Legenda atau asli

Started by fabian c, 08 August 2010, 12:23:49 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Hendra Susanto

Quote from: ryu on 09 August 2010, 10:35:30 AM
Quote from: Indra on 09 August 2010, 09:25:27 AM
Seorang Bodhisatta pada kelahiran terakhirnya bukanlah seorang manusia biasa seperti yang sering kali dikatakan orang-orang, melainkan seorang manusia luar biasa ini terbukti dari 32 ciri-ciri superhuman yang terdapat pada dirinya.
mat indra yang baik :
32 ciri :
   1.  Telapak kaki rata (suppatitthita-pado)
   2. Pada telapak terdapat cakra dengan seribu ruji, lingkaran dan pusat dalam bentuk sempurna.
   3. Tumit yang bagus (ayatapanhi)
   4. Jari-jari panjang (digha-anguli)
   5. Tangan dan kaki yang lembut serta halus (mudu taluna)
   6. Tangan dan kaki bagaikan jala (jala hattha pado)
   7. Pergelangan kaki yang agak tinggi (ussankha pado)
   8. Kaki yang bagaikan kaki kijang (enijanghi)
   9. Kedua tangan dapat menyentuh atau menggosok kedua lutut tanpa membungkukkan badan.
  10. Kemaluan terbungkus selaput (kosohitavatthaguyho)
  11. Kulit bagaikan perunggu berwarna emas.
  12. Kulit sangat licin, sehingga tidak debu yang dapat melengket pada kulit.
  13. Pada setiap pori di kulit ditumbuhi sehelai bulu roma.
  14. Rambut yang tumbuh pada pori-pori berwarna biru-hitam.
  15. Potongan tubuh yang agung (brahmuju-gatta)
  16. Tujuh tonjolan (sattussado), yaitu pada kedua tangan, kedua kaki, kedua bahu dan badan.
  17. Dada bagaikan dada singa (sihapubbaddha kayo)
  18. Pada kedua bahunya tidak ada lekukan.
  19. Tinggi badan sama dengan panjang rentangan kedua tangan, bagaikan pohon (beringin), Nigroda.
  20. Dada yang sama lebarnya (samavattakkhandho)
  21. Indera perasa sangat peka (rasaggasaggi)
  22. Rahang bagaikan rahang singa (siha-banu)
  23. Empat puluh buah gigi (cattalisa-danto)
  24. Gigi geligi rata (sama-danto)
  25. Antara gigi-gigi tak ada celah (avivara-danto)
  26. Gigi putih bersih (susukka-danto)
  27. Lidah panjang (pahuta-jivha)
  28. Suara bagaikan suara-brahma, seperti suara burung Karavika (brahmassaro karavika-bhani).
  29. Mata biru (abhinila-netto)
  30. Bulu mata lentik, bagaikan bulu mata sapi (gopakhumo)
  31. Di antara alis-alis mata tumbuh sehelai rambut halus, putih bagaikan kapas lembut (unna bhamukantare jata odata mudu-tula-sannibha)
  32. Kepala bagaikan berserban (unhisa-siso)


itu dilihat peramal ketika boddhisatta lahir, berarti ketika boddhisatta lahir sudah ada gigi, kepalanya bagaikan berserban? , bagaimanakah cara melihat ke 32 ciri itu dari seorang bayi yang baru lahir?

ini maksudnya siap2 ya... :D

fabian c

Quote from: ryu on 09 August 2010, 09:51:03 AM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:47:02 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 07:20:35 AM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:04:31 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 06:36:43 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:36:16 AM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 12:36:03 PM
[spoiler]
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 12:23:49 PM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 08:28:42 AM
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 08:10:52 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 09:10:15 PM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:34:35 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 11:15:10 AM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:05:24 AM
Quote from: Indra on 06 August 2010, 03:32:09 PM
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

_/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

_/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.

_/\_



ko Fabian yang baik,

di sutta itu hanyalah menggambarkan tanda2 kelahiran Boddhisatva, bukan menceritakan kelahiran Sidharta Gautama, sama seperti dalam Digha Nikaya 14 yang menceritakan Buddha Vipassi, mungkin apabila disebutkan semua bodhisatva ketika dilahirkan berjalan tujuh langkah termasuk pangeran Sidharta aye tidak tahu, kalau boleh minta apa ada sutta yang menceritakan riwayat pangeran Sidharta yang mengenai itu tolong dong kasih link nya thanks. BTW ini OOT kalau mau lanjut mungkin harus bikin thread baru, eh ada kok threadnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7167.msg138394.html#msg138394
;D

Bro Ryu yang baik,

Setahu saya setiap Bodhisatta pada kelahirannya yang terakhir memang akan selalu terlahir dalam keadaan-keadaan yang selalu demikian, umpamanya disertai 32 keajaiban, usia ibunya singkat dsbnya.
Pada prinsipnya saya tak mau men-judge isi Tipitaka.
Karena saya tak ada disana pada waktu itu. Entah kalau para scholar menganggap mereka tahu kejadian yang sebenarnya.

_/\_
[/spoiler]
mat fabian yang baik :
bukankah justru para scholar/yang membuat cerita gotama ketika lahir langsung berjalan 7 langkah yang diambil kesimpulan dari cerita kelahiran semua bodhisatta harus begitu, sedangkan sumber asli dari tipitaka sendiri tidak ada yang mengatakan ketika gottama lahir langsung berjalan tujuh langkah, saya coba cari cerita ratu maha maya tidak ada, boleh tahu ga link sutta nya :)
Intermezzo Ko Fab & Cek Ryu..

ADA. Memang ada sumber asli Tipitaka yang menyatakan ketika lahir bodhisatta yang masih bayi berjalan tujuh langkah. Ada di Majjhima Nikaya 123: Acchariyabbhuta-dhamma Sutta (Sutta tentang mukjizat)

Sebelumnya saya DULU pernah meragukan juga dari sisi rasionalitas & berpendapat mungkin mukjizat kelahiran bodhisatta hanya penambahan belakangan. Hingga saya menemukan memang ada sutta yang memuat hal tersebut. Setidaknya ini mematahkan keraguan semula saya, meski dari sisi rasionalitas mungkin masih terasa sedikit aneh, tapi malah hal ini memicu saya untuk ehipassiko sendiri. :P

Sedikit telat.. Thanks Bang Kumis yang udah mereply saya 1,5 tahun lalu sehingga saya kemudian mengambil asas praduga tak bersalah atas cerita2 buddhisme yang belum terbukti kebenarannya.

_/\_
intermezo juga lagi :D
di sutta itu hanya menerangkan keluarbiasaan kelahiran bodhisatta, bukan menerangkan cerita kelahiran siddharta, sama seperti dalam sutta digha 14.

Bro Ryu yang baik,

Memang seringkali demikian cara Sang Buddha menggambarkan keadaan Beliau yang lampau ketika masih menjadi Bodhisatta.
Dalam Jataka juga demikian, yang dimaksudkan di Jataka bukan orang lain, tapi Beliau.
Di Achariyabhuta sutta tidak dijelaskan Bodhisatta yang mana, itu bisa berarti Beliau sendiri, atau Beliau dan juga para Bodhisatta yang lain, yang jelas Sutta itu tak mungkin menceritakan hanya Bodhisatta yang lain tapi bukan Beliau.

_/\_
di sutta itu sepertinya pengulangan khotbah Buddha dalam digha 14, yang di katakan lagi oleh ananda.

