News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Legenda atau asli

Started by fabian c, 08 August 2010, 12:23:49 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:36:16 AM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 12:36:03 PM
[spoiler]
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 12:23:49 PM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 08:28:42 AM
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 08:10:52 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 09:10:15 PM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:34:35 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 11:15:10 AM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:05:24 AM
Quote from: Indra on 06 August 2010, 03:32:09 PM
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

_/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

_/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.

_/\_



ko Fabian yang baik,

di sutta itu hanyalah menggambarkan tanda2 kelahiran Boddhisatva, bukan menceritakan kelahiran Sidharta Gautama, sama seperti dalam Digha Nikaya 14 yang menceritakan Buddha Vipassi, mungkin apabila disebutkan semua bodhisatva ketika dilahirkan berjalan tujuh langkah termasuk pangeran Sidharta aye tidak tahu, kalau boleh minta apa ada sutta yang menceritakan riwayat pangeran Sidharta yang mengenai itu tolong dong kasih link nya thanks. BTW ini OOT kalau mau lanjut mungkin harus bikin thread baru, eh ada kok threadnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7167.msg138394.html#msg138394
;D

Bro Ryu yang baik,

Setahu saya setiap Bodhisatta pada kelahirannya yang terakhir memang akan selalu terlahir dalam keadaan-keadaan yang selalu demikian, umpamanya disertai 32 keajaiban, usia ibunya singkat dsbnya.
Pada prinsipnya saya tak mau men-judge isi Tipitaka.
Karena saya tak ada disana pada waktu itu. Entah kalau para scholar menganggap mereka tahu kejadian yang sebenarnya.

_/\_
[/spoiler]
mat fabian yang baik :
bukankah justru para scholar/yang membuat cerita gotama ketika lahir langsung berjalan 7 langkah yang diambil kesimpulan dari cerita kelahiran semua bodhisatta harus begitu, sedangkan sumber asli dari tipitaka sendiri tidak ada yang mengatakan ketika gottama lahir langsung berjalan tujuh langkah, saya coba cari cerita ratu maha maya tidak ada, boleh tahu ga link sutta nya :)
Intermezzo Ko Fab & Cek Ryu..

ADA. Memang ada sumber asli Tipitaka yang menyatakan ketika lahir bodhisatta yang masih bayi berjalan tujuh langkah. Ada di Majjhima Nikaya 123: Acchariyabbhuta-dhamma Sutta (Sutta tentang mukjizat)

Sebelumnya saya DULU pernah meragukan juga dari sisi rasionalitas & berpendapat mungkin mukjizat kelahiran bodhisatta hanya penambahan belakangan. Hingga saya menemukan memang ada sutta yang memuat hal tersebut. Setidaknya ini mematahkan keraguan semula saya, meski dari sisi rasionalitas mungkin masih terasa sedikit aneh, tapi malah hal ini memicu saya untuk ehipassiko sendiri. :P

Sedikit telat.. Thanks Bang Kumis yang udah mereply saya 1,5 tahun lalu sehingga saya kemudian mengambil asas praduga tak bersalah atas cerita2 buddhisme yang belum terbukti kebenarannya.

_/\_
intermezo juga lagi :D
di sutta itu hanya menerangkan keluarbiasaan kelahiran bodhisatta, bukan menerangkan cerita kelahiran siddharta, sama seperti dalam sutta digha 14.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

pannadevi

Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:11:31 AM
Quote from: andry on 08 August 2010, 01:05:22 PM
Quote from: pannadevi on 08 August 2010, 12:48:19 PM
sorry OOT mohon ijin ya TS....

bro Indra n bro Ryu yg baik,
saya jadi merasa bersalah....gara2 saya sekarang bro Fabian jadi bahan ejekan "mat fabian"....haduhhh....please dehhh....

ok bro Fabian yg baik,
saya minta maaf gara2 sy tetap memanggil anda Romo di forum ternyata berkembang jadi bahan ejekan....saya tidak ada niat buruk sedikitpun, bahkan sy merasa bahagia anda dlu juga ikut berjuang dlm sejarah vihara Dhammacakka.....sekali lagi maaf ya bro....saya tidak tahu akan jadi bahan ejekan ternyata....saya menyesal....

mettacittena,


wah, anda terlalu sensitive sam
Beliau hanya terlalu sam-sitive ^-^

istilah baru...... ;D  ;D  ;D
hehehe...

fabian c

Quote from: ryu on 09 August 2010, 06:36:43 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:36:16 AM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 12:36:03 PM
[spoiler]
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 12:23:49 PM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 08:28:42 AM
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 08:10:52 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 09:10:15 PM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:34:35 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 11:15:10 AM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:05:24 AM
Quote from: Indra on 06 August 2010, 03:32:09 PM
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

_/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

_/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.

