News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

akibat karmanya sendiri

Started by Deva19, 29 July 2010, 08:58:33 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Deva19

uh.... tidak damai rasanya di sini...

K.K.

Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:05:50 PM
dan apakah kita akan termasuk kepada golongan orang-orang yang bengong saja ketika melihat wanita diperlakukan seperti itu dihadapan kita. apakah kita akan mengikuti kebiasaan masyarakat banyak yang cuek, enggan menolon tapi justru penuh curiga.

Seperti telah dikatakan sebelumnya, orang menolong atau tidak adalah karena memiliki alasan masing-masing. Bagi saya pribadi, sebaiknya kita berusaha semaksimal mungkin untuk menolong orang lain sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sedikit atau banyak, selalu ada hal yang bisa kita lakukan termasuk meminta bantuan orang lain jika merasa tidak sanggup. Tetapi jangan sampai melakukan sesuatu yang sia-sia, yang di luar kemampuan kita. Jangan sampai seperti dalam cerita geng motor, akhirnya mayat bertambah 1 lagi.

Jerry

Quote from: Kainyn_Kutho on 29 July 2010, 03:13:58 PM
Quote from: Jerry on 29 July 2010, 03:02:09 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 29 July 2010, 12:00:19 PM
Quote from: Yuri-chan on 29 July 2010, 11:07:13 AM
bang kaiyn...cemane toh..kan TS pake logika mikirnya :)
"Logika" tingkat tinggi seperti lagunya peterpan.
Lagunya Peterpan bukannya "Khayalan" tingkat tinggi? :D
:D Sudah disensor dengan gaya bahasa eufemisme malah "dibocorin".

Lho ngga tau ya? Selain meditator handal, cenayang, pegawai negri, guru, wartawan, beliau juga seorang musikus dan segudang bakat & keahlian lainnya. Biar dah disensor, judul lagu itu pasti beliau tau. :D
appamadena sampadetha

J.W

Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:24:50 PM
uh.... tidak damai rasanya di sini...
akibat karmanya sendiri

Deva19

Quote from: Jery
Lho ngga tau ya? Selain meditator handal, cenayang, pegawai negri, guru, wartawan, beliau juga seorang musikus dan segudang bakat & keahlian lainnya. Biar dah disensor, judul lagu itu pasti beliau tau

nada menghina dan gak percaya.

percaya gak percaya itu sih hak setiap orang. tapi harus atas dasar yang jelas.

jika tulisan tersebut dimasksudkan kepada saya, maka ternyata di sini orang begitu mudah membuat fitnah.

dan saya nyatakan saya tidak pernah menyatakan diri sebagai meditator handal, tidak pula menyatakan diri sebagai pegawai negeri, dan tidak pernah menyatakan diri sebagai cenayang.

saya memang seorang guru, mengajar di tingkat SD, SMP, SMK, dan di PT. saya juga seorang seniman, punya grup seni tersendiri, tapi bukan band kayak si raja seks Ariel Peterporn. grup seni saya adalah grup seni musik tradisional. dan sudah dua tahun yang menjalani profesi sebagai wartawan. saya juga seoran pelatih beladiri. saya juga membuka kursus Logika untuk mahasiswa. dan tahun ini, saya menjabat sebagai Tata Usaha di sebuah Yayasan Pendidikan. saya memang menyibukan diri dengan berbagai pekerjaan. lalu apa yang salah?

karena bagi saya, menganggur adalah sesuatu yang menyakitkan. kalaupun saya memegang banyak profesi, itu karena gaji saya dari satu profesi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.


Deva19

Quote from: JW. Jinaraga on 29 July 2010, 03:52:29 PM
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:24:50 PM
uh.... tidak damai rasanya di sini...
akibat karmanya sendiri


dan oleh karena itu, anda jadi tidak akan pernah bersalah apapun terhadap saya di sini.