Jadi kalo pake logika Deva19 :

semua boddhisatta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

Sidharta seorang boddhisatta

maka sidharta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

begitu mat Fabian? ;D

Bro Ryu yang baik,
Untuk mengerti isi sebuah Sutta kadang kita memerlukan Sutta yang lain, kadang bahkan memerlukan sebuah penjelasan (atthakata).
Pendapat para scholar yang tidak memiliki pengetahuan menyeluruh, kadang menafsirkan Sutta atau bagian-bagian lain dalam Tipitaka semaunya, dan ini sudah berlangsung berabad-abad. Oleh karena itu sengaja jauh-jauh Achariya Buddhagosa menempuh  perjalanan ribuan mil ke Srilangka untuk mengembalikan komentar Tipitaka dari bahasa Sinhala kembali ke bahasa Pali, untuk mencegah kesimpang-siuran penafsiran.

Tapi dengan adanya Tipitaka Atthakata yang menjadi pegangan, masih saja ada orang-orang yang menafsirkan semaunya, bisa dibayangkan bila Achariya Buddhaghosa tidak ke Srilangka untuk mengembalikan Atthakata kembali ke bahasa Pali.

Pada prinsipnya bila saya belum membaca seluruh Tipitaka beserta seluruh Atthakatanya, saya tak akan men-judge Tipitaka semaunya seperti mereka.

_/\_
mat Fabian yang baik,
kalau yang bikin footnote dalam sutta itu siapa ya?

Bro Ryu baca buku yang mana...? Versi terjemahan siapa? Setahu saya footnote ditambahkan oleh penerjemah ke bahasa Inggris, bukan oleh Achariya Buddhaghosa.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

ryu

Quote from: fabian c on 09 August 2010, 12:04:42 PM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 09:51:03 AM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:47:02 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 07:20:35 AM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:04:31 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 06:36:43 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:36:16 AM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 12:36:03 PM
[spoiler]
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 12:23:49 PM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 08:28:42 AM
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 08:10:52 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 09:10:15 PM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:34:35 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 11:15:10 AM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:05:24 AM
Quote from: Indra on 06 August 2010, 03:32:09 PM
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

_/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

_/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.

_/\_



ko Fabian yang baik,

di sutta itu hanyalah menggambarkan tanda2 kelahiran Boddhisatva, bukan menceritakan kelahiran Sidharta Gautama, sama seperti dalam Digha Nikaya 14 yang menceritakan Buddha Vipassi, mungkin apabila disebutkan semua bodhisatva ketika dilahirkan berjalan tujuh langkah termasuk pangeran Sidharta aye tidak tahu, kalau boleh minta apa ada sutta yang menceritakan riwayat pangeran Sidharta yang mengenai itu tolong dong kasih link nya thanks. BTW ini OOT kalau mau lanjut mungkin harus bikin thread baru, eh ada kok threadnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7167.msg138394.html#msg138394
;D

Bro Ryu yang baik,

Setahu saya setiap Bodhisatta pada kelahirannya yang terakhir memang akan selalu terlahir dalam keadaan-keadaan yang selalu demikian, umpamanya disertai 32 keajaiban, usia ibunya singkat dsbnya.
Pada prinsipnya saya tak mau men-judge isi Tipitaka.
Karena saya tak ada disana pada waktu itu. Entah kalau para scholar menganggap mereka tahu kejadian yang sebenarnya.

_/\_
[/spoiler]
mat fabian yang baik :
bukankah justru para scholar/yang membuat cerita gotama ketika lahir langsung berjalan 7 langkah yang diambil kesimpulan dari cerita kelahiran semua bodhisatta harus begitu, sedangkan sumber asli dari tipitaka sendiri tidak ada yang mengatakan ketika gottama lahir langsung berjalan tujuh langkah, saya coba cari cerita ratu maha maya tidak ada, boleh tahu ga link sutta nya :)
Intermezzo Ko Fab & Cek Ryu..

ADA. Memang ada sumber asli Tipitaka yang menyatakan ketika lahir bodhisatta yang masih bayi berjalan tujuh langkah. Ada di Majjhima Nikaya 123: Acchariyabbhuta-dhamma Sutta (Sutta tentang mukjizat)

Sebelumnya saya DULU pernah meragukan juga dari sisi rasionalitas & berpendapat mungkin mukjizat kelahiran bodhisatta hanya penambahan belakangan. Hingga saya menemukan memang ada sutta yang memuat hal tersebut. Setidaknya ini mematahkan keraguan semula saya, meski dari sisi rasionalitas mungkin masih terasa sedikit aneh, tapi malah hal ini memicu saya untuk ehipassiko sendiri. :P

Sedikit telat.. Thanks Bang Kumis yang udah mereply saya 1,5 tahun lalu sehingga saya kemudian mengambil asas praduga tak bersalah atas cerita2 buddhisme yang belum terbukti kebenarannya.

_/\_
intermezo juga lagi :D
di sutta itu hanya menerangkan keluarbiasaan kelahiran bodhisatta, bukan menerangkan cerita kelahiran siddharta, sama seperti dalam sutta digha 14.

Bro Ryu yang baik,

Memang seringkali demikian cara Sang Buddha menggambarkan keadaan Beliau yang lampau ketika masih menjadi Bodhisatta.
Dalam Jataka juga demikian, yang dimaksudkan di Jataka bukan orang lain, tapi Beliau.
Di Achariyabhuta sutta tidak dijelaskan Bodhisatta yang mana, itu bisa berarti Beliau sendiri, atau Beliau dan juga para Bodhisatta yang lain, yang jelas Sutta itu tak mungkin menceritakan hanya Bodhisatta yang lain tapi bukan Beliau.

_/\_
di sutta itu sepertinya pengulangan khotbah Buddha dalam digha 14, yang di katakan lagi oleh ananda.

Jadi kalo pake logika Deva19 :

semua boddhisatta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

Sidharta seorang boddhisatta

maka sidharta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

begitu mat Fabian? ;D

Bro Ryu yang baik,
Untuk mengerti isi sebuah Sutta kadang kita memerlukan Sutta yang lain, kadang bahkan memerlukan sebuah penjelasan (atthakata).
Pendapat para scholar yang tidak memiliki pengetahuan menyeluruh, kadang menafsirkan Sutta atau bagian-bagian lain dalam Tipitaka semaunya, dan ini sudah berlangsung berabad-abad. Oleh karena itu sengaja jauh-jauh Achariya Buddhagosa menempuh  perjalanan ribuan mil ke Srilangka untuk mengembalikan komentar Tipitaka dari bahasa Sinhala kembali ke bahasa Pali, untuk mencegah kesimpang-siuran penafsiran.

Tapi dengan adanya Tipitaka Atthakata yang menjadi pegangan, masih saja ada orang-orang yang menafsirkan semaunya, bisa dibayangkan bila Achariya Buddhaghosa tidak ke Srilangka untuk mengembalikan Atthakata kembali ke bahasa Pali.

Pada prinsipnya bila saya belum membaca seluruh Tipitaka beserta seluruh Atthakatanya, saya tak akan men-judge Tipitaka semaunya seperti mereka.

_/\_
mat Fabian yang baik,
kalau yang bikin footnote dalam sutta itu siapa ya?

Bro Ryu baca buku yang mana...? Versi terjemahan siapa? Setahu saya footnote ditambahkan oleh penerjemah ke bahasa Inggris, bukan oleh Achariya Buddhaghosa.