_/\_



ko Fabian yang baik,

di sutta itu hanyalah menggambarkan tanda2 kelahiran Boddhisatva, bukan menceritakan kelahiran Sidharta Gautama, sama seperti dalam Digha Nikaya 14 yang menceritakan Buddha Vipassi, mungkin apabila disebutkan semua bodhisatva ketika dilahirkan berjalan tujuh langkah termasuk pangeran Sidharta aye tidak tahu, kalau boleh minta apa ada sutta yang menceritakan riwayat pangeran Sidharta yang mengenai itu tolong dong kasih link nya thanks. BTW ini OOT kalau mau lanjut mungkin harus bikin thread baru, eh ada kok threadnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7167.msg138394.html#msg138394
;D

Bro Ryu yang baik,

Setahu saya setiap Bodhisatta pada kelahirannya yang terakhir memang akan selalu terlahir dalam keadaan-keadaan yang selalu demikian, umpamanya disertai 32 keajaiban, usia ibunya singkat dsbnya.
Pada prinsipnya saya tak mau men-judge isi Tipitaka.
Karena saya tak ada disana pada waktu itu. Entah kalau para scholar menganggap mereka tahu kejadian yang sebenarnya.

_/\_
[/spoiler]
mat fabian yang baik :
bukankah justru para scholar/yang membuat cerita gotama ketika lahir langsung berjalan 7 langkah yang diambil kesimpulan dari cerita kelahiran semua bodhisatta harus begitu, sedangkan sumber asli dari tipitaka sendiri tidak ada yang mengatakan ketika gottama lahir langsung berjalan tujuh langkah, saya coba cari cerita ratu maha maya tidak ada, boleh tahu ga link sutta nya :)
Intermezzo Ko Fab & Cek Ryu..

ADA. Memang ada sumber asli Tipitaka yang menyatakan ketika lahir bodhisatta yang masih bayi berjalan tujuh langkah. Ada di Majjhima Nikaya 123: Acchariyabbhuta-dhamma Sutta (Sutta tentang mukjizat)

Sebelumnya saya DULU pernah meragukan juga dari sisi rasionalitas & berpendapat mungkin mukjizat kelahiran bodhisatta hanya penambahan belakangan. Hingga saya menemukan memang ada sutta yang memuat hal tersebut. Setidaknya ini mematahkan keraguan semula saya, meski dari sisi rasionalitas mungkin masih terasa sedikit aneh, tapi malah hal ini memicu saya untuk ehipassiko sendiri. :P

Sedikit telat.. Thanks Bang Kumis yang udah mereply saya 1,5 tahun lalu sehingga saya kemudian mengambil asas praduga tak bersalah atas cerita2 buddhisme yang belum terbukti kebenarannya.

_/\_
intermezo juga lagi :D
di sutta itu hanya menerangkan keluarbiasaan kelahiran bodhisatta, bukan menerangkan cerita kelahiran siddharta, sama seperti dalam sutta digha 14.

Bro Ryu yang baik,

Memang seringkali demikian cara Sang Buddha menggambarkan keadaan Beliau yang lampau ketika masih menjadi Bodhisatta.
Dalam Jataka juga demikian, yang dimaksudkan di Jataka bukan orang lain, tapi Beliau.
Di Achariyabhuta sutta tidak dijelaskan Bodhisatta yang mana, itu bisa berarti Beliau sendiri, atau Beliau dan juga para Bodhisatta yang lain, yang jelas Sutta itu tak mungkin menceritakan hanya Bodhisatta yang lain tapi bukan Beliau.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

pannadevi

saya juga sependapat dengan bro Jerry, sebenarnya dalam hati saya juga menyimpan segudang pertanyaan, ini pas ada tema nya....karena cerita ini seperti sebuah dongeng......bahkan TS nya wkt ngajar di kelas sempat sy tanyain masalah ini juga, krn bagaimanapun seorang bayi dlm perut pasti dibalut dengan berbagai macam cairan, sehingga lahirpun pasti tdk dalam keadaan bersih, pasti banyak darah dan cairan yg menempel, tetapi TS memberikan alibi yg menyakinkan bahwa kelahiran Bodhisattva yg menangani adalah dewa, bukan manusia, dimandikan air panas dan dingin sekaligus yg langsung keluar dari langit, sehingga beda dengan kelahiran normal yg ditolong manusia. lagipula ditambah beliau Bodhisattva jadi sudah pasti beda dg orang normal. sehingga sy dapat menerima penjelasan TS yg diberikan di class. jadi kita sama bro, selama ini saya menganggap ini spt karya dongeng, tp ternyata nyata....

pannadevi

#19
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:04:31 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 06:36:43 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:36:16 AM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 12:36:03 PM
[spoiler]
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 12:23:49 PM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 08:28:42 AM
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 08:10:52 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 09:10:15 PM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:34:35 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 11:15:10 AM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:05:24 AM
Quote from: Indra on 06 August 2010, 03:32:09 PM
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

_/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

_/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.