Hendra Susanto

Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:10:44 PM
Quote from: Hendra Susanto on 29 July 2010, 02:51:58 PM
dlm penyampaian berita, alangkah baiknya tidak menggunakan bahasa sastra yg kemungkinannya sangat besar untuk mengacaukan inti berita

ho..ho... saya wartawan bung. dan sudah menjalani pendidikan kewartawanan. perlu saya tunjukan kartu wartawan saya? dan saya tau, bagaimana cara menulis berita dan bagaimana menulis sastra, serta bagaimana menulis berita dengan sentuhan sastra. kalau saya tidak mengerti aturan itu, mungkin sudah lama saya dipecat oleh redaksi. untunglah ente bukan Pimred nya. sehingga penilaian anda tidak berpengaruh sama sekali terhadap karier saya. cuma berpengaruh terhadap opini orang-orang yang mudah terpangaruh saja diantara pendiskusi yang ada di sini sebagai "bad opinion to bad names of calling".

itulah jadinya jika orientasi jurnalismenya kejar omset... tanpa etika sama sekali. Mengenai kesusastraan, kita sama background bang.

J.W

Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 04:00:36 PM
Quote from: JW. Jinaraga on 29 July 2010, 03:52:29 PM
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:24:50 PM
uh.... tidak damai rasanya di sini...
akibat karmanya sendiri


dan oleh karena itu, anda jadi tidak akan pernah bersalah apapun terhadap saya di sini.
dan karna itu akibat karma sendiri, maka berhentilah merengek

Deva19

Quote from: JW. Jinaraga on 29 July 2010, 04:09:30 PM
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 04:00:36 PM
Quote from: JW. Jinaraga on 29 July 2010, 03:52:29 PM
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:24:50 PM
uh.... tidak damai rasanya di sini...
akibat karmanya sendiri


dan oleh karena itu, anda jadi tidak akan pernah bersalah apapun terhadap saya di sini.
dan karna itu akibat karma sendiri, maka berhentilah merengek

termasuk anda. seharusnya anda berhenti merengek kepada saya.

Deva19

Quote from: Hendra Susanto on 29 July 2010, 04:08:32 PM
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:10:44 PM
Quote from: Hendra Susanto on 29 July 2010, 02:51:58 PM
dlm penyampaian berita, alangkah baiknya tidak menggunakan bahasa sastra yg kemungkinannya sangat besar untuk mengacaukan inti berita

ho..ho... saya wartawan bung. dan sudah menjalani pendidikan kewartawanan. perlu saya tunjukan kartu wartawan saya? dan saya tau, bagaimana cara menulis berita dan bagaimana menulis sastra, serta bagaimana menulis berita dengan sentuhan sastra. kalau saya tidak mengerti aturan itu, mungkin sudah lama saya dipecat oleh redaksi. untunglah ente bukan Pimred nya. sehingga penilaian anda tidak berpengaruh sama sekali terhadap karier saya. cuma berpengaruh terhadap opini orang-orang yang mudah terpangaruh saja diantara pendiskusi yang ada di sini sebagai "bad opinion to bad names of calling".

itulah jadinya jika orientasi jurnalismenya kejar omset... tanpa etika sama sekali. Mengenai kesusastraan, kita sama background bang.

anda punya basic kesusastraan. woh..bagus sekali! saya ingin belajar pada anda. media kita sekarang tampak tidak berseni dan kurang berperasaan. saya ingin mengubah paradigma itu semua. tapi saya tidak punya basic pendidikan sastra. saya kuliah di jurusan komputer. tapi belajar sastra secara otodidak saja.