_/\_
yang bhikkhu Bodhi ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

fabian c

Quote from: ryu on 09 August 2010, 12:16:27 PM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 12:04:42 PM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 09:51:03 AM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:47:02 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 07:20:35 AM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 07:04:31 AM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 06:36:43 AM
Quote from: Jerry on 09 August 2010, 12:36:16 AM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 12:36:03 PM
[spoiler]
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 12:23:49 PM
Quote from: ryu on 08 August 2010, 08:28:42 AM
Quote from: fabian c on 08 August 2010, 08:10:52 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 09:10:15 PM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:34:35 AM
Quote from: ryu on 07 August 2010, 11:15:10 AM
Quote from: fabian c on 07 August 2010, 11:05:24 AM
Quote from: Indra on 06 August 2010, 03:32:09 PM
Bhikkhu Mettanando ini memang kontroversial, saya pernah membaca artikelnya tentang kematian Sang Buddha yang mendobrak pandangan yg selama ini kita anut dari Mahaparinibbana Sutta.

Bro Indra yang baik,
saya setuju bro, bahwa beliau memang kontroversial, saya masih ingat dulu saya pernah berargumen di Samaggi Phala beberapa tahun yang lalu. Mengenai komentarnya terhadap Mahaparinibbana Sutta.

Bhikkhu Mettanando nampaknya mengomentari berdasarkan asumsi pribadi, tanpa didukung fakta referensi yang kredibel. Ada satu hal menarik dari tulisannya, ketika ia mengatakan  bahwa kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali adalah karangan belaka dan tak ditemukan di Tipitaka.

Padahal kisah kelahiran pangeran Sidhattha yang melangkah tujuh kali, ada tertulis di Achariyabhuta Sutta, Majjhima Nikaya.

Pendapat-pendapat yang tak berdasar seperti itu tidak sepantasnya keluar dari seorang intelektual, apalagi beliau seorang Bhikkhu.

_/\_
kelahiran pangeran itu memang ada di tipitaka tapi katanya itu hanyalah simbolik, kata Ven. S. Dhammika

Bro Ryu yang baik,

Bila kita mau kritis kita juga bisa pertanyakan bhante Dhammika, darimana Bhante Dhammika tahu itu hanya simbolik...? Apa kredibilitas beliau...?
Jadi saya hanya menerima pendapat bhante Dhammika hanya sebatas pendapat juga, itu boleh-boleh saja.
Bukan berarti pendapat beliau benar.

_/\_
ko fabian yang baik, itu ada di catatan kaki dalam MN III.123 Acchariyabbhutadhamma Sutta, cerita ini tumbuh, demi menekankan makna spiritual kelahiran Sang Pangeran. Tujuh langkah dan pernyataan keberadaan-spiritualnya adalah perlambang bahwa anak ini telah siap untuk melaksanakan Tujuh Faktor Pencerahan (satta bojjhanga) yakni kesadaran/kemawasan, penyelidikan fenomena, keteguhan, kegembiraan, ketenangan, konsentrasi dan keseimbangan - dan olehnya akan mencapai kebahagiaan Nibbana. Teratai, tentunya, melambangkan Nibbana. Sutta yang sama disebutkan pada kelahiran Sang Buddha

Bro Ryu yang baik,

Saya rasa itu adalah tafsiran terhadap sutta, yang jelas melangkah tujuh kali tertulis di Sutta, mengenai benar tidak nya tentu kita tidak tahu karena kita tidak hadir disana ketika itu terjadi.

Sejauh belum ada argumentasi yang lebih sahih, Sutta tersebut adalah penggambaran yang dianggap paling mewakili.

_/\_



ko Fabian yang baik,

di sutta itu hanyalah menggambarkan tanda2 kelahiran Boddhisatva, bukan menceritakan kelahiran Sidharta Gautama, sama seperti dalam Digha Nikaya 14 yang menceritakan Buddha Vipassi, mungkin apabila disebutkan semua bodhisatva ketika dilahirkan berjalan tujuh langkah termasuk pangeran Sidharta aye tidak tahu, kalau boleh minta apa ada sutta yang menceritakan riwayat pangeran Sidharta yang mengenai itu tolong dong kasih link nya thanks. BTW ini OOT kalau mau lanjut mungkin harus bikin thread baru, eh ada kok threadnya di :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,7167.msg138394.html#msg138394
;D

Bro Ryu yang baik,

Setahu saya setiap Bodhisatta pada kelahirannya yang terakhir memang akan selalu terlahir dalam keadaan-keadaan yang selalu demikian, umpamanya disertai 32 keajaiban, usia ibunya singkat dsbnya.
Pada prinsipnya saya tak mau men-judge isi Tipitaka.
Karena saya tak ada disana pada waktu itu. Entah kalau para scholar menganggap mereka tahu kejadian yang sebenarnya.

_/\_
[/spoiler]
mat fabian yang baik :
bukankah justru para scholar/yang membuat cerita gotama ketika lahir langsung berjalan 7 langkah yang diambil kesimpulan dari cerita kelahiran semua bodhisatta harus begitu, sedangkan sumber asli dari tipitaka sendiri tidak ada yang mengatakan ketika gottama lahir langsung berjalan tujuh langkah, saya coba cari cerita ratu maha maya tidak ada, boleh tahu ga link sutta nya :)
Intermezzo Ko Fab & Cek Ryu..

ADA. Memang ada sumber asli Tipitaka yang menyatakan ketika lahir bodhisatta yang masih bayi berjalan tujuh langkah. Ada di Majjhima Nikaya 123: Acchariyabbhuta-dhamma Sutta (Sutta tentang mukjizat)

Sebelumnya saya DULU pernah meragukan juga dari sisi rasionalitas & berpendapat mungkin mukjizat kelahiran bodhisatta hanya penambahan belakangan. Hingga saya menemukan memang ada sutta yang memuat hal tersebut. Setidaknya ini mematahkan keraguan semula saya, meski dari sisi rasionalitas mungkin masih terasa sedikit aneh, tapi malah hal ini memicu saya untuk ehipassiko sendiri. :P

Sedikit telat.. Thanks Bang Kumis yang udah mereply saya 1,5 tahun lalu sehingga saya kemudian mengambil asas praduga tak bersalah atas cerita2 buddhisme yang belum terbukti kebenarannya.

_/\_
intermezo juga lagi :D
di sutta itu hanya menerangkan keluarbiasaan kelahiran bodhisatta, bukan menerangkan cerita kelahiran siddharta, sama seperti dalam sutta digha 14.

Bro Ryu yang baik,

Memang seringkali demikian cara Sang Buddha menggambarkan keadaan Beliau yang lampau ketika masih menjadi Bodhisatta.
Dalam Jataka juga demikian, yang dimaksudkan di Jataka bukan orang lain, tapi Beliau.
Di Achariyabhuta sutta tidak dijelaskan Bodhisatta yang mana, itu bisa berarti Beliau sendiri, atau Beliau dan juga para Bodhisatta yang lain, yang jelas Sutta itu tak mungkin menceritakan hanya Bodhisatta yang lain tapi bukan Beliau.

_/\_
di sutta itu sepertinya pengulangan khotbah Buddha dalam digha 14, yang di katakan lagi oleh ananda.

Jadi kalo pake logika Deva19 :

semua boddhisatta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

Sidharta seorang boddhisatta

maka sidharta pasti ketika lahir berjalan 7 langkah dan mengatakan Akulah yang tertinggi di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang terbesar di antara semua makhluk di tiga alam, Akulah yang termulia di antara semua makhluk di tiga alam, Inilah kelahiran-Ku yang terakhir, Tidak ada kelahiran ulang bagi-Ku

begitu mat Fabian? ;D

Bro Ryu yang baik,
Untuk mengerti isi sebuah Sutta kadang kita memerlukan Sutta yang lain, kadang bahkan memerlukan sebuah penjelasan (atthakata).
Pendapat para scholar yang tidak memiliki pengetahuan menyeluruh, kadang menafsirkan Sutta atau bagian-bagian lain dalam Tipitaka semaunya, dan ini sudah berlangsung berabad-abad. Oleh karena itu sengaja jauh-jauh Achariya Buddhagosa menempuh  perjalanan ribuan mil ke Srilangka untuk mengembalikan komentar Tipitaka dari bahasa Sinhala kembali ke bahasa Pali, untuk mencegah kesimpang-siuran penafsiran.