_/\_



ko Fabian yang baik,

di sutta itu hanyalah menggambarkan tanda2 kelahiran Boddhisatva, bukan menceritakan kelahiran Sidharta Gautama, sama seperti dalam Digha Nikaya 14 yang menceritakan Buddha Vipassi, mungkin apabila disebutkan semua bodhisatva ketika dilahirkan berjalan tujuh langkah termasuk pangeran Sidharta aye tidak tahu, kalau boleh minta apa ada sutta yang menceritakan riwayat pangeran Sidharta yang mengenai itu tolong dong kasih link nya thanks. BTW ini OOT kalau mau lanjut mungkin harus bikin thread baru, eh ada kok threadnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7167.msg138394.html#msg138394
;D

Bro Ryu yang baik,

Setahu saya setiap Bodhisatta pada kelahirannya yang terakhir memang akan selalu terlahir dalam keadaan-keadaan yang selalu demikian, umpamanya disertai 32 keajaiban, usia ibunya singkat dsbnya.
Pada prinsipnya saya tak mau men-judge isi Tipitaka.
Karena saya tak ada disana pada waktu itu. Entah kalau para scholar menganggap mereka tahu kejadian yang sebenarnya.

_/\_
[/spoiler]
mat fabian yang baik :
bukankah justru para scholar/yang membuat cerita gotama ketika lahir langsung berjalan 7 langkah yang diambil kesimpulan dari cerita kelahiran semua bodhisatta harus begitu, sedangkan sumber asli dari tipitaka sendiri tidak ada yang mengatakan ketika gottama lahir langsung berjalan tujuh langkah, saya coba cari cerita ratu maha maya tidak ada, boleh tahu ga link sutta nya :)
Intermezzo Ko Fab & Cek Ryu..

ADA. Memang ada sumber asli Tipitaka yang menyatakan ketika lahir bodhisatta yang masih bayi berjalan tujuh langkah. Ada di Majjhima Nikaya 123: Acchariyabbhuta-dhamma Sutta (Sutta tentang mukjizat)

Sebelumnya saya DULU pernah meragukan juga dari sisi rasionalitas & berpendapat mungkin mukjizat kelahiran bodhisatta hanya penambahan belakangan. Hingga saya menemukan memang ada sutta yang memuat hal tersebut. Setidaknya ini mematahkan keraguan semula saya, meski dari sisi rasionalitas mungkin masih terasa sedikit aneh, tapi malah hal ini memicu saya untuk ehipassiko sendiri. :P

Sedikit telat.. Thanks Bang Kumis yang udah mereply saya 1,5 tahun lalu sehingga saya kemudian mengambil asas praduga tak bersalah atas cerita2 buddhisme yang belum terbukti kebenarannya.

_/\_
intermezo juga lagi :D
di sutta itu hanya menerangkan keluarbiasaan kelahiran bodhisatta, bukan menerangkan cerita kelahiran siddharta, sama seperti dalam sutta digha 14.

Bro Ryu yang baik,

Memang seringkali demikian cara Sang Buddha menggambarkan keadaan Beliau yang lampau ketika masih menjadi Bodhisatta.
Dalam Jataka juga demikian, yang dimaksudkan di Jataka bukan orang lain, tapi Beliau.
Di Achariyabhuta sutta tidak dijelaskan Bodhisatta yang mana, itu bisa berarti Beliau sendiri, atau Beliau dan juga para Bodhisatta yang lain, yang jelas Sutta itu tak mungkin menceritakan hanya Bodhisatta yang lain tapi bukan Beliau.

_/\_

bro Fabian yg baik,
pls tolong dijelaskan yg bertanda bold, kok sy kurang mengerti maksudnya...kayaknya anda juga sama dengan saya, kurang mempercayai kisah kelahiran beliau....tapi saya sekarang udah percaya, karena kalau ditangani dewa sudah pasti BEDA, tidak bisa sama dg kelahiran normal....

mettacittena,

ryu

Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:04:31 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 06:36:43 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:36:16 AM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 12:36:03 PM
[spoiler]
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 12:23:49 PM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 08:28:42 AM
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 08:10:52 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 09:10:15 PM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:34:35 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 11:15:10 AM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:05:24 AM
Quote from: Indra on 06 August 2010, 03:32:09 PM
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

_/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

_/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.

