin ampe hoeks hoeks hahahhaha.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.