Tapi dengan adanya Tipitaka Atthakata yang menjadi pegangan, masih saja ada orang-orang yang menafsirkan semaunya, bisa dibayangkan bila Achariya Buddhaghosa tidak ke Srilangka untuk mengembalikan Atthakata kembali ke bahasa Pali.

Pada prinsipnya bila saya belum membaca seluruh Tipitaka beserta seluruh Atthakatanya, saya tak akan men-judge Tipitaka semaunya seperti mereka.

_/\_
mat Fabian yang baik,
kalau yang bikin footnote dalam sutta itu siapa ya?

Bro Ryu baca buku yang mana...? Versi terjemahan siapa? Setahu saya footnote ditambahkan oleh penerjemah ke bahasa Inggris, bukan oleh Achariya Buddhaghosa.

_/\_
yang bhikkhu Bodhi ;D

Kalau tidak salah footnotenya berbeda dengan versi PTS. Saya juga ada yang bahasa Inggris versi Myanmar juga tak ada footnote yang mengatakan itu cuma simbol.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

ryu

kalau ada yang punya versi pali dari footnote tolong dong diterjemaahkan supaya lebih pasti.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

untuk patokan sutta :
MAJJHIMA NIKâYA III
3. 3. Acchariyabbhutadhammasuttaü
(123) The Discourse On Wonderful Things

I heard thus. At one time the Blessed One lived in the monastery offered by Anàthapiïóika in Jeta's grove in Sàvatthi. Then a lot of bhikkhus after the mid-day meal, were assembled and seated in the attendance hall and this conversation arose among them

ßFriends, it is wonderful and surprising how the Thus Gone One knows the Enlightened Ones of yore. How they came to final extinction, cut the diffusedness of the world, cut short their journey and cameto the end of the journey and end of all unpleasàntness. Saying, those Blessed Ones were of such birth, name, clan, virtues, thoughts, wisdom, abidings and such releases,' When this was said venerable ânanda said thus; `Friends, indeed the Thus Gone One has wonderful and surprising things and is endowed with them.û

When this conversation was going on, the Blessed One got up from his seclusion approached the attendance hall, sat on the prepared seat and addressed the bhikkhus. `Bhikkhus, with what talk were you seated here and what other talk did take place?û

ßVenerable sir, after the mid-day meal, we were assembled and seated in the attendance hall and this conversation arose among us. Friends, it is wonderful and surprising how the Thus Gone One knows the Enlightened Ones of yore. How they came to final extinction, cut the diffusedness of the world, cut short their journey and cameto the end of the journey and end of all unpleasàntness. Saying, those Blessed Ones were of such birth, name, clan, virtues, thoughts, wisdom, abidings and such releases. Venerable sir, when this was said venerable ânanda said thus; Friends, indeed the Thus Gone One has wonderful and surprising things and is endowed with them. When this conversation was going on, the Blessed One arrived.

Then the Blessed One addressed venerable ânanda. `If so ânanda, for the great pleasure of many declare the wonderful and surprising things of the Thus Gone One.û

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, the one aspiring enlightenment was born with the gods of happiness, with mindful awareness. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One.

`Venerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, the one aspiring enlightenment abode with the gods of happiness, with mindful awareness. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, the one aspiring enlightenment abode with the gods of happiness, until the end of that life span. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, the one aspiring enlightenment, disappeared fromthe gods of happiness, and descended into the mother's womb with mindful awareness. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, when the one aspiring enlightenment, disappeared fromthe gods of happiness, and descended into the mother's womb, in the world of gods and men, Màras, Brahmàs, recluses and brahmins there arose an immeasurable effulgence transcending the splendour of the gods. Even the dark uncoveredrecesses between the world systems where the resplendent moon and sun do not shine there arose an immeasurable effulgence transcending the splendour of the gods. Beings born there saw each other on account of that effulgence and knew that there were other beings born there. The ten thousandfold world system shivered and trembled on account of that immeasurable effulgence transccending the splendour of the gods" Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, when the one aspiring enlightenment, was born to this world from the mother's womb four gods stood guarding the four directions. They thought may the one aspiring enlightenment or his mother be not hurt by a human, non human or anyone in the world " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One.

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, when the one aspiring enlightenment, was born into this world from the mother's womb, the mother by nature was virtuous, abstaining from, destroying living things, taking the not given, misbehaving sexually, telling lies and intoxicating drinks" Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, from the day the one aspiring enlightenment, descended to the mother's womb, sensual desires about men did not arise in the mind of his mother. She had risen above attachment to thoughts of any man" Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One `Venerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, when the one aspiring enlightenment, was born to this world the mother of the one aspiring enlightenment was endowed and provided with the five sense pleasures" Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One .

`Venerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, when the one aspiring enlightenment, was born to this world the mother of the one aspiring enlightenment was healthy, happy and had no ailments what so ever. She could see the one in her womb complete with all limbs large and small. Like a well completed comely lapis gem with eight facets, with a thread of blue, yellow, red, white or pale running through it. A man who could see would place it in his palm and would reflect. This is the well completed comely lapis gem with eight facets, with a thread of blue, yellow, red, white or pale running through it In the same manner, when the one aspiring enlightenment, was born to this world the mother of the one aspiring enlightenment was healthy, happy and had no ailments what so ever. She could see the one in her womb complete with all limbs large and small. Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One .

`Venerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, seven days after the birth ofthe one aspiring enlightenment, the mother of the one aspiring enlightenment passed away and was born with the happy gods" Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One .

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, other women give birth bearing the womb for about nine or ten months. That is not so with the one aspiring enlightenment, the mother of the one aspiring enlightenment bore the womb for complete ten months and gaves birth" Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One .

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, other women give birth either seated or lyingThat is not so with the one aspiring enlightenment, the mother of the one aspiring enlightenment gave birth standing" Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One .

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, when the one aspiring enlightenment, was born in this world first the gods accepted him and next humans" Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One .

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, when the one aspiring enlightenment, was born in this world, before he placed a foot on earth, four gods accept him and placing him in front of the mother said, queen be happy, you have given birth to a powerful son. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One . `Venerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, when the one aspiring enlightenment, was born, he was born pure uncontaminated with water in the passage, phlegm, blood or any impurity. As though a gem was placed on a Kashmire cloth. The Kashmire cloth is not soiled by the gem, nor the gem by the Kashmire cloth. This is on account of the purity of both. In the same manner when the one aspiring enlightenment, was born he was born pure uncontaminated with water in the passage, phlegm, blood or any impurity. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One .

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, soon after the one aspiring enlightenment was born he stood on his feet, and while the white umbrella was borne over him, went seven steps to the north, looked in all directions and utterred majestic words. I'm the chief in this world, the most accepted and the most senior. This is my last birth, I will not be born again. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, when the one aspiring enlightenment, was born in this world, in the world of gods and men, Màras, Brahmàs, recluses and brahmins there arose an immeasurable effulgence transcending the splendour of the gods. Even the dark uncoveredrecesses between the world systems where the resplendent moon and sun do not shine there arose an immeasurable effulgence transcending the splendour of the gods. Beings born there saw each other on account of that effulgence and knew that there were other beings born there. The ten thousandfold world system shivered and trembled on account of that immeasurable effulgence transccending the splendour of the gods" Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One.û

ßThen ânanda, bear this too as something wonderful and surprising of the Blessed One. ânanda, to the Thus Gone One knowing feelings, arise, persist and fade, knowingperceptions, arise, persist and fade, knowing thoughts, arise, persist and fade. ânanda, bear this too as something wonderful and surprising of the Blessed One.