_/\_



ko Fabian yang baik,

di sutta itu hanyalah menggambarkan tanda2 kelahiran Boddhisatva, bukan menceritakan kelahiran Sidharta Gautama, sama seperti dalam Digha Nikaya 14 yang menceritakan Buddha Vipassi, mungkin apabila disebutkan semua bodhisatva ketika dilahirkan berjalan tujuh langkah termasuk pangeran Sidharta aye tidak tahu, kalau boleh minta apa ada sutta yang menceritakan riwayat pangeran Sidharta yang mengenai itu tolong dong kasih link nya thanks. BTW ini OOT kalau mau lanjut mungkin harus bikin thread baru, eh ada kok threadnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7167.msg138394.html#msg138394
;D

Bro Ryu yang baik,

Setahu saya setiap Bodhisatta pada kelahirannya yang terakhir memang akan selalu terlahir dalam keadaan-keadaan yang selalu demikian, umpamanya disertai 32 keajaiban, usia ibunya singkat dsbnya.
Pada prinsipnya saya tak mau men-judge isi Tipitaka.
Karena saya tak ada disana pada waktu itu. Entah kalau para scholar menganggap mereka tahu kejadian yang sebenarnya.

_/\_
[/spoiler]
mat fabian yang baik :
bukankah justru para scholar/yang membuat cerita gotama ketika lahir langsung berjalan 7 langkah yang diambil kesimpulan dari cerita kelahiran semua bodhisatta harus begitu, sedangkan sumber asli dari tipitaka sendiri tidak ada yang mengatakan ketika gottama lahir langsung berjalan tujuh langkah, saya coba cari cerita ratu maha maya tidak ada, boleh tahu ga link sutta nya :)
Intermezzo Ko Fab & Cek Ryu..

ADA. Memang ada sumber asli Tipitaka yang menyatakan ketika lahir bodhisatta yang masih bayi berjalan tujuh langkah. Ada di Majjhima Nikaya 123: Acchariyabbhuta-dhamma Sutta (Sutta tentang mukjizat)

Sebelumnya saya DULU pernah meragukan juga dari sisi rasionalitas & berpendapat mungkin mukjizat kelahiran bodhisatta hanya penambahan belakangan. Hingga saya menemukan memang ada sutta yang memuat hal tersebut. Setidaknya ini mematahkan keraguan semula saya, meski dari sisi rasionalitas mungkin masih terasa sedikit aneh, tapi malah hal ini memicu saya untuk ehipassiko sendiri. :P

Sedikit telat.. Thanks Bang Kumis yang udah mereply saya 1,5 tahun lalu sehingga saya kemudian mengambil asas praduga tak bersalah atas cerita2 buddhisme yang belum terbukti kebenarannya.

_/\_
intermezo juga lagi :D
di sutta itu hanya menerangkan keluarbiasaan kelahiran bodhisatta, bukan menerangkan cerita kelahiran siddharta, sama seperti dalam sutta digha 14.

Bro Ryu yang baik,

Memang seringkali demikian cara Sang Buddha menggambarkan keadaan Beliau yang lampau ketika masih menjadi Bodhisatta.
Dalam Jataka juga demikian, yang dimaksudkan di Jataka bukan orang lain, tapi Beliau.
Di Achariyabhuta sutta tidak dijelaskan Bodhisatta yang mana, itu bisa berarti Beliau sendiri, atau Beliau dan juga para Bodhisatta yang lain, yang jelas Sutta itu tak mungkin menceritakan hanya Bodhisatta yang lain tapi bukan Beliau.

_/\_
di sutta itu sepertinya pengulangan khotbah Buddha dalam digha 14, yang di katakan lagi oleh ananda.

Jadi kalo pake logika Deva19 :

semua boddhisatta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

Sidharta seorang boddhisatta

maka sidharta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

begitu mat Fabian? ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

fabian c

#21
Quote from: pannadevi on 09 August 2010, 07:12:52 AM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:04:31 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 06:36:43 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:36:16 AM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 12:36:03 PM
[spoiler]
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 12:23:49 PM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 08:28:42 AM
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 08:10:52 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 09:10:15 PM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:34:35 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 11:15:10 AM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:05:24 AM
Quote from: Indra on 06 August 2010, 03:32:09 PM
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

_/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

_/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.

_/\_



ko Fabian yang baik,

di sutta itu hanyalah menggambarkan tanda2 kelahiran Boddhisatva, bukan menceritakan kelahiran Sidharta Gautama, sama seperti dalam Digha Nikaya 14 yang menceritakan Buddha Vipassi, mungkin apabila disebutkan semua bodhisatva ketika dilahirkan berjalan tujuh langkah termasuk pangeran Sidharta aye tidak tahu, kalau boleh minta apa ada sutta yang menceritakan riwayat pangeran Sidharta yang mengenai itu tolong dong kasih link nya thanks. BTW ini OOT kalau mau lanjut mungkin harus bikin thread baru, eh ada kok threadnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7167.msg138394.html#msg138394
;D

Bro Ryu yang baik,

Setahu saya setiap Bodhisatta pada kelahirannya yang terakhir memang akan selalu terlahir dalam keadaan-keadaan yang selalu demikian, umpamanya disertai 32 keajaiban, usia ibunya singkat dsbnya.
Pada prinsipnya saya tak mau men-judge isi Tipitaka.
Karena saya tak ada disana pada waktu itu. Entah kalau para scholar menganggap mereka tahu kejadian yang sebenarnya.