J.W

Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 04:12:59 PM
Quote from: JW. Jinaraga on 29 July 2010, 04:09:30 PM
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 04:00:36 PM
Quote from: JW. Jinaraga on 29 July 2010, 03:52:29 PM
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:24:50 PM
uh.... tidak damai rasanya di sini...
akibat karmanya sendiri


dan oleh karena itu, anda jadi tidak akan pernah bersalah apapun terhadap saya di sini.
dan karna itu akibat karma sendiri, maka berhentilah merengek

termasuk anda. seharusnya anda berhenti merengek kepada saya.
anda memang bodoh. sy tidak sedang merengek kpd anda. Apakah dalam kesusastraan tulisan sy di atas itu termasuk "merengek" kepada anda ?
Anda terlalu melow2 guru.

K.K.

 [at]  Deva19

Saran saja. Kisah itu dimulai dengan gaya bahasa deskriptif dari pihak ke tiga, kemudian di tengah berganti sudut pandang pihak pertama ("saya baru pulang dari warnet"). Di situ tidak jelas deskripsi di atas adalah pengalaman langsung atau berdasarkan keterangan orang lain.

Kemudian dalam kisah itu tidak ada keterangan apa-apa, tidak ada lokasi (minimal negara mana), tidak ada tanggal, tidak ada data apa pun yang bisa menjadi rujukan bukti resmi. Jadi menurut saya, itu memang bukan berita, hanya sebuah artikel saja.


J.W

#42
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 04:15:38 PM
Quote from: Hendra Susanto on 29 July 2010, 04:08:32 PM
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:10:44 PM
Quote from: Hendra Susanto on 29 July 2010, 02:51:58 PM
dlm penyampaian berita, alangkah baiknya tidak menggunakan bahasa sastra yg kemungkinannya sangat besar untuk mengacaukan inti berita

ho..ho... saya wartawan bung. dan sudah menjalani pendidikan kewartawanan. perlu saya tunjukan kartu wartawan saya? dan saya tau, bagaimana cara menulis berita dan bagaimana menulis sastra, serta bagaimana menulis berita dengan sentuhan sastra. kalau saya tidak mengerti aturan itu, mungkin sudah lama saya dipecat oleh redaksi. untunglah ente bukan Pimred nya. sehingga penilaian anda tidak berpengaruh sama sekali terhadap karier saya. cuma berpengaruh terhadap opini orang-orang yang mudah terpangaruh saja diantara pendiskusi yang ada di sini sebagai "bad opinion to bad names of calling".

itulah jadinya jika orientasi jurnalismenya kejar omset... tanpa etika sama sekali. Mengenai kesusastraan, kita sama background bang.

anda punya basic kesusastraan. woh..bagus sekali! saya ingin belajar pada anda. media kita sekarang tampak tidak berseni dan kurang berperasaan. saya ingin mengubah paradigma itu semua. tapi saya tidak punya basic pendidikan sastra. saya kuliah di jurusan komputer. tapi belajar sastra secara otodidak saja.
pak guru...tulisan anda yg di-bold itu artinya apa yah ?? Sblmnya dengan angkuh klaim diri seakan2 paham dlm dunia sastra. Skrg jadi "jongkokkan" diri dengan bro hendra yg berbackground sastra. Gimana nya pak guru ini. Memang pinter kali bah bapak membela diri.

Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 04:00:00 PM
Quote from: Jery
Lho ngga tau ya? Selain meditator handal, cenayang, pegawai negri, guru, wartawan, beliau juga seorang musikus dan segudang bakat & keahlian lainnya. Biar dah disensor, judul lagu itu pasti beliau tau

nada menghina dan gak percaya.

percaya gak percaya itu sih hak setiap orang. tapi harus atas dasar yang jelas.

jika tulisan tersebut dimasksudkan kepada saya, maka ternyata di sini orang begitu mudah membuat fitnah.

dan saya nyatakan saya tidak pernah menyatakan diri sebagai meditator handal, tidak pula menyatakan diri sebagai pegawai negeri, dan tidak pernah menyatakan diri sebagai cenayang.