ßVenerable sir, that to the Thus Gone One knowing feelings, arise, persist and fade, knowingperceptions, arise, persist and fade, knowing thoughts, arise, persist and fade. Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One.û

Venerable ânanda said thus, and was delighted knowing the Teacher acknowledges my words. Those bhikkhus delighted in the words of the venerable ânanda.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

fabian c

Bro Ryu yang baik,
Kisah ini jelas adalah kisah Sang Buddha sendiri, waktu itu para Bhikkhu sedang berdiskusi mengenai keistimewaan kelahiran pangeran Siddhattha, lalu Sang Buddha sendiri dengan sengaja meminta Bhante Ananda untuk mengumumkan kepada yang hadir mengenai keistimewaan Sang Bhagava.

Then the Blessed One addressed venerable ânanda. `If so ânanda, for the great pleasure of many declare the wonderful and surprising things of the Thus Gone One
"Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Y.A. Ananda. Jika demikian Ananda, untuk kebahagiaan orang banyak, umumkanlah keistimewaan dan keajaiban Sang Bhagava."

           http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/2Majjhima-Nikaya/Majjhima3/123-acchariyabbhutta-e.html

Cuplikan berikut juga menyatakan bahwa  yang dimaksud adalah Sang Buddha, perhatikan kata-kata yang dibelakang  yang dimaksudkan adalah sang Buddha sendiri.

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, soon after the one aspiring enlightenment was born he stood on his feet, and while the white umbrella was borne over him, went seven steps to the north, looked in all directions and utterred majestic words. I'm the chief in this world, the most accepted and the most senior. This is my last birth, I will not be born again. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One
"Bhante saya mendengar kata-kata ini keluar dari Bhante sendiri. Bhante yang menyatakan. "Ananda, segera setelah Bodhisatta lahir, ia berdiri tegak dengan kakinya, dan ketika payung putih dibuka menutupinya, berjalan tujuh langkah ke utara, melihat ke segenap penjuru dan mengucapkan kata-kata agung. Sayalah ...... Inilah kelahiranku yang terakhir kalinya, saya takkan akan terlahir lagi. "Bhante, inilah sesuatu yang saya ingat sebagai hal yang istimewa dan ajaib dari Sang Bhagava."

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

123 Acchariyabbhuta suttaü

Evaü me sutaü: ekaü samayaü bhagavà sàvatthiyaü viharati jetavane anàthapiõóikassa àràme. Atha kho sambahulànaü bhikkhånaü pacchàbhattaü piõóapàtapañikkantànaü upaññhànasàlàyaü sannisinnànaü sannipatitànaü ayamantarà kathà udapàdi: acchariyaü àvuso abbhutaü àvuso, tathàgatassa mahiddhikatà mahànubhàvakatà1 yatra hã nàma tathàgato atãte buddhe parinibbute chinnapapa¤ce chinnavañume pariyàdinnavaññe sabbadukkha vãtivatte jànissati: evaüjaccà te bhagavanto ahesuü itipi, evaünàmà te bhagavanto ahesuü itipi, evaü gottà te bhagavanto ahesuü itipi, evaüsãlà te bhagavanto ahesuü itipi, evaüdhammà te bhagavanto ahesuü itipi, evaü pa¤¤à te bhagavanto ahesuü itipi, evaüvihàri te bhagavanto ahesuü itipi, evaüvimuttà te bhagavanto ahesuü itipiti.

Evaü vutte àyasmà ànando te bhikkhå etadavoca: acchariyà ceva àvuso, tathàgatà acchariyadhammasamannàgatà ca abbhutà ceva àvuso, tathàgatà abbhutadhammasamannàgatà càti.

[PTS Page 119] [\q 119/]

Aya¤ca hidaü tesaü bhikkhånaü antarà kathà vippakatà hoti. Atha kho bhagavà sàyanhasamayaü patisallànà vuññhito yenåpaññhànasàlà tenupasaükami. Upasaïkamitvà pa¤¤atte àsane nisãdi. Nissajja kho bhagavà bhikkhu àmantesi:

Kàyanuttha bhikkhave, etarahi kathàya sannisinnà, kà ca pana vo antarà kathà vippakatàti.

Idha bhante, amhàkaü pacchàbhattaü piõóapàtapañikkantànaü upaññhànasàlàyaü sannisinnànaü sannipatitànaü ayamantarà kathà udapàdi: acchariyaü àvuso abbhutaü àvuso, tathàgatassa mahiddhikatà mahànubhàvakatà1 yatra hã nàma tathàgato atãte buddhe parinibbute chinnapapa¤ce chinnavañume pariyàdinnavaññe sabbadukkha vãtivatte jànissati: evaüjaccà te bhagavanto ahesuü itipi, evaünàmà te bhagavantato ahesuü itipi, evaü gottà te bhagavanto ahesuü itipi, evaü sãlà te bhagavanto ahesuü itipi, evaüdhammà te bhagavanto ahesuü itipi, evaü pa¤¤à te bhagavanto ahesuü itipi, evaüvihàri te bhagavanto ahesuü itipi, evaüvimuttà te bhagavanto ahesuü itipãti. Evaü vutte bhante, àyasmà ànando amhe etadavoca: acchariyà ceva àvuso. Tathàgatà acchariyadhammasamannàgatà ca, abbhutà ceva àvuso, tathàgatà abbhutadhammasamannàgatàcàti. Ayaü kho no bhante, antarà kathà vippakatà. Atha bhagavà anuppattoti.

Atha kho bhagavà àyasmantaü ànandaü àmantesi: tasmàtiha taü ànanda, bhiyyosomattàya pañibhantu tathàgatassa acchariyà abbhutadhammàti.

--------------------------

1. Mahànubhàvatà-sãmu,majasaü, [PTS]

[BJT Page 288] [\x 288/]

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: sato sampajàno ànanda1, bodhisatto tusitaü kàyaü upapajjãti yampi bhante, sato sampajàno bodhisatto tusitaü kàyaü upapajji. Idamahaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusite kàye aññhàsãti. Yampi bhante sato sampajàno bodhisatto tusite kàye aññhàsi. Idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yàvatàyukaü ànanda, bodhisatto tusite kàye aññhàsãti. Yampi bhante, yàvatàyukaü bodhisatto tusite kàye aññhàsi. Idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü. Sammukhà pañiggahitaü: sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkamãti. Yampi [PTS Page 120] [\q 120/] bhante, sato sampajàno bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yadà ànanda, bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami. Atha sadevake loke samàrake sabrahmake

Sassamaõabràhmaõiyà pajàya sadevamanussàya appamàõo uëàro obhàso loke pàtubhavati atikkammeva devànaü devànubhàvaü. Yàpi tà lokantarikà aghà asaüvutà andhakàrà andhakàratimisà, yatthapime candimasuriyà evaümahiddhikà evaümahànubhàvà àbhàya nànubhonti tatthapi appamàõo uëàro obhàso loke pàtubhavati atikkammeva devànaü devànubhàvaü. Yepi tattha sattà upapannà, tepi tenobhàsena a¤¤ama¤¤aü sa¤jànanti: a¤¤epi kira bho santi sattà idhåpapannàti. Aya¤ca dasasahassã lokadhàtu saïkampati sampakampati sampavedhati. Appamàõo ca uëàro obhàso loke pàtubhavati atikkammeva devànaü devànubhàvanti. Yampi bhante, sato sampajàno bodhisatto tusitaü kàyaü upapajjã. Idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yadà ànanda. Bodhisatto màtukucchiü okkanto hoti. Cattàro naü devaputtà2 catuddisaü àrakkhàya upagacchanti: mà naü kho bodhisattaü và bodhisattamàtaraü và manusso và amanusso và koci và viheñhesãti3. Yampi bhante, sato sampajàno bodhisatto tusite kàyaü upapajjã. Idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