_/\_
[/spoiler]
mat fabian yang baik :
bukankah justru para scholar/yang membuat cerita gotama ketika lahir langsung berjalan 7 langkah yang diambil kesimpulan dari cerita kelahiran semua bodhisatta harus begitu, sedangkan sumber asli dari tipitaka sendiri tidak ada yang mengatakan ketika gottama lahir langsung berjalan tujuh langkah, saya coba cari cerita ratu maha maya tidak ada, boleh tahu ga link sutta nya :)
Intermezzo Ko Fab & Cek Ryu..

ADA. Memang ada sumber asli Tipitaka yang menyatakan ketika lahir bodhisatta yang masih bayi berjalan tujuh langkah. Ada di Majjhima Nikaya 123: Acchariyabbhuta-dhamma Sutta (Sutta tentang mukjizat)

Sebelumnya saya DULU pernah meragukan juga dari sisi rasionalitas & berpendapat mungkin mukjizat kelahiran bodhisatta hanya penambahan belakangan. Hingga saya menemukan memang ada sutta yang memuat hal tersebut. Setidaknya ini mematahkan keraguan semula saya, meski dari sisi rasionalitas mungkin masih terasa sedikit aneh, tapi malah hal ini memicu saya untuk ehipassiko sendiri. :P

Sedikit telat.. Thanks Bang Kumis yang udah mereply saya 1,5 tahun lalu sehingga saya kemudian mengambil asas praduga tak bersalah atas cerita2 buddhisme yang belum terbukti kebenarannya.

_/\_
intermezo juga lagi :D
di sutta itu hanya menerangkan keluarbiasaan kelahiran bodhisatta, bukan menerangkan cerita kelahiran siddharta, sama seperti dalam sutta digha 14.

Bro Ryu yang baik,

Memang seringkali demikian cara Sang Buddha menggambarkan keadaan Beliau yang lampau ketika masih menjadi Bodhisatta.
Dalam Jataka juga demikian, yang dimaksudkan di Jataka bukan orang lain, tapi Beliau.
Di Achariyabhuta sutta tidak dijelaskan Bodhisatta yang mana, itu bisa berarti Beliau sendiri, atau Beliau dan juga para Bodhisatta yang lain, yang jelas Sutta itu tak mungkin menceritakan hanya Bodhisatta yang lain tapi bukan Beliau.

_/\_

bro Fabian yg baik,
pls tolong dijelaskan yg bertanda bold, kok sy kurang mengerti maksudnya...kayaknya anda juga sama dengan saya, kurang mempercayai kisah kelahiran beliau....tapi saya sekarang udah percaya, karena kalau ditangani dewa sudah pasti BEDA, tidak bisa sama dg kelahiran normal....

mettacittena,

Samaneri yang saya hormati,
Maksudnya Sutta ini menceritakan Beliau ketika masih menjadi Bodhisatta, atau Beliau dan juga Bodhisatta-Bodhisatta yang lain, sesuai dengan Dhammata (dalam versi Dhammacitta diterjemahkan: sesuai dengan peraturan) maksudnya adalah susuai dengan hukum alam. Peristiwa semacam itu selalu terjadi mengiringi kisah kelahiran terakhir setiap Bodhisatta yang akan menjadi Buddha.

Sebagai contoh, ketiga Buddha terdahulu sebelum Sang Buddha Gotama, selalu mencapai Penerangan Sempurna tepat di tempat yang sama, hanya pohonnya yang berbeda. Ini sesuai dengan Dhammata, karena dijelaskan di Jataka, hanya tempat itu di bumi yang mampu menahan pencapaian seorang Buddha.

Mettacittena,
fabian
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

Quote from: ryu on 09 August 2010, 07:20:35 AM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:04:31 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 06:36:43 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:36:16 AM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 12:36:03 PM
[spoiler]
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 12:23:49 PM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 08:28:42 AM
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 08:10:52 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 09:10:15 PM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:34:35 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 11:15:10 AM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:05:24 AM
Quote from: Indra on 06 August 2010, 03:32:09 PM
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

_/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

_/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.