saya memang seorang guru, mengajar di tingkat SD, SMP, SMK, dan di PT. saya juga seorang seniman, punya grup seni tersendiri, tapi bukan band kayak si raja seks Ariel Peterporn. grup seni saya adalah grup seni musik tradisional. dan sudah dua tahun yang menjalani profesi sebagai wartawan. saya juga seoran pelatih beladiri. saya juga membuka kursus Logika untuk mahasiswa. dan tahun ini, saya menjabat sebagai Tata Usaha di sebuah Yayasan Pendidikan. saya memang menyibukan diri dengan berbagai pekerjaan. lalu apa yang salah?

karena bagi saya, menganggur adalah sesuatu yang menyakitkan. kalaupun saya memegang banyak profesi, itu karena gaji saya dari satu profesi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.



Deva19

Quote from: Kainyn_Kutho on 29 July 2010, 04:20:36 PM
[at]  Deva19

Saran saja. Kisah itu dimulai dengan gaya bahasa deskriptif dari pihak ke tiga, kemudian di tengah berganti sudut pandang pihak pertama ("saya baru pulang dari warnet"). Di situ tidak jelas deskripsi di atas adalah pengalaman langsung atau berdasarkan keterangan orang lain.

Kemudian dalam kisah itu tidak ada keterangan apa-apa, tidak ada lokasi (minimal negara mana), tidak ada tanggal, tidak ada data apa pun yang bisa menjadi rujukan bukti resmi. Jadi menurut saya, itu memang bukan berita, hanya sebuah artikel saja.



terima kasih sarannya. lain kali, berikan saran anda ketika saya minta!

Deva19

Quote from: JW. Jinaraga on 29 July 2010, 04:23:52 PM
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 04:15:38 PM
Quote from: Hendra Susanto on 29 July 2010, 04:08:32 PM
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:10:44 PM
Quote from: Hendra Susanto on 29 July 2010, 02:51:58 PM
dlm penyampaian berita, alangkah baiknya tidak menggunakan bahasa sastra yg kemungkinannya sangat besar untuk mengacaukan inti berita

ho..ho... saya wartawan bung. dan sudah menjalani pendidikan kewartawanan. perlu saya tunjukan kartu wartawan saya? dan saya tau, bagaimana cara menulis berita dan bagaimana menulis sastra, serta bagaimana menulis berita dengan sentuhan sastra. kalau saya tidak mengerti aturan itu, mungkin sudah lama saya dipecat oleh redaksi. untunglah ente bukan Pimred nya. sehingga penilaian anda tidak berpengaruh sama sekali terhadap karier saya. cuma berpengaruh terhadap opini orang-orang yang mudah terpangaruh saja diantara pendiskusi yang ada di sini sebagai "bad opinion to bad names of calling".

itulah jadinya jika orientasi jurnalismenya kejar omset... tanpa etika sama sekali. Mengenai kesusastraan, kita sama background bang.

anda punya basic kesusastraan. woh..bagus sekali! saya ingin belajar pada anda. media kita sekarang tampak tidak berseni dan kurang berperasaan. saya ingin mengubah paradigma itu semua. tapi saya tidak punya basic pendidikan sastra. saya kuliah di jurusan komputer. tapi belajar sastra secara otodidak saja.
pak guru...tulisan anda yg di-bold itu artinya apa yah ?? Sblmnya dengan angkuh klaim diri seakan2 paham dlm dunia sastra. Skrg jadi "jongkokkan" diri dengan bro hendra yg berbackground sastra. Gimana nya pak guru ini.

apa yang salah? mungkin otak anda yang salah.

kapan saya menyatakan "faham dunia sastra"? saya hanya menyatakan "saya telah mengikuti pendidikan jurnalistik", walaupun bukan di PT. di dalam pendidikan jurnalistik itu, saya diajarkan tentang bagaimana cara menulis berita, dan bagaimana bedanya dengan karya sastra, trus dikasih tau pula bagaimana cara menulis berita dengan sentuhan sastra. selebihnya saya belajar sastra secara otodidak. apa sudah terang otak mu?