-------------------------

1. Upapajjamàno ànanda- [PTS]  2. Cattàro devaputtà-majasaü,sãmu.  3. Vihesiti-syà

[BJT Page 290] [\x 290/]

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü sammukhà pañiggahitaü: yadà ànanda, bodhisatto màtukucchiü okkanto hoti. Pakatiyà sãlavatã bodhisattamàtà hoti. Viratà pàõàtipàtà, viratà adinnàdànà. Viratà kàmesu micchàcàrà, viratà musàvàdà, viratà suràmerayamajjapamàdaññhànàti. Yampi bhante, yàvatàyukaü bodhisatto tusite kàye aññhàsi. Idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

[PTS Page 121] [\q 121/]

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yadà ànanda, bodhisatto màtukucchiü okkanto hoti. Na bodhisattamàtu purisesu mànasaü upapajjati kàmaguõåpasaühitaü. Anatikkamanãyà ca bodhisattamàtà hoti kenaci purisena rattacittenàti. Yampi bhante, sato sampajàno bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante. Bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yadà ànanda, bodhisatto màtukucchiü okkanto hoti. Làbhinã bodhisattamàtà hoti pa¤cannaü kàmaguõànaü. Sà pa¤cahi kàmaguõehi samappità samaïgãbhåtà paricàretã'ti. Yampi bhante, sato sampajàno bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhåtadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yadà ànanda, bodhisatto màtukucchiü okkanto hoti. Na bodhisattamàtu kocideva àbàdho upapajjati. Sukhinã bodhisattamàtà hoti akilantakàyà. Bodhisatta¤ca bodhisattamàtà tirokucchigataü passati sabbaïgapaccaïgaü ahãnindriyaü. Seyyathàpi ànanda, maõi veëuriyo subho jàtimà aññhaüso suparikammakato. Tatràssa suttaü àvutaü nãlaü và pãtaü và lohitaü và odàtaü và paõóusuttaü và. Tamenaü cakkhumà puriso hatthe karitvà paccavekkheyya: ayaü kho maõi veëuriyo subho jàtimà aññhaüso suparikammakato. Tatridaü suttaü àvutaü nãlaü và pãtaü và lohitaü và odàtaü và paõóusuttaü vàti. Evameva kho ànanda, yadà bodhisatto màtukucchiü okkanto hoti. Na

Bodhisattamàtu kocideva àbàdho upapajjati. Sukhãnã bodhisattamàtà hoti

Akilantakàyà. Bodhisatta¤ca bodhisattamàtà tirokucchigataü passati sabbaïgapaccaïgaü ahãnindriyanti. Yampi bhante, sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusità

Kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

[PTS Page 122] [\q 122/]

Sammukhà metaü bhante. Bhagavato sutaü, sammukhà pañaggahitaü: sattàhajàte ànanda, bodhisatte bodhisattamàtà kàlaü karoti. Tusitaü kàyaü upapajjatã'ti. Yampi bhante, sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yathà kho panànanda a¤¤à itthikà nava và dasa và màse gabbhaü kucchinà pariharitvà vijàyanti. Na hevaü bodhisattaü bodhisattamàtà vijàyati. Daseva màsàni bodhisattaü bodhisattamàtà kucchinà pariharitvà vijàyatã'ti. Yampi bhante, sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

[BJT Page 292] [\x 292/]

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yathà kho panànanda, a¤¤à itthikà nisinnà và nipannà và vijàyanti. Na hevaü bodhisattaü bodhisattamàtà vijàyati. òhitàva kho bodhisattaü bodhisattamàtà vijàyatãti. Yampi bhante, sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü. Sammukhà pañiggahitaü: yadà ànanda, bodhisatto màtukucchimhà nikkhamati, devà naü pañhamaü pañiggaõhanti, pacchà manussàti. Yampi bhante, sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yadà ànanda, bodhisatto màtukucchimhà nikkhamati appattova bodhisatto pañhaviü hoti. Cattàro naü devaputtà pañiggahetvà màtu purato ñhapenti: 'attamanà devi hohi, mahesakkho te putto uppanno'ti. Yampi bhante, sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yadà ànanda, bodhisatto màtukucchimhà nikkhamati, visadova nikkhamati amakkhito uddena1 amakkhito semhena, amakkhito ruhirena, amakkhito [PTS Page 123] [\q 123/] kenaci asucinà suddho visado. Seyyathàpi ànanda, maõiratanaü kàsike vatthe nikkhittaü, neva maõiratanaü kàsikaü vatthaü makkheti. Nàpi kàsikaü vatthaü maõiratanaü makkheti. Taü kissa hetu: ubhinnaü suddhattà. Evameva kho ànanda, yadà bodhisatto màtukucchimhà nikkhamati, visadova nikkhamati amakkhito uddena amakkhito semhena amakkhito ruhirena amakkhito kenaci asucãnà suddho visadoti. Yampi bhante, sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yadà ànanda, bodhisatto màtukucchimhà nikkhamati. Dve udakassa dhàrà antalikkhà pàtubhavanti ekà sãtassa ekà uõhassa, yena bodhisattassa udakakiccaü karonti2 màtu càti. Yampi bhante, sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: sampati jàto ànanda, bodhisatto samehi pàdehi pañhaviyaü patiññhahitvà uttaràbhimukho sattapadavãtihàrena gacchati. Setamhi chatte anuhãramàne3 sabbà ca disà viloketi àsabhiü ca vàcaü bhàsati: 'aggohamasmi lokassa, seññhohamasmi lokassa, jeññhohamasmi lokassa, ayamantimàjàti, natthidàni punabbhavo'ti. Yampi bhante, sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

--------------------------

1. Udena-majasaü. 2. Karoti-syà.  3. Anubhãramàne-  Anudhàriyamàne-sãmu,majasaü. [PTS]

[BJT Page 294] [\x 294/]

Sammukhà metaü bhante, bhagavato sutaü, sammukhà pañiggahitaü: yadà ànanda, bodhisatto màtukucchimhà nikkhamati. Atha sadevake loke samàrake sabrahmake sassamaõabràhmaõiyà pajàya sadevamanussàya appamàõo uëàro obhàso loke pàtubhavati atikkammeva devànaü devànubhàvaü. Yàpi tà lokantarikà aghà asaüvutà andhakàrà andhakàratimisà, yatthapime candimasuriyà evaü mahiddhikà evaü mahànubhàvà àbhàya nànubhonti. Tatthapi [PTS Page 124] [\q 124/] appamàõo uëàro obhàso loke pàtubhavati atikkammeva devànaü devànubhàvaü, yepi tattha sattà upapannà, tepi tenobhàsena a¤¤ama¤¤aü sa¤jànanti: a¤¤epi kira bho santi sattà idhåpapannàti. Aya¤ca dasasahassã lokadhàtu saïkampati, sampakampati, sampavedhati. Appamàõo ca uëàro obhàso loke pàtubhavati atikkamme va devànaü devànubhàvanti. Yampi bhante, sato sampajàno ànanda, bodhisatto tusità kàyà cavitvà màtukucchiü okkami, idampàhaü bhante, bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremãti.