_/\_



ko Fabian yang baik,

di sutta itu hanyalah menggambarkan tanda2 kelahiran Boddhisatva, bukan menceritakan kelahiran Sidharta Gautama, sama seperti dalam Digha Nikaya 14 yang menceritakan Buddha Vipassi, mungkin apabila disebutkan semua bodhisatva ketika dilahirkan berjalan tujuh langkah termasuk pangeran Sidharta aye tidak tahu, kalau boleh minta apa ada sutta yang menceritakan riwayat pangeran Sidharta yang mengenai itu tolong dong kasih link nya thanks. BTW ini OOT kalau mau lanjut mungkin harus bikin thread baru, eh ada kok threadnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7167.msg138394.html#msg138394
;D

Bro Ryu yang baik,

Setahu saya setiap Bodhisatta pada kelahirannya yang terakhir memang akan selalu terlahir dalam keadaan-keadaan yang selalu demikian, umpamanya disertai 32 keajaiban, usia ibunya singkat dsbnya.
Pada prinsipnya saya tak mau men-judge isi Tipitaka.
Karena saya tak ada disana pada waktu itu. Entah kalau para scholar menganggap mereka tahu kejadian yang sebenarnya.

_/\_
[/spoiler]
mat fabian yang baik :
bukankah justru para scholar/yang membuat cerita gotama ketika lahir langsung berjalan 7 langkah yang diambil kesimpulan dari cerita kelahiran semua bodhisatta harus begitu, sedangkan sumber asli dari tipitaka sendiri tidak ada yang mengatakan ketika gottama lahir langsung berjalan tujuh langkah, saya coba cari cerita ratu maha maya tidak ada, boleh tahu ga link sutta nya :)
Intermezzo Ko Fab & Cek Ryu..

ADA. Memang ada sumber asli Tipitaka yang menyatakan ketika lahir bodhisatta yang masih bayi berjalan tujuh langkah. Ada di Majjhima Nikaya 123: Acchariyabbhuta-dhamma Sutta (Sutta tentang mukjizat)

Sebelumnya saya DULU pernah meragukan juga dari sisi rasionalitas & berpendapat mungkin mukjizat kelahiran bodhisatta hanya penambahan belakangan. Hingga saya menemukan memang ada sutta yang memuat hal tersebut. Setidaknya ini mematahkan keraguan semula saya, meski dari sisi rasionalitas mungkin masih terasa sedikit aneh, tapi malah hal ini memicu saya untuk ehipassiko sendiri. :P

Sedikit telat.. Thanks Bang Kumis yang udah mereply saya 1,5 tahun lalu sehingga saya kemudian mengambil asas praduga tak bersalah atas cerita2 buddhisme yang belum terbukti kebenarannya.

_/\_
intermezo juga lagi :D
di sutta itu hanya menerangkan keluarbiasaan kelahiran bodhisatta, bukan menerangkan cerita kelahiran siddharta, sama seperti dalam sutta digha 14.

Bro Ryu yang baik,

Memang seringkali demikian cara Sang Buddha menggambarkan keadaan Beliau yang lampau ketika masih menjadi Bodhisatta.
Dalam Jataka juga demikian, yang dimaksudkan di Jataka bukan orang lain, tapi Beliau.
Di Achariyabhuta sutta tidak dijelaskan Bodhisatta yang mana, itu bisa berarti Beliau sendiri, atau Beliau dan juga para Bodhisatta yang lain, yang jelas Sutta itu tak mungkin menceritakan hanya Bodhisatta yang lain tapi bukan Beliau.

_/\_
di sutta itu sepertinya pengulangan khotbah Buddha dalam digha 14, yang di katakan lagi oleh ananda.

Jadi kalo pake logika Deva19 :

semua boddhisatta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

Sidharta seorang boddhisatta

maka sidharta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

begitu mat Fabian? ;D

Bro Ryu yang baik,
Untuk mengerti isi sebuah Sutta kadang kita memerlukan Sutta yang lain, kadang bahkan memerlukan sebuah penjelasan (atthakata).
Pendapat para scholar yang tidak memiliki pengetahuan menyeluruh, kadang menafsirkan Sutta atau bagian-bagian lain dalam Tipitaka semaunya, dan ini sudah berlangsung berabad-abad. Oleh karena itu sengaja jauh-jauh Achariya Buddhagosa menempuh  perjalanan ribuan mil ke Srilangka untuk mengembalikan komentar Tipitaka dari bahasa Sinhala kembali ke bahasa Pali, untuk mencegah kesimpang-siuran penafsiran.

Tapi dengan adanya Tipitaka Atthakata yang menjadi pegangan, masih saja ada orang-orang yang menafsirkan semaunya, bisa dibayangkan bila Achariya Buddhaghosa tidak ke Srilangka untuk mengembalikan Atthakata kembali ke bahasa Pali.