Tasmàtiha tvaü ànanda, idampi tathàgatassa acchariyaü abbhutadhammaü dhàrehi. Idhànanda, tathàgatassa vidità vedanà uppajjanti. Vidità upaññhahanti. Vidità abbhatthaü gacchanti. Vidità sa¤¤à uppajjanti vidità upaññhahanti. Vidità abbhatthaü gacchanti. Vidità vitakkà uppajjanti. Vidità upaññhahanti. Vidità abbhatthaü gacchanti. Idampi kho tvaü ànanda, tathàgatassa acchariyaü abbhutadhammaü dhàremi.

Yampi bhante, bhagavato vidità vedanà uppajjanti, vidità upaññhahanti, vidità abbhanthaü gacchanti, vidità sa¤¤à uppajjanti, vidità upaññhahanti, vidità abbhatthaü gacchanti. Vidità vitakkà uppajjanti, vidità upaññhahanti, vidità abbhatthaü gacchanti. Idampàhaü bhante bhagavato acchariyaü abbhutadhammaü dhàremãti.

Idamavoca àyasmà ànando, samanu¤¤o satthà ahosi. Attamanà ca te bhikkhu àyasmato ànandassa bhàsitaü abhinandunti.

Acchariyabbhuta suttaü tatiyaü
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

ryu

#38
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 01:28:29 PM
Bro Ryu yang baik,
Kisah ini jelas adalah kisah Sang Buddha sendiri, waktu itu para Bhikkhu sedang berdiskusi mengenai keistimewaan kelahiran pangeran Siddhattha, lalu Sang Buddha sendiri dengan sengaja meminta Bhante Ananda untuk mengumumkan kepada yang hadir mengenai keistimewaan Sang Bhagava.

Then the Blessed One addressed venerable ânanda. `If so ânanda, for the great pleasure of many declare the wonderful and surprising things of the Thus Gone One
"Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Y.A. Ananda. Jika demikian Ananda, untuk kebahagiaan orang banyak, umumkanlah keistimewaan dan keajaiban Sang Bhagava."

           http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/2Majjhima-Nikaya/Majjhima3/123-acchariyabbhutta-e.html

Cuplikan berikut juga menyatakan bahwa  yang dimaksud adalah Sang Buddha, perhatikan kata-kata yang dibelakang  yang dimaksudkan adalah sang Buddha sendiri.

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, soon after the one aspiring enlightenment was born he stood on his feet, and while the white umbrella was borne over him, went seven steps to the north, looked in all directions and utterred majestic words. I'm the chief in this world, the most accepted and the most senior. This is my last birth, I will not be born again. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One
"Bhante saya mendengar kata-kata ini keluar dari Bhante sendiri. Bhante yang menyatakan. "Ananda, segera setelah Bodhisatta lahir, ia berdiri tegak dengan kakinya, dan ketika payung putih dibuka menutupinya, berjalan tujuh langkah ke utara, melihat ke segenap penjuru dan mengucapkan kata-kata agung. Sayalah ...... Inilah kelahiranku yang terakhir kalinya, saya takkan akan terlahir lagi. "Bhante, inilah sesuatu yang saya ingat sebagai hal yang istimewa dan ajaib dari Sang Bhagava."

_/\_
bukan dengan sekngaja keknya, ketika mereka ngobrol, Buddha muncul dan menanyakan sedang ngegosipin apa gitu lho ;D , mungkinkah yang di dengar ananda adalah hal2 mengenai yang di digha 14, mengenai kelahiran bodhisatta.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

fabian c

Quote from: ryu on 09 August 2010, 01:39:22 PM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 01:28:29 PM
Bro Ryu yang baik,
Kisah ini jelas adalah kisah Sang Buddha sendiri, waktu itu para Bhikkhu sedang berdiskusi mengenai keistimewaan kelahiran pangeran Siddhattha, lalu Sang Buddha sendiri dengan sengaja meminta Bhante Ananda untuk mengumumkan kepada yang hadir mengenai keistimewaan Sang Bhagava.

Then the Blessed One addressed venerable ânanda. `If so ânanda, for the great pleasure of many declare the wonderful and surprising things of the Thus Gone One
"Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Y.A. Ananda. Jika demikian Ananda, untuk kebahagiaan orang banyak, umumkanlah keistimewaan dan keajaiban Sang Bhagava."

           http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/2Majjhima-Nikaya/Majjhima3/123-acchariyabbhutta-e.html

Cuplikan berikut juga menyatakan bahwa  yang dimaksud adalah Sang Buddha, perhatikan kata-kata yang dibelakang  yang dimaksudkan adalah sang Buddha sendiri.

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, soon after the one aspiring enlightenment was born he stood on his feet, and while the white umbrella was borne over him, went seven steps to the north, looked in all directions and utterred majestic words. I'm the chief in this world, the most accepted and the most senior. This is my last birth, I will not be born again. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One
"Bhante saya mendengar kata-kata ini keluar dari Bhante sendiri. Bhante yang menyatakan. "Ananda, segera setelah Bodhisatta lahir, ia berdiri tegak dengan kakinya, dan ketika payung putih dibuka menutupinya, berjalan tujuh langkah ke utara, melihat ke segenap penjuru dan mengucapkan kata-kata agung. Sayalah ...... Inilah kelahiranku yang terakhir kalinya, saya takkan akan terlahir lagi. "Bhante, inilah sesuatu yang saya ingat sebagai hal yang istimewa dan ajaib dari Sang Bhagava."

_/\_
bukan dengan sekngaja keknya, ketika mereka ngobrol, Buddha muncul dan menanyakan sedang ngegosipin apa gitu lho ;D , mungkinkah yang di dengar ananda adalah hal2 mengenai yang di digha 14, mengenai kelahiran bodhisatta.

Saya kira tidak bro, Memang Sang Buddha kadang-kadang berkhotbah beberapa kali mengenai hal yang sama, mungkin karena pendengarnya berbeda, saya rasa pendengar pada DN 14 berbeda dengan MN 123.

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

ryu

Quote from: fabian c on 09 August 2010, 01:47:48 PM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 01:39:22 PM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 01:28:29 PM
Bro Ryu yang baik,
Kisah ini jelas adalah kisah Sang Buddha sendiri, waktu itu para Bhikkhu sedang berdiskusi mengenai keistimewaan kelahiran pangeran Siddhattha, lalu Sang Buddha sendiri dengan sengaja meminta Bhante Ananda untuk mengumumkan kepada yang hadir mengenai keistimewaan Sang Bhagava.

Then the Blessed One addressed venerable ânanda. `If so ânanda, for the great pleasure of many declare the wonderful and surprising things of the Thus Gone One
"Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Y.A. Ananda. Jika demikian Ananda, untuk kebahagiaan orang banyak, umumkanlah keistimewaan dan keajaiban Sang Bhagava."

           http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/2Majjhima-Nikaya/Majjhima3/123-acchariyabbhutta-e.html

Cuplikan berikut juga menyatakan bahwa  yang dimaksud adalah Sang Buddha, perhatikan kata-kata yang dibelakang  yang dimaksudkan adalah sang Buddha sendiri.

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, soon after the one aspiring enlightenment was born he stood on his feet, and while the white umbrella was borne over him, went seven steps to the north, looked in all directions and utterred majestic words. I'm the chief in this world, the most accepted and the most senior. This is my last birth, I will not be born again. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One
"Bhante saya mendengar kata-kata ini keluar dari Bhante sendiri. Bhante yang menyatakan. "Ananda, segera setelah Bodhisatta lahir, ia berdiri tegak dengan kakinya, dan ketika payung putih dibuka menutupinya, berjalan tujuh langkah ke utara, melihat ke segenap penjuru dan mengucapkan kata-kata agung. Sayalah ...... Inilah kelahiranku yang terakhir kalinya, saya takkan akan terlahir lagi. "Bhante, inilah sesuatu yang saya ingat sebagai hal yang istimewa dan ajaib dari Sang Bhagava."