Pada prinsipnya bila saya belum membaca seluruh Tipitaka beserta seluruh Atthakatanya, saya tak akan men-judge Tipitaka semaunya seperti mereka.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

sukuhong

Quote from: morpheus on 06 August 2010, 12:48:12 PM
setuju dengan bhante mettanando...


maaf saya berlawanan dengan bang Mor
kamsia

Indra

Seorang Bodhisatta pada kelahiran terakhirnya bukanlah seorang manusia biasa seperti yang sering kali dikatakan orang-orang, melainkan seorang manusia luar biasa ini terbukti dari 32 ciri-ciri superhuman yang terdapat pada dirinya.

ryu

Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:47:02 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 07:20:35 AM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:04:31 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 06:36:43 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:36:16 AM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 12:36:03 PM
[spoiler]
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 12:23:49 PM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 08:28:42 AM
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 08:10:52 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 09:10:15 PM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:34:35 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 11:15:10 AM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:05:24 AM
Quote from: Indra on 06 August 2010, 03:32:09 PM
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

_/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

_/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.

_/\_



ko Fabian yang baik,

di sutta itu hanyalah menggambarkan tanda2 kelahiran Boddhisatva, bukan menceritakan kelahiran Sidharta Gautama, sama seperti dalam Digha Nikaya 14 yang menceritakan Buddha Vipassi, mungkin apabila disebutkan semua bodhisatva ketika dilahirkan berjalan tujuh langkah termasuk pangeran Sidharta aye tidak tahu, kalau boleh minta apa ada sutta yang menceritakan riwayat pangeran Sidharta yang mengenai itu tolong dong kasih link nya thanks. BTW ini OOT kalau mau lanjut mungkin harus bikin thread baru, eh ada kok threadnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7167.msg138394.html#msg138394
;D

Bro Ryu yang baik,

Setahu saya setiap Bodhisatta pada kelahirannya yang terakhir memang akan selalu terlahir dalam keadaan-keadaan yang selalu demikian, umpamanya disertai 32 keajaiban, usia ibunya singkat dsbnya.
Pada prinsipnya saya tak mau men-judge isi Tipitaka.
Karena saya tak ada disana pada waktu itu. Entah kalau para scholar menganggap mereka tahu kejadian yang sebenarnya.

_/\_
[/spoiler]
mat fabian yang baik :
bukankah justru para scholar/yang membuat cerita gotama ketika lahir langsung berjalan 7 langkah yang diambil kesimpulan dari cerita kelahiran semua bodhisatta harus begitu, sedangkan sumber asli dari tipitaka sendiri tidak ada yang mengatakan ketika gottama lahir langsung berjalan tujuh langkah, saya coba cari cerita ratu maha maya tidak ada, boleh tahu ga link sutta nya :)
Intermezzo Ko Fab & Cek Ryu..

ADA. Memang ada sumber asli Tipitaka yang menyatakan ketika lahir bodhisatta yang masih bayi berjalan tujuh langkah. Ada di Majjhima Nikaya 123: Acchariyabbhuta-dhamma Sutta (Sutta tentang mukjizat)

Sebelumnya saya DULU pernah meragukan juga dari sisi rasionalitas & berpendapat mungkin mukjizat kelahiran bodhisatta hanya penambahan belakangan. Hingga saya menemukan memang ada sutta yang memuat hal tersebut. Setidaknya ini mematahkan keraguan semula saya, meski dari sisi rasionalitas mungkin masih terasa sedikit aneh, tapi malah hal ini memicu saya untuk ehipassiko sendiri. :P

Sedikit telat.. Thanks Bang Kumis yang udah mereply saya 1,5 tahun lalu sehingga saya kemudian mengambil asas praduga tak bersalah atas cerita2 buddhisme yang belum terbukti kebenarannya.

_/\_
intermezo juga lagi :D
di sutta itu hanya menerangkan keluarbiasaan kelahiran bodhisatta, bukan menerangkan cerita kelahiran siddharta, sama seperti dalam sutta digha 14.

Bro Ryu yang baik,

Memang seringkali demikian cara Sang Buddha menggambarkan keadaan Beliau yang lampau ketika masih menjadi Bodhisatta.
Dalam Jataka juga demikian, yang dimaksudkan di Jataka bukan orang lain, tapi Beliau.
Di Achariyabhuta sutta tidak dijelaskan Bodhisatta yang mana, itu bisa berarti Beliau sendiri, atau Beliau dan juga para Bodhisatta yang lain, yang jelas Sutta itu tak mungkin menceritakan hanya Bodhisatta yang lain tapi bukan Beliau.

_/\_
di sutta itu sepertinya pengulangan khotbah Buddha dalam digha 14, yang di katakan lagi oleh ananda.

Jadi kalo pake logika Deva19 :

semua boddhisatta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

Sidharta seorang boddhisatta

maka sidharta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

begitu mat Fabian? ;D

Bro Ryu yang baik,
Untuk mengerti isi sebuah Sutta kadang kita memerlukan Sutta yang lain, kadang bahkan memerlukan sebuah penjelasan (atthakata).
Pendapat para scholar yang tidak memiliki pengetahuan menyeluruh, kadang menafsirkan Sutta atau bagian-bagian lain dalam Tipitaka semaunya, dan ini sudah berlangsung berabad-abad. Oleh karena itu sengaja jauh-jauh Achariya Buddhagosa menempuh  perjalanan ribuan mil ke Srilangka untuk mengembalikan komentar Tipitaka dari bahasa Sinhala kembali ke bahasa Pali, untuk mencegah kesimpang-siuran penafsiran.

Tapi dengan adanya Tipitaka Atthakata yang menjadi pegangan, masih saja ada orang-orang yang menafsirkan semaunya, bisa dibayangkan bila Achariya Buddhaghosa tidak ke Srilangka untuk mengembalikan Atthakata kembali ke bahasa Pali.

Pada prinsipnya bila saya belum membaca seluruh Tipitaka beserta seluruh Atthakatanya, saya tak akan men-judge Tipitaka semaunya seperti mereka.

_/\_
mat Fabian yang baik,
kalau yang bikin footnote dalam sutta itu siapa ya?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:32:32 AM
sesuai dengan Dhammata (dalam versi Dhammacitta diterjemahkan: sesuai dengan peraturan) maksudnya adalah susuai dengan hukum alam.

Thanks atas masukannya Ko Saudara mbah Mat Fabian, untuk selanjutnya akan digunakan "sesuai hukum alam"

ryu

Quote from: Indra on 09 August 2010, 09:25:27 AM
Seorang Bodhisatta pada kelahiran terakhirnya bukanlah seorang manusia biasa seperti yang sering kali dikatakan orang-orang, melainkan seorang manusia luar biasa ini terbukti dari 32 ciri-ciri superhuman yang terdapat pada dirinya.
kok LSY ga ada ciri2 itu :D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Indra

Quote from: ryu on 09 August 2010, 10:00:10 AM
Quote from: Indra on 09 August 2010, 09:25:27 AM
Seorang Bodhisatta pada kelahiran terakhirnya bukanlah seorang manusia biasa seperti yang sering kali dikatakan orang-orang, melainkan seorang manusia luar biasa ini terbukti dari 32 ciri-ciri superhuman yang terdapat pada dirinya.
kok LSY ga ada ciri2 itu :D

memancing di air keruh

ryu

Quote from: Indra on 09 August 2010, 09:25:27 AM
Seorang Bodhisatta pada kelahiran terakhirnya bukanlah seorang manusia biasa seperti yang sering kali dikatakan orang-orang, melainkan seorang manusia luar biasa ini terbukti dari 32 ciri-ciri superhuman yang terdapat pada dirinya.
mat indra yang baik :
32 ciri :
   1.  Telapak kaki rata (suppatitthita-pado)
   2. Pada telapak terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna.
   3. Tumit yang bagus (ayatapanhi)
   4. Jari-jari panjang (digha-anguli)
   5. Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudu taluna)
   6. Tangan dan kaki bagaikan jala (jala hattha pado)
   7. Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha pado)
   8. Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)
   9. Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.
  10. Kemaluan terbungkus selaput (kosohitavatthaguyho)
  11. Kulit bagaikan perunggu berwarna emas.
  12. Kulit sangat licin, sehingga tidak debu yang dapat melengket pada kulit.
  13. Pada setiap pori di kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.
  14. Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.
  15. Potongan tubuh yang agung (brahmuju-gatta)
  16. Tujuh tonjolan (sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu dan badan.
  17. Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo)
  18. Pada kedua bahunya tidak ada lekukan.
  19. Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin), Nigroda.
  20. Dada yang sama lebarnya (samavattakkhandho)
  21. Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi)
  22. Rahang bagaikan rahang singa (siha-banu)
  23. Empat puluh buah gigi (cattalisa-danto)
  24. Gigi geligi rata (sama-danto)
  25. Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara-danto)
  26. Gigi putih bersih (susukka-danto)
  27. Lidah panjang (pahuta-jivha)
  28. Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika (brahmassaro karavika-bhani).
  29. Mata biru (abhinila-netto)
  30. Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo)
  31. Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas lembut (unna bhamukantare jata odata mudu-tula-sannibha)
  32. Kepala bagaikan berserban (unhisa-siso)


itu dilihat peramal ketika boddhisatta lahir, berarti ketika boddhisatta lahir sudah ada gigi, kepalanya bagaikan berserban? , bagaimanakah cara melihat ke 32 ciri itu dari seorang bayi yang baru lahir?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))