_/\_
bukan dengan sekngaja keknya, ketika mereka ngobrol, Buddha muncul dan menanyakan sedang ngegosipin apa gitu lho ;D , mungkinkah yang di dengar ananda adalah hal2 mengenai yang di digha 14, mengenai kelahiran bodhisatta.

Saya kira tidak bro, Memang Sang Buddha kadang-kadang berkhotbah beberapa kali mengenai hal yang sama, mungkin karena pendengarnya berbeda, saya rasa pendengar pada DN 14 berbeda dengan MN 123.

_/\_
di MN yang bicara itu Ananda. di DN 14 itu Buddha.

oh ya footnote itu seperti ini :
MA explains each aspect of this event as a foretoken of his feet (pada) firmly on the ground was a foretoken of his attaining the four based for spiritual power (iddhipada); his facing the north, of his going above and beyond the multitude; his seven steps, of his acquiring the seven enlightment factors; the white parasol, of his acquiring the parasol of deliverance;his surveying the quarters, of his acquiring the unobstructed knowledge of omniscience; his uttering the worlds of the Leader of the Herd, of his setting in motion the irreversible Wheel of the Dhamma; his statement "This is my last Birth," of his passing away into the Nibbana element with no residue remaining (of the factor of existence).
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

fabian c

Quote from: ryu on 09 August 2010, 01:54:10 PM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 01:47:48 PM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 01:39:22 PM
Quote from: fabian c on 09 August 2010, 01:28:29 PM
Bro Ryu yang baik,
Kisah ini jelas adalah kisah Sang Buddha sendiri, waktu itu para Bhikkhu sedang berdiskusi mengenai keistimewaan kelahiran pangeran Siddhattha, lalu Sang Buddha sendiri dengan sengaja meminta Bhante Ananda untuk mengumumkan kepada yang hadir mengenai keistimewaan Sang Bhagava.

Then the Blessed One addressed venerable ânanda. `If so ânanda, for the great pleasure of many declare the wonderful and surprising things of the Thus Gone One
"Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Y.A. Ananda. Jika demikian Ananda, untuk kebahagiaan orang banyak, umumkanlah keistimewaan dan keajaiban Sang Bhagava."

           http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/2Majjhima-Nikaya/Majjhima3/123-acchariyabbhutta-e.html

Cuplikan berikut juga menyatakan bahwa  yang dimaksud adalah Sang Buddha, perhatikan kata-kata yang dibelakang  yang dimaksudkan adalah sang Buddha sendiri.

ßVenerable sir I have heard these words from the Blessed One himself and you acknowledged them. "ânanda, soon after the one aspiring enlightenment was born he stood on his feet, and while the white umbrella was borne over him, went seven steps to the north, looked in all directions and utterred majestic words. I'm the chief in this world, the most accepted and the most senior. This is my last birth, I will not be born again. " Venerable sir, this I bear as something wonderful and surprising of the Blessed One
"Bhante saya mendengar kata-kata ini keluar dari Bhante sendiri. Bhante yang menyatakan. "Ananda, segera setelah Bodhisatta lahir, ia berdiri tegak dengan kakinya, dan ketika payung putih dibuka menutupinya, berjalan tujuh langkah ke utara, melihat ke segenap penjuru dan mengucapkan kata-kata agung. Sayalah ...... Inilah kelahiranku yang terakhir kalinya, saya takkan akan terlahir lagi. "Bhante, inilah sesuatu yang saya ingat sebagai hal yang istimewa dan ajaib dari Sang Bhagava."

_/\_
bukan dengan sekngaja keknya, ketika mereka ngobrol, Buddha muncul dan menanyakan sedang ngegosipin apa gitu lho ;D , mungkinkah yang di dengar ananda adalah hal2 mengenai yang di digha 14, mengenai kelahiran bodhisatta.

Saya kira tidak bro, Memang Sang Buddha kadang-kadang berkhotbah beberapa kali mengenai hal yang sama, mungkin karena pendengarnya berbeda, saya rasa pendengar pada DN 14 berbeda dengan MN 123.

_/\_
di MN yang bicara itu Ananda. di DN 14 itu Buddha.

oh ya footnote itu seperti ini :
MA explains each aspect of this event as a foretoken of his feet (pada) firmly on the ground was a foretoken of his attaining the four based for spiritual power (iddhipada); his facing the north, of his going above and beyond the multitude; his seven steps, of his acquiring the seven enlightment factors; the white parasol, of his acquiring the parasol of deliverance;his surveying the quarters, of his acquiring the unobstructed knowledge of omniscience; his uttering the worlds of the Leader of the Herd, of his setting in motion the irreversible Wheel of the Dhamma; his statement "This is my last Birth," of his passing away into the Nibbana element with no residue remaining (of the factor of existence).

Di MN 123 yang menyuruh berbicara juga Sang Buddha.

`If so ânanda, for the great pleasure of many, declare the wonderful and surprising things of the Thus Gone One.
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

ryu

ßThen ânanda, bear this too as something wonderful and surprising of the Blessed One. ânanda, to the Thus Gone One knowing feelings, arise, persist and fade, knowingperceptions, arise, persist and fade, knowing thoughts, arise, persist and fade. ânanda, bear this too as something wonderful and surprising of the Blessed One.


artinya apa ya? tolong dong terjemaahin ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

fabian c

Quote from: ryu on 09 August 2010, 02:01:39 PM
ßThen ânanda, bear this too as something wonderful and surprising of the Blessed One. ânanda, to the Thus Gone One knowing feelings, arise, persist and fade, knowingperceptions, arise, persist and fade, knowing thoughts, arise, persist and fade. ânanda, bear this too as something wonderful and surprising of the Blessed One.


artinya apa ya? tolong dong terjemaahin ;D

Bro Ryu yang baik, terjemahannya:
Lalu Ananda, ini diingat juga sebagai sesuatu yang istimewa dan ajaib dari Sang Bhagava. Ananda, Sang Bhagava mengetahui perasaan timbul, berkembang dan lenyap kembali, mengetahui persepsi timbul, berkembang dan lenyap kembali, mengetahui pikiran timbul, berkembang dan lenyap kembali. Ananda ini juga diingat sebagai sesuatu yang istimewa dan ajaib dari Sang Bhagava.
catatan: surprising secara harfiah berarti mengejutkan.

_/\_

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

ryu

Quote from: fabian c on 09 August 2010, 03:26:32 PM
Quote from: ryu on 09 August 2010, 02:01:39 PM
ßThen ânanda, bear this too as something wonderful and surprising of the Blessed One. ânanda, to the Thus Gone One knowing feelings, arise, persist and fade, knowingperceptions, arise, persist and fade, knowing thoughts, arise, persist and fade. ânanda, bear this too as something wonderful and surprising of the Blessed One.


artinya apa ya? tolong dong terjemaahin ;D

Bro Ryu yang baik, terjemahannya:
Lalu Ananda, ini diingat juga sebagai sesuatu yang istimewa dan ajaib dari Sang Bhagava. Ananda, Sang Bhagava mengetahui perasaan timbul, berkembang dan lenyap kembali, mengetahui persepsi timbul, berkembang dan lenyap kembali, mengetahui pikiran timbul, berkembang dan lenyap kembali. Ananda ini juga diingat sebagai sesuatu yang istimewa dan ajaib dari Sang Bhagava.
catatan: surprising secara harfiah berarti mengejutkan.

_/\_


footnotenya ini :
This statement seems to be the Buddha's way of calling attention to the quality he regarded as the true wonder and marvel